20. Bertemu Untuk Berpisah

477 160 85
                                    

STK 2020

Selamat Membaca

****

Semakin hari mereka semakin akrab. Suci yang sering menemuinya di ruang seni atau Angga yang menemani Suci latihan Taekwondo. Alex dengan sigap mundur dari pertarungan, demi melihat Suci bahagia. Ya, perempuan tomboy itu terlalu kontras senangnya. Siapa yang tidak tahu jika gadis tomboy itu memiliki rasa terhadap salah satu seniornya yang sering berkunjung ke ruangan mereka?

Hari ini mereka berjanji untuk bertemu di sebuah kafe baru berdekatan dengan rumah Suci. Suci sudah bersiap untuk pergi ke titik temu. 

Baru saja ia melangkah keluar, Angga sudah berada di depan gerbang rumah bersama dengan motor hitamnya.

"Kok malah ketemu di sini?" tanya Suci karena seingatnya, mereka akan bertemu di tempat tujuan.

Angga tersenyum lalu membuka helm. "Masa tega biarin cewek dateng sendirian buat ketemu pihak laki-laki."

Suci memukul bahu Angga pelan merasa geli dengan ucapan seniornya. Angga itu suka sekali menggodanya. Terkadang, Ia memperlakukan Suci seperti adik Laki-lakinya, terkadang juga bersikap manis karena ia tetap seorang perempuan. Ia sudah terlanjur nyaman bersama Angga.

"Bisa aja lo. Mana helmnya?" pinta Suci. Angga memberikan helmnya kepada Suci. 

Perlu waktu satu jam untuk mereka sampai ke tempat ini. Sebuah bukit yang jarang didatangi orang- orang karena Angga sendiri menemukan tempat indah ini saat ia bepergian bersama teman-temannya.

Suci turun dari motor, dan merasa takjub dengan keindahan alam yang ada di atas bukit. Hijau dan penuh dengan ilalang. Dari sudut ini, mereka dapat melihat beberapa bangunan tinggi dan kesibukan orang-orang yang berlalu lalang di tengah kota.

Ia menatap Angga yang memilih duduk di atas motornya.

"Kok bisa nemuin tempat kayak gini di Jakarta?" tanyanya merasa antusias. Meski ia memiliki sifat yang kasar, Suci tetaplah perempuan yang memiliki hati yang lembut yang akan tersentuh dengan keajaiban alam.

"Gak sengaja. Waktu hangout sama temen."

Keningnya mengerut pelan. "Temen apa temen?" Tiba-tiba Suci menggodannya.

Angga terkekeh pelan lalu turun dari motornya. Ia menghampiri Suci lalu mengacak rambut wanita itu pelan. "Temen. Gak usah cemburu gitu," balas Angga.

"Siapa yang cemburu?"

"Lo."

Suci menggelengkan kepalanya tidak setuju. "Lo kan masih jomblo, ngapain cemburu."

"Kalo misal beneran gimana? Lo cemburu, gak?"

"Beneran apanya? Beneran lo kesini sama cewek lo?"

"Anggap kayak gitu."

Suci tertawa cukup kencang mendengar pertanyaan pria di sebelahnya.

"Hak gue apa buat cemburu sama lo? Lo pergi sama siapapun juga itu bukan urusan dan tanggung jawab gue kan, Kak?"

Angga terlihat bersedekap lalu berdecak pelan.

"Ah! Padahal gue berharap lebih loh," ucapnya terlihat seperti merajuk.

Suci bukan perempuan yang menyukai hal-hal creepy. Maka dari itu Angga sedikit berhati-hati dan menahan keinginannya untuk memberikan perhatian lebih kepadanya.

Angin berhembus cukup kencang, Suci hanya mengenakan kaos hitam pendek dibalut celana jeans dengan lubang di lututnya. Tanpa dimintapun ia sudah mengenakan jaket pemberian Angga. Angga terlalu peka.

Semua Tentang Kita (STK) ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang