Tok..tok..tok..
Ceklek....
"Gerry?"
Gerry tersenyum. Ia langsung menyalimi Aditia. Hari ini ia main lagi ke rumah Nanda. Bukan hanya sekedar untuk ngapel, namun untuk dapat restu juga.
"Masuk sini." Aditia mempersilahkan Gerry masuk. Namun, Gerry menggeleng pelan."Kenapa ga mau masuk? Diluar kan ga apik rasanya."
"Di luar aja, Om."
Aditia menghela nafas. Ia dan Gerry memilih duduk di teras rumah nya atas permintaan calon mantu nya."Tumben main kesini? Ada apa calon mantu?"
"Enggak ada apa-apa kok, Om camer. Cuma mau main aja. Sekalian nemenin Om camer biar ga bosen selama di sini. Masa Om camer kerja terus."
"Hahaha. Kamu bisa aja. Papa kamu sudah pulang?"
"Belum, Om camer. Mungkin lusa. Soalnya papa sibuk banget. Terkadang mau pulang besok aja ga jadi, karena tiba-tiba klien nya ngajak meeting lah. Ini lah, itu lah."
"Gapapa, itu artinya papa kamu sudah punya harta dan warisan yang cukup untuk kamu. Apalagi kamu kan anak tunggal, pasti kamu akan jadi penerus nya. Kamu harus pinter-pinter jalani bisnis dan investasi, supaya bisa awet tujuh turunan. Iya ga?"
"Ah! Om camer bisa aja."
"Gimana kalo kita main catur. Udah lama Om enggak main catur nih. Kangen rasanya. Kamu bisa kan main catur?"
"Wah tentu bisa, Om. Kadang-kadang Gerry juga main catur di sini sama Bang Naufal kalo semisal nya lagi main sekalian ngapel juga."
"Ya udah. Om ambil catur nya dulu."
Aditia masuk ke dalam rumah nya mengambil catur milik Naufal. Bosan kan jika keduanya hanya mengobrol dan minum saja.
Aditia hanya mondar-mandir di depan Nanda yang sedang menonton Drakor kesukaan nya. Ia tak tau dimana Naufal menyimpan catur nya."Ayah kenapa si mondar-mandir kek setrikaan?" Ucap Nanda mulai kesal.
"Ayah cari catur punya Abang kamu. Dimana sih dia nyimpen catur nya. Kenapa di sembunyiin? Pelit banget ayah ga boleh pinjem."
"Huh ga boleh gitu, Yah. Catur nya kan di kamarnya Bang Naufal. Cari aja di lemari nya dia. Atau di meja belajarnya. Pasti ada catur nya."
"Oh! Bilang dong dari tadi."
"Ayah nya aja yang ga nanya."
"Kamu ga mau nemenin atau temuin sebentar itu pacar kamu. Kasian lho dia nunggu sendirian di depan. Temenin gih sana, kasian."
"Males."
"Tumben? Kamu lagi marahan sama dia ya?" Nanda memalingkan wajahnya."Kalo ada masalah itu di selesaikan baik-baik. Kamu itu kok persis banget kek Bunda kamu, kalo udah ngambek awet banget. Dibicarakan baik-baik lho."
"Hmmm.."
Setelah itu, Aditia pergi ke kamar Naufal mengambil catur nya. Sedangkan Nanda, ia hanya melirik sekilas ke pintu rumah nya. Malas sekali menemui Gerry.
Setelah menemukan catur nya. Aditia menemui lagi calon mantu nya. Dan mulai bermain catur."Nah! Kita main catur nih calon mantu."
"Siap, Om camer."
Selama bermain catur, tampak Aditia mulai kewalahan karena Gerry sangat handal bermain catur."Kamu atlet catur juga di sekolah?"
"Iya, Om. Gerry mulai suka main catur dari SMP kelas dua. Gerry jadi atlet catur mewakili SMA Airlangga di pertandingan catur itu dari kelas satu SMA."
KAMU SEDANG MEMBACA
GERRY ALEXANDRE
Teen Fiction"Bang Gerry mulai sekarang Nanda panggil Geger ya." "Gak.Ngaco Lo!?" "Bang Geger.Tunggu!" "Berisik Lo!" "Nanda pulang sendiri aja.Bye!!!" "Gue anter.Ga terima penolakan.Naik!!" "Nanda pengen Bang Gerry tetep disisi Nanda hari ini dan selamanya.Nanda...