🦋 Epilog 🦋

97 5 0
                                    

Tujuh bulan kemudian....

"Sayang, susu nya yang mana?"

Nanda memundurkan langkahnya. Ia melihat dari atas sampai bawah. Ia mengambil susu ibu hamil bertuliskan 'Anmum' di rak Supermarket itu. Ia meletakkan nya di troli belanja yang dibawa oleh Gerry.

"Sayang, ini enggak juga?"

Nanda menoleh kebelakang. Ia menatap Gerry dengan wajah malu. Gerry memperlihatkan susu dengan tulisan 'Ensure' kepada Nanda. Apa cowok itu tidak tau jika susu itu untuk Lansia?

"Iya, tapi nanti, kalo Bang Gerry udah tua, baru kita beli itu. Sekarang, Nanda perlu nya Anmum bukan Ensure." Tekan Nanda. Benar-benar memalukan.

"Hehehe.. jangan ngambek dong."

"Bang Gerry aneh-aneh aja. Emang nya Nanda udah tua sampe suruh minum susu nya Orangtua? Emangnya Nanda encok?! Sampe dikasih susu begituan."

"Kan Anak kita terlalu aktif. Katanya di dalem perut kamu, dia nendang-nendang terus. Aku takut kalo nanti dia encok atau sendi nya lelah karena kebanyakan nendang."

Nanda membulatkan matanya. Ia menampol lengan Gerry. Emang mulut Gerry minta di balsem."Bang Gerry tega bener sama anak sendiri. Dia ini anak Bang Gerry juga."

"Iya-iya.. kamu mau belanja apa lagi?"

"Ga ada. Kita langsung ke toko yang jual perlengkapan bayi aja. Baju sama perlengkapan yang lainnya kan masih sedikit. Apalagi bulan depan udah ga sempet karena udah waktunya melahirkan."

"Iya sayang, iya."

Selesai belanja di Supermarket. Keduanya lantas pergi ke toko yang menjual perlengkapan bayi. Menurut hasil USG, anak mereka berdua berjenis kelamin laki-laki. Tentu, Gerry sangat senang. Katanya biar bisa jadi penerus Omorfos.

"Sayang, beli yang ini aja. Liat nih, anak motor banget." Gerry menunjukkan kaos yang seharusnya untuk anak umur enam bulan. Kaos itu berwarna hitam dan aneh nya kenapa gambar tengkorak yang tidak ada lucu-lucu nya?

Nanda menampol lengan Gerry. Gerry hanya memanyunkan bibirnya kesal. Semenjak hamil enam bulan, Nanda senang sekali menampol lengan nya.

"Jangan aneh-aneh, itu untuk bayi enam bulan."

"Kita beli sekarang aja, aku takut keburu di beli sama orang lain. Ntar anak aku ga kebagian, kasian dia. Dia kan calon penerus tahta Omorfos Generasi Keempat."

Mata Nanda membulat sempurna. Kenapa Gerry berambisi sekali untuk menjadikan anak nya yang bahkan belum lahir sebagai penerus tahta Omorfos Generasi Keempat?

"Dia belum lahir. Udah aneh-aneh aja ngomong nya."

"Cih! Ga aneh-aneh, sayang. Buktinya dia sering nendang, itu artinya dia udah ga sabar banget mau nendang musuh nya. Berarti dia ga sabar mau latihan silat. Itu tandanya, dia udah siap jadi penerus Omorfos."

Nanda memutar bola matanya malas. Apa ini konsekuensi nya memiliki suami seorang Ketua Geng Motor."Ya udah deh, terserah Bang Gerry. Dari dulu omongan nya itu terus." Ia bergegas melangkahkan kakinya ke tempat sepatu.

Setelah berbelanja pakaian dan perlengkapan bayi. Keduanya pulang ke rumah. Hari yang melelahkan, terlebih lagi untuk Nanda. Ia kini sudah cukup susah untuk berjalan. Ia bahkan mudah lelah, mungkin karena kandungan nya yang semakin membesar.

Setibanya di rumah, Nanda langsung membersihkan tubuhnya di kamar mandi. Setelah selesai dengan aktivitas nya, ia sholat Maghrib bersama Gerry. Selesai sholat. Ia merebahkan tubuhnya di kasur empuknya.

"Capek ya?"

Nanda mengangguk lemah layaknya anak kecil. Gerry ikut merebahkan tubuhnya di samping Nanda. Cowok itu tak henti-hentinya tersenyum menatap Nanda.

GERRY ALEXANDRE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang