54. Damn You!

375 121 139
                                    

Happy Reading

****

Damn You!

Ayana terisak dalam tangis terdalamnya. Sebelumnya, ia tidak pernah merasakan hal seperti ini. Patah hati untuk ke sekian kalinya membuat Ayana yakin jika tidak semua gadis cantik memiliki kisah percintaan yang mulus.

Buktinya, kini ia patah hati untuk yang kedua kali karena kabar kedekatan Raka bersama gadis lain. Yang tentu saja bukan dirinya. Hal yang paling mengejutkan adalah saat ini ia tengah menangis di rumah Savina.

Bagaimana bisa hal seperti ini terjadi?

Ayaba juga tidak tahu, mengapa ia malah menghubungi gadis sedikit mengesalkan ini dan berakhir menangis tersedu di atas ranjangnya. Biasanya ia akan berlari ke rumah Suci, tetapi sahabatnya itu di kabarkan tengah terbaring di rumah sakit karena cedera. Ayana berniat menjenguk Suci jika kondisi hatinya sudah kembali tertata.

Saat Ayana datang ke rumah Savina, gadis itu hanya mengucapkan satu kalimat yang begitu aneh terdengar di telinganya.

"Selamat datang di gubuk sederhana penuh dengan luka dan derita."

Gadis itu bahkan telah menyiapkan satu pack tissue dan sebotol air mineral yang ia ambil dari lemari pendingin yang bertengger di ruang tamunya. Meski pada awalnya Ayana merasa bingung, jawaban Savina berhasil membuat Ayana menumpahkan rasa sakit yang ia derita selama beberapa minggu terakhir.

"Lo ngapain bawa tissue banyak-banyak?"

Savina menoleh ke arah Ayana seraya menaruh kotak tissue kedua di atas meja di hadapan mereka.

"Persediaan sebelum turun hujan," jawab Savina sambil mendudukan dirinya di sebelah Ayana.

"Gue gak ngerti," kata Ayana bingung.

"Lo kesini karena lagi galau, 'kan? Gak mungkin kalo lagi bahagia malah nyari gue," tebak Savina terdengar sedikit sarkas. Ia memang terbiasa diperlakukan seperti yang ia katakan. Didatangi saat waktu tersulit dan ditinggalkan saat mereka sudah berbahagia.

"Save, gue—"

"Udah nangis aja gapapa. Gak perlu gengsi kalo sama gue. Atau gue perlu keluar dulu?"

Kalimat Savina berhasil membuat bibir Ayana gemetar seketika. Ia menggigit bibirnya menahan isak tangis yang siap meluncur kapan saja. Sampai sebuah pelukan hangat mengiringi air matanya yang tumpah tanpa bisa dikondisikan.

"Kata bunda, pelukan adalah salah satu obat paling mujarab di kala hati lagi resah.

***

Ayana merasa lega setelah ia mengeluarkan beban pikiran yang menumpuk begitu banyak di dalam kepalanya. Savina juga terlihat berbeda hari ini. Ia menjadi pendengar yang baik dan tidak mengacau. Ia membiarkan Ayana menangis sepuasnya.

"Kok gue melow gini ya?" tanyanya cemberut. Sesudah menangis hebat tentu saja ia malu pada dirinya sendiri dan juga Savina. Ia belum lama mengenal gadis yang memiliki nasib yang sama dengannya. Tetapi, Ayana sudah dibuat nyaman oleh Savina.

"Sad girl, gue paham perasaan lo. Jadi, gak perlu malu, ya."

Jawaban itu sontak mendapatkan protes dari Ayana seakan ia tidak terima disebut sad girl oleh Savina.

"Gue bukan sad girl!"

Savina tersenyum meremehkan, "Mau gue buktiin bahwa lo itu sebenernya lebih ngenes dari gue?"

Semua Tentang Kita (STK) ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang