"Mah, Pah. Kan semuanya udah terbukti nih, berarti, Gerry ga perlu ke Amerika dong ya, kan?" Tanya Gerry dengan mata yang berbinar-binar. Ia harap kedua orangtuanya tidak jadi membawanya ke Amerika.
"Kata siapa? Kamu tetap akan pergi ke Amerika, semuanya sudah kami urus. Tidak mungkin kami batalkan begitu saja, mental dan psikis kamu belum sepenuhnya pulih. Jadi, jangan berharap kami akan batal membawa kamu ke Amerika." Tegas Fano, ia tentu ingin yang terbaik untuk anaknya.
Raut wajah bahagia Gerry kini kembali murung. Senyum yang awalnya terlihat jelas, kini hilang entah kemana.
"Kok gitu? Kenapa? Apa alasan kalian tetap ngotot bawa Gerry ke Amerika? Gerry bener-bener udah pulih, Mah, Pah. Gerry nggak mau ke Amerika. Di sana ga ada siapa-siapa."
"Alasan kami berdua tetap ngotot bawa kamu ke Amerika itu karena kami sayang sama kamu. Kami peduli dengan kesehatan mental dan psikis kamu. Kami ingin memberikan yang terbaik untuk kamu, nak." Kata Christi.
"Sayang? Peduli? Yang terbaik?" Gerry tertawa palsu."Bukan itu alasan nya! Gerry bener-bener ga habis pikir dengan Mamah sama Papah. Gerry cuma pengen tetep stay di sini tinggal di Indonesia bareng sama Omorfos dan Nanda. Itu doang udah cukup, itu yang terpenting untuk Gerry supaya Gerry bisa cepetan pulih."
"Jangan ngebantah dan jangan ngelawan. Kamu, akan tetap pergi ke Amerika besok. Kami tidak terima penolakan." Kata Fano tak mau kalah.
"Kalian jahat.." Gerry kecewa. Ia menyaut jaket nya yang berada di sofa ruang keluarga rumah nya lalu bergegas pergi meninggalkan Kedua Orangtua nya. Ia sedang tidak baik-baik saja. Ia kembali down.
"Gerry! Kamu mau kemana, nak?" Panik Christi, ia pergi menyusul anaknya dengan air mata yang mengalir turun secara perlahan. Ia terus menahan tangan anaknya.
"Gerry! Kamu mau kemana, nak?! Jawab Mamah!"
Gerry menghela nafasnya kasar. Ia menghentikan langkahnya lalu menatap kebelakang menatap ibunya."Gerry mau cari angin. Mau tenangin diri."
Ia tak memperdulikan lagi Christi. Ia bergegas ke garasi rumah nya lalu menghidupkan mesin motor nya dan pergi. Entah ia mau pergi kemana? Yang jelas, Christi sangat khawatir. Perasaan nya tidak enak.
Gerry terus melajukan motornya dengan kecepatan tinggi seperti orang kesetanan. Ia sudah seperti tidak sadar saat membawa motor nya. Air matanya perlahan turun membasahi pipinya. Untung saja ia mengenakan helm.
"Kalian jahat.." Ia menangis, Gerry kembali teringat perkataan Nanda saat berada di kantor polisi tadi. Yap! Nanda ikut ke kantor polisi ditemani Naufal. Mungkin, Nanda ingin tau apa yang mau dikatakan oleh Kepala penyidik itu.
Bayangan saat keduanya sedang berbicara berdua di halaman depan Mapolres kembali terngiang-ngiang di kepala Gerry. Ia memikirkan gadis kesayangan nya itu.
Flashback On saat di Mapolres....
"Nanda seneng banget, akhirnya Bang Gerry bisa bebas. Ga perlu ada yang awasi dua puluh empat jam. Akhirnya, kehidupan Bang Gerry bisa kembali seperti semula. Akhirnya, doa Nanda dan yang lainnya terkabul juga." Kata Nanda dengan mata berbinar-binar.
Nanda benar-benar bahagia saat tau Gerry dinyatakan tidak bersalah dalam kasus itu. Ia akhirnya bisa bernafas lega setelah semua kebenaran nya terungkap.
"Iya, aku juga sayang. Aku seneng banget, sampe nangis lho saking bahagianya. Ini juga berkat doa kamu, Orangtua aku dan Omorfos juga. Makasii banyak ya, karena selama ini kamu udah mau nemenin aku sampe kasus ini selesai." Gerry langsung memeluk Nanda erat.
KAMU SEDANG MEMBACA
GERRY ALEXANDRE
Teen Fiction"Bang Gerry mulai sekarang Nanda panggil Geger ya." "Gak.Ngaco Lo!?" "Bang Geger.Tunggu!" "Berisik Lo!" "Nanda pulang sendiri aja.Bye!!!" "Gue anter.Ga terima penolakan.Naik!!" "Nanda pengen Bang Gerry tetep disisi Nanda hari ini dan selamanya.Nanda...