0.50 Kesedihan

37 3 0
                                    

Tiga hari kemudian....

Gerry berdiri di dekat gundukan tanah dengan nisan bertuliskan nama Ziko Adrian. Ia terjatuh,air matanya mengalir dengan deras. Ia memeluk erat nisan sahabat nya itu. Kehilangan sahabat benar-benar menghancurkan semua nya. Termasuk perasaan Gerry.

Ia memang di tangkap oleh polisi. Tapi,karena ia adalah anak dari Fano Alexandre Winata. Ia hanya akan diberikan pembinaan dan pengawasan. Ia juga akan diberikan pendampingan untuk psikis nya.

"Ko, gue jahat banget ya jadi temen. Seharusnya gue ada temenin Lo waktu itu. Biar kita sama-sama mati. Gue ga rela kalo Lo yang mati karena ulah si Vilan. Gue ga akan pernah rela dan ikhlas, Ko."

Gerry mencoba menahan air matanya. Namun, sayang air matanya kembali menangis deras. Ia tak bisa berkata apa-apa. Ia benar-benar hancur. Ia bahkan dituduh sebagai pelaku dalam kebakaran itu. Ia bahkan dituduh membawa bom. Padahal Gerry tak tau cara membuat bom.

"Ko, gue janji gue akan tegakkan keadilan untuk kita. Demi nama Lo. Lo berharga di Omorfos. Andai aja waktu itu gue ga gegabah ngambil keputusan untuk langsung cari Vilan ke tempat itu, ini semua ga akan terjadi. Lo juga ga bakalan meninggal dengan sia-sia, Ko."

"Maafin gue,Ziko. Maaf.."

Gerry menaburkan bunga yang ia bawa di atas makam Ziko. Ia berdoa meskipun mereka berbeda agama. Setelah itu, ia pergi kembali ke tempat pembinaan.

Saat akan memakai helm. Suara bariton memanggil namanya."GERRY! TUNGGUIN KITA!" Bisa Gerry tebak suara itu adalah suara Rian.

"Ngapain?"

Rian berdecak kesal."Ngapain, ngapain. Lo ke sini ga ngajak-ngajak kita. Ga setia kawan banget Lo. Masuk lagi yuk, temenin kita-kita." Ajak Rian.

"Ogah! Yang ada gue makin sakit,makin sedih."

Omorfos hanya menghela nafas. Dama menepuk bahu Gerry."Boleh sedih tapi jangan berlarut-larut. Lo boleh marah,tapi jangan berlebihan. Kita pasti bakal bantu Lo untuk cari tau semuanya. Kita bakal bantu Lo menyelesaikan ini."

"Kek nya itu dua polisi di sogok deh sama Vilan. Vilan kan lumayan kaya. Pasti dia nyogok itu dua polisi. Kalo enggak, ga mungkin polisi berdua itu ga kasih kita kesempatan buat jelasin dan kasih Arya ngomong sebagai saksi di TKP. Iya ga?" Ujar Yudha.

"Gue rasa sih iya. Soalnya, kalo polisi pasti kan bakal dengerin dulu kesaksian dari saksi yang ada di TKP. Tapi, nyatanya dia malah sama sekali ga mau dengerin penjelasan Gerry dan Arya. Padahal mereka berdua kan saksi nya. Kan aneh banget." Timpal Leo.

"Tuhan ga tidur. Tuhan tau mana yang benar mana yang salah. Tuhan pasti akan segera tunjukkin ke kita jalan keluar dari permasalahan ini. Tuhan pasti akan berikan karma yang adil untuk mereka." Kata Iqbal.

"Berdoa aja. Semoga cepet-cepet terungkap kebenaran nya. Gue di sini butuh keadilan untuk Ziko. Gue ga rela dia meninggal tapi belum mendapatkan keadilan." Kata Gerry.

"Nanti,kita semua bakal ke tempat pembinaan Lo. Kita mau nemenin Lo. Gue, Iqbal, sama Dama bakal nginep di sana. Sekalian kita siapin rencana untuk bukti-bukti supaya Lo cepet bebas dan ga terbukti bersalah." Kata Syahrul.

Gerry mengangguk. Sahabat-sahabat nya memang yang paling mengerti keadaan nya. Keadaan nya yang saat ini sedang sangat terpuruk setelah kehilangan sahabatnya.

Ia tak ingin Nanda tau kondisi nya sekarang. Ia tak ingin membuat kekasih nya khawatir. Ia lebih memilih merahasiakan ini semua dari Nanda.

"CK! Kesambet apaan Lo tumben-tumbenan mau ngomong sepanjang gerbong kereta. Giliran Pak Ketos aja ngomong nya panjang. Giliran gue, ngomong nya irit." Sindir Rian.

GERRY ALEXANDRE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang