56. Good Bye

378 113 124
                                    

Teriknya matahari tak menghilangkan rasa semangat anggota basket untuk berlaga di lapangan. Mereka terus berlarian merebut bola dari lawan. Hari ini Treksa mengikuti perlombaan di SMA 2 Tirta. Seragam biru serta headband hitam tampak menonjol di antara kerumunan. Mereka adalah Mahar dan anggota timnya.

Perlombaan diadakan di lapangan outdoor SMA Tirta yang terpilih sebagai tuan rumah dari sepuluh sekolah. Piala bergilir yang kerap kali diadakan sekitar enam bulan sekali dalam rangka mengeratkan pertemanan di antara ke sepuluh sekolah tersebut. Para OSIS ikut andil dalam menjalankan kerjasama berkepanjangan antar sekolah.

Mereka yang memiliki rencana kerja menghilangkan segala bentuk kerusuhan antar murid dengan terus mengadakan sparing atau perlombaan lain dan mengundang satu sama lain apabila ada event-event tertentu di sekolah masing-masing.

Riuh semangat penonton meramaikan perlombaan yang kian memanas. Tak lupa, Shafa duduk di antara kerumunan itu. Entah bagaimana ia bisa ada di sini. Mungkin ia sudah gila di saat pria bernama Mahar telah menyatroni dirinya sebelum ayam berkokok.

Matanya terus bergerak mengikuti permainan lincah dari pemilik nomor sembilang, sang kapten Treksa. Ia bermain dengan begitu epic. Berlari menguasai bola dan memberi aba-aba kepada anggotanya. Bahkan permainannya mampu memukau seluruh mata pemain lain dan penonton terutama kaum hawa.

"YEYY!" 

Terdengar teriakan menggila ketika sang juri meniupkan peluit tanda berakhirnya pertandingan. Treksa unggul sepuluh poin saat Mahar menembakan bola terakhir ke dalam jaring. Mereka bersorak dan berlarian mengitari lapangan, merayakan kemenangan yang mereka raih hari ini.

Mahar terus menyalami anggota tim dan juga lawan yang memberikan selamat atas kemenangan mutlak dari Treksa. Tetapi matanya tidak mau diam karena ia kehilangan Shafa di tribun depan. 

Kemana gadis itu pergi?

Ia masih menahan diri sampai pemberian tropi selesai. Setelahnya, Mahar berlari dan berpamitan kepada yang lain. Ia hanya singgah sejenak untuk menenteng tas miliknya yang ada di tribun bawah.

"Gue duluan, ya," kata Mahar.

"Mau kemana? Buru-buru amat?" tanya teman satu timnya yang lain.

"Nyamperin ceweknya lah! Kan tadi dia dateng berdua," sahut anggotanya yang lain menyikut orang yang bertanya kepada Mahar.

Mahar hanya tersenyum tipis lalu melanjutkan perjalanannya mencari Shafa.

***

Ia telah mengelilingi hampir bagian bawah SMA Tirta tetapi tidak menemukan sebatang hidung pun gadis yang ia cari. Napasnya sedikit terengah mengingat ia baru saja selesai bertanding dua permainan sekaligus.

"Lo dimana sih?"

Akhirnya ia memutuskan untuk pergi ke arah gerbang sekolah, mengingat hanya tempat itu yang belum ia datangi.

Mahar menemukan Shafa tengah berdiri menghadap seorang pria yang sangat dikenal olehnya. Pria itu adalah Dafa, mantan kekasih Shafa yang beberapa waktu lalu pindah ke Treksa dan kembali menghantui hidup Shafa.

Ia begitu ingin menarik jauh Shafa dari hadapan mantan kekasihnya, akan tetapi sepertinya mereka tengah berdiskusi hal yang cukup serius. Ia memutuskan untuk menunggu dari jarak jauh. Jika sampai pria itu menyakitinya, takkan ada ampun dari Mahar. Mahar memilih bersender di dinding meski sebenarnya ia sangat gatal ingin mendekat.

"Lo jadi berangkat hari ini?" tanya Shafa terlihat setengah hati. Sebenarnya, ia sudah tak ingin menemui Dafa tetapi ponselnya terus berdering tak karuan mengganggu berlangsungnya pertandingan Mahar.

Semua Tentang Kita (STK) ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang