Ketika mulut berkata tidak
Hatimu akan menunjukkan fakta
Karena sesungguhnya hati dan mulut tidak lah sejalan.
Otak akan menolak rasa dari hati
Tapi hati, tidak pernah bisa menolak apa yang difikirkan di dalam otak.***
Haidar
Temenin gue latihan, ya.Pesan itu membawa Firda datang ke Treksa pada hari Sabtu pagi.
Haidar yang secara gamblang menyatakan akan berjuang untuk Firda memulai pendekatan secara terang-terangan.
Pria itu memintanya agar menemani latihan futsal yang akan diselenggarakan di lapangan terbuka Treksa. Firda menyanggupi karena memang ia sedang tidak ada kegiatan. Ia menghargai perjuangan Haidar yang terlihat begitu tulus kepadanya. Lelaki Treksa terlalu segan hanya untuk mendekati seorang Firda. Kecuali Aldi dan Aidan.
Sudah lama ia tidak datang ke Treksa pada hari libur semenjak demisioner dari OSIS.
Ia memakai baju berwarna gelap di balut dengan hoddie hitam milik kelasnya serta celana jeans selutut yang membuat Firda terlihat feminim hari ini. Jangan lupakan Sneaker putih yang membalut kakinya serta tas kecil berbentuk persegi yang melengkapi penampilannya.
Tentu saja ia tidak datang sendiri. Haidar dengan berani datang menjemput Firda. Hal tersebut membuktikan kesungguhan pria itu terhadapnya dan Firda bisa melihat itu.
Lagipula, Ia bukan tipe wanita yang akan memanfaatkan seseorang untuk kepentingan hidupnya. Ia hanya ingin mencoba, apakah ia bisa bersama yang lain atau tidak. Meskipun sulit, setidaknya ia sudah mencoba. Dan ia akan segera memberikan jawaban.
Kedatangan Firda bersama Haidar membuat heboh tim sepak bola Treksa. Mereka terkagum melihat Haidar mampu menggandeng salah satu pujaan hati Treksa yang sulit untuk di dekati bahkan bisa berkenalan saja rasanya seperti mimpi semata.
Firda jadi terlihat tidak enak pada yang lain. Apakah pandangan orang terhadapnya separah itu?
Gadis itu terlihat canggung sampai Haidar menggeser badan Firda agar mendekat padanya.
"Lo gapapa?"
Firda menggelengkan kepalanya. "Enggak sih, cuma risih aja diliatin."
"HAIDAR!"
"Widih! Gandeng siapa nih?"
Sorakan teman-teman Haidar mulai terdengar dari ujung ke ujung.
Haidar dengan sigap mengangkat tangannya menghentikan beberapa mulut yang siap menggoda mereka berdua dengan kalimat-kalimat iri.
"Diem lo pada!" seru Haidar mempersilakan Firda duduk.
"Gue sampe jam empat sore, Fir. Tapi, kalo lo bosen, bilang sama gue. Gue anter lo pulang dulu."
Firda mengangguk seraya tersenyum tipis. "Iya gapapa, santai aja. Kaki sama tangan gue masih berfungsi."
"Gak usah senyumkayak gitu, gue jadi salting nih," ujar Haidar tak dapat menahan rasa senangnya. Firda tertawa pelan.
"Udah sana baliklatihan. Nanti kapten lo marah."
"Ngusir gue nih?" goda Haidar menggerakan alisnya.
"Apa sih lo!" Firda tertawa seraya menggelengkan kepalanya merasa lucu dengan tingkah pria yang satu ini.
Setidaknya, hubungan yang berawal baik, harus berakhir dengan baik pula.
***
Haidar merupakan salah satu pemain penyerang dalam timnya. Firda memang tak begitu paham dengan sepak bola karena ia memang tak pernah menonton permainan ini sebelumnya. Berbeda jika itu adalah basket. Ia sering datang untuk menonton Aldi bertanding. Ah, tidak! Pria itu lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Semua Tentang Kita (STK) ✔️
Teen Fiction(DILARANG MELAKUKAN COPY DALAM BENTUK APAPUN TANPA IZIN) SELESAI -78 CHAPTER. Kalian tahu apa yang paling menyakitkan dari sebuah perpisahan? Mengenang. Yah, proses mengenang adalah hal terburuk yang pernah ada. Karena mengenang selalu menyeret k...