0.70 Inikah Tandanya?

47 3 0
                                    

Nanda bangun dari tidurnya, ia mendesis ngilu saat merasa bagian sensitif nya terasa begitu sakit. Ia benar-benar tak habis pikir dengan Gerry. Setelah melakukan itu, Gerry terdiam lalu membaringkan tubuhnya, kemudian tertidur. Seolah tak terjadi apa-apa.

Jika Nanda hitung-hitung, Gerry melakukannya hingga empat belas jam. Tentunya hal itu membuat tubuh Nanda seperti akan lumpuh. Tulang-tulang nya terasa sangat nyeri. Ia bahkan merasa sangat susah untuk sekedar bangun dari tidurnya.

Ingin sekali rasanya mengumpat kesal kepada Gerry. Namun, tak mungkin ia lakukan. Terlebih lagi, Gerry adalah suaminya. Mereka berdua kini sudah menjadi pasangan suami-istri. Sudah menjadi kewajiban Nanda untuk menuruti keinginan Gerry. Dan sudah menjadi hak Gerry untuk melakukan hal itu. Sekali mendapatkan izin, malah jadi kebablasan kan.

Kata Bunda, saat Nanda resmi menjadi seorang istri, surga nya kini berada di bawah telapak kaki suaminya. Ia tentu tidak ingin menjadi istri yang durhaka. Nanti bisa terkena azab oleh suaminya.

Namun, apa yang dilakukan Gerry benar-benar membuat nya kewalahan. Walaupun Gerry melakukan nya dengan kelembutan, tapi tetap saja, tidak sebanding dengan daya tahan tubuh Nanda. Ingin sekali rasanya ia melempar Gerry ke Samudera Atlantik saat melihat cowok itu tidur dengan nyenyak nya.

Nanda berjalan tertatih-tatih menuju kamar mandinya. Ia membersihkan tubuhnya. Selesai dengan aktivitas nya. Ia keluar dari kamar mandi lalu berjalan menuju meja riasnya. Ia bercermin, ia melihat salep di atas meja riasnya.

"Kata Ska, jangan dikasih salep. Nanti jadi perih, okay, ga akan Nanda kasih salep. Nanda biarin aja." Ia melihat bekas kissmark di lehernya. Ia jadi ngilu sendiri saat melihat nya.

"Ya Allah, kenapa bentukan nya gede banget." Ia mengusap pelan lehernya. Ia beranjak, lalu kembali ke atas tempat tidur nya. Ia menatap kesal wajah damai Gerry yang masih tertidur pulas.

Nanda belum masak. Belum lagi ia harus turun tangga, pasti akan sangat sulit terlebih lagi kondisi tubuhnya yang rasanya mau remuk. Ia meringis pelan, ingin sekali membangun kan Gerry, namun urung ia lakukan. Sembari menunggu Gerry bangun, Nanda memilih untuk membaca buku novel yang belum lama ia beli.

Setengah jam setelahnya, Gerry terbangun dari tidurnya. Cowok itu menatap ke samping, ia menghela nafas lega saat melihat istrinya sedang membaca buku novel kesukaannya.

"Sayang.." Parau Gerry. Ia langsung memeluk Nanda yang berada di sampingnya. Itu membuat Nanda semakin merasa kesal, kenapa seperti tidak ada rasa bersalah.

"Awww! Sakit Bang Gerry!" Pekik Nanda saat Gerry tak sengaja menyentuh bagian sensitif nya. Ia melirik tajam Gerry yang hanya menyengir tak berdosa.

"Kamu.. sakit ya gara-gara semalem?"

Nanda menutup bukunya kasar. Ia menatap Gerry intens."Iya, sakit banget. Bang Gerry tega banget sama Nanda. Badan Nanda jadi sakit semua, rasanya mau remuk. Empat belas jam itu waktu yang lama banget, Ya Allah."

"Maaf, sayang. Aku kan ga ngecek jam juga, wajar sayang kalo begituan Sampe belasan jam. Kalo cuma satu jam mah, mana puas untuk laki-laki." Spontan Nanda menampol lengan Gerry, kalau berbicara tidak bisa di rem.

"Ya udah, aku aja ya yang masak, Kamu tunggu disini."

"BANG GERRY PAKE BAJU NYA DULU IHHH!!" Pekik Nanda seraya menutup wajahnya dengan kedua tangannya. Gerry memang minta di buang ke Samudera Atlantik nih.

"Halah, semalem udah liat pun sok-sokan kek belum liat apa-apa. Biasa aja, sayang." Gerry menyambar kaos nya asal. Ia langsung bergegas turun ke bawah untuk memasak makanan untuk ia dan Nanda.

Nanda menghela nafasnya kasar. Gerry benar-benar menguji kesabaran nya. Sejak kapan cowok itu menjadi jahil seperti ini. Dan kenapa gantian Nanda yang harus banyak bersabar menghadapi dirinya.

GERRY ALEXANDRE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang