0.65 Tentang Kita

24 4 0
                                    

Seminggu kemudian....

Tak terasa sudah seminggu,Nanda berada di rumah sakit. Rasanya benar-benar membosankan. Tapi,ia harus semangat untuk bisa pulih seperti dulu. Apalagi hari ini ia akan jalani terapi.

Dan seminggu setelahnya,ia akan jalani operasi donor mata. Dua hari setelah ia sadar, Dokter terus mengecek kondisi kornea matanya. Dan ternyata semakin memburuk. Hal itu mengharuskan nya menjalani operasi donor mata. Dan tak butuh waktu lama, Dokter telah menemukan donor mata yang cocok untuk Nanda.

"Dek, kita terapi sekarang ya?"

Nanda menoleh. Ia menghela nafasnya panjang. Sejujurnya ia tidak suka menjalani terapi, tapi ini semua demi kesembuhan nya."Harus banget sekarang?"

"Harus."

Nanda hanya menurut. Ia tidak ada tenaga untuk menolak. Lagian apa salahnya? Seminggu kemudian,ia akan jalani operasi donor mata. Setelah itu,ia baru bisa berlatih jalan. Walaupun kata Dokter, sebenarnya ia bisa terapi berjalan dengan kondisi mata yang buta, tapi Nanda menganggap nya susah.

Tiba di Ruang khusus untuk menjalani terapi,di sana sudah ada Dokter Gilang dan Perawat yang menunggu nya."Bagaimana Nanda, kamu sudah siap?"

Nanda mengangguk lemah."Dok, tolong sembuhkan adik saya bagaimana pun caranya dok. Saya mohon." Kata Naufal. Siapapun pasti akan melakukan yang terbaik untuk membuat orang yang ia sayang sembuh.

"Tentu. Saya akan melakukan yang terbaik agar Nanda bisa kembali seperti dulu. Dia anak yang kuat. Buktinya dia bisa bertahan sejauh ini."

Nanda mulai menjalani terapi. Itu untuk gegar otak ringan yang ia alami dan juga terapi agar kondisi tulang ekor nya bisa mengalami pemulihan cepat. Setengah jam berlalu.

Nanda keluar dari ruang terapi. Ia tampak tersenyum tipis kearah Naufal."Gimana terapinya? Berjalan lancar, kan?" Tanya Naufal lembut kepada adiknya itu.

"Alhamdulillah, lancar kok."

"Naufal, jika kamu ingin melatih adik kamu agar bisa kembali berjalan seperti sedia kala. Kamu bisa melatihnya di halaman belakang rumah sakit ini. Di sana sepi, mungkin, Nanda akan nyaman di sana. Suster akan mendampingi kalian. Bagaimana?" Tanya Dokter Gilang.

"Setuju, Dok. Adik saya memang lebih suka berada di tempat yang sepi, dia pasti akan lebih nyaman di sana. Kalau begitu, saya pamit dulu, Dok. Terimakasih."

"Sama-sama."

Naufal dan Nanda pergi ke halaman belakang rumah sakit itu, ditemani juga oleh Suster yang biasa mendampingi Nanda. Nanda hanya menghela nafas, lalu menatap ke samping, lalu menghela nafasnya lagi.

"Kamu pasti sembuh, Dek." Yakin Naufal. Ia tidak suka melihat adiknya terus bersedih seperti tidak ada harapan. Dokter Gilang bilang, jika Nanda masih mempunyai banyak harapan untuk sembuh dan pulih seperti dulu.

"Kenapa Abang se yakin itu?"

Naufal menghentikan kursi roda Nanda. Keduanya sudah tiba di halaman belakang rumah sakit. Lalu, Naufal berjongkok di depan Nanda menangkup wajah adiknya.

"Jangan pernah menyerah, Dek. Jangan pernah ngerasa kalau kamu nggak akan sembuh. Kamu pasti akan sembuh, akan pulih seperti dulu lagi. Yakin, Dek. Kamu harus optimis kalau kamu bisa sembuh, bisa pulih seperti sediakala. Abang aja yakin, masa kamu nggak yakin."

Sudut bibir Nanda tertarik, itu artinya dia tersenyum."Iya, mulai sekarang Nanda akan optimis untuk bisa sembuh. Terimakasih Abang, Abang itu support system' Nanda."

"Sama-sama, yuk mulai sekarang."

Keduanya memulai terapi jalan untuk Nanda. Naufal memegang tangan adiknya. Perlahan-lahan, tangan Nanda mulai mencoba berdiri. Meskipun tubuh nya masih terasa lemah. Tapi, ia harus kuat. Ia pasti bisa.

GERRY ALEXANDRE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang