**
Setibanya di kos, Kania mengeluh sebab lampu teras depan mati seperti kemarin. Entah ada kabel yang putus atau memang sudah saatnya bola lampu itu diganti. Akibatnya teras depan gelap gulita. Kania harus menyalakan senter ponselnya untuk menerangi langkah menuju kamarnya yang berada di teras samping.
Kamar Kania terletak di tengah-tengah di antara dua kamar di teras samping kos. Di sini, hanya ada tiga kamar dengan halaman luas untuk menjemur pakaian. Sementara itu ada tiga kamar lain tepat di atas kamar Kania. Jadi, totalnya ada enam kamar di kos ini.
Lampu teras di depan kamarnya sudah menyala, sepertinya teman kos Kania yang menyalakannya karena seklar untuk lampu teras berada di sebelah pintu kamar Kania.
Kania lalu membuka pintu kamarnya dan masuk ke dalam lantas kembali mengunci pintu. Ia melirik jam dinding yang masih menunjukkan pukul setengah delapan malam. Terlalu dini untuk pergi tidur. Kania memutuskan untuk mandi dan mengerjakan tugas sebelum tidur. Tak lupa ia menyalakan musik agar suasana kamar tak terlalu lengang.
Tadi, Fero mendapat panggilan telepon dari manajernya, katanya akan ada rapat dengan salah satu brand untuk membahas iklan. Fero harus pulang cepat padahal Kania masih ingin bersama cowok itu.
Terdengar suara gelak tawa dari kamar sebelah. Karena kamar Kania berada di tengah-tengah antar dua kamar. Ia agak ragu suara gelak tawa itu berasal dari kamar yang mana. Namun saat ia teringat kalau Fiska sedang tidak ada di kos, bisa dipastikan suara itu berasal dari kamar setunya lagi.
Kamar itu diisi oleh seorang mahasiswi baru jurusan psikologi yang terlihat aneh bagi Kania, sebab mahasiswi itu jarang berinteraksi dengan tetangga kamar kosnya. Padahal hanya ada Kania dan Fiska saja yang merupakan tetangga dekatnya.
Selepas dari kampus apabila bersisian jalan di depan kos, mahasiswi itu selalu terlihat sibuk dengan ponselnya lalu masuk ke kamar kosnya dan tidak keluar sebelum esok hari saat hendak ke kampus lagi.
Apa mahasiswi itu tidak pengap hanya di dalam kamar saja terus-terusan? Kania saja sudah merasa pengap sekarang sebab kalau ada Fiska di kamar sebelah, Kania pasti berani membuka pintu dan jendela untuk pergantian udara di dalam kamar dengan udara di luar. Karena Kania sudah menutup pintu dan jendelanya sejak pagi tadi makanya udara terasa pengap malam ini. Namun, karna kamar Fiska kosong Kania jadi merasa was-was untuk membuka jendela kamarnya.
Selepas memakai setelan piyamanya, Kania mengintip keluar kamar lewat jendelanya. Lengang yang terlihat, hanya ada beberapa pakaian Kania yang tergantung di jemuran luar, ia lupa kalau tadi pagi sebelum ke kampus ia sempat menjemur pakaian.
Mau tak mau Kania harus keluar. Ia lalu mencari suatu benda untuk alat perlindungan diri. Meskipun daerah kos Kania terbilang aman dan minim kasus pencurian tapi tetap saja Kania merasa perlu melindungi dirinya sebab kejahatan bisa datang tiba-tiba.
Setelah menemukan tongkat kayu bekas sapu di dapur kosnya, Kania membuka kunci kamarnya dan keluar setelah sekali lagi memastikan kalau di luar aman.
Suara gerendel kunci dari kamar sebelah terdengar bersamaan dengan Kania keluar kamarnya. Mahasiswi dari kamar sebelah itu terkejut mendapati kehadiran Kania, ia lalu tersenyum canggung seraya memegang erat bagian depan jubah cardigannya. Kania sempat melihat setelan seksi di bawah cardigan mahasiswi itu.
Mahasiswi itu lalu bergegas ke depan kos. Kania mengamatinya dan berpura-pura acuh mengambil pakaiannya pada jemuran di teras.
Lampu sepeda motor padam saat mahasiswi itu membuka pagar depan, suara berat khas laki-laki pun terdengar. Entah laki-laki itu teman atau pacar mahasiswi tadi Kania sih tidak peduli.
Tapi, yang mengganggu Kania adalah setelan seksi yang gadis itu kenakan di bawah jubah cardigannya. Kalau cardigan itu memiliki zipper atau kancing yang bisa menutupi setelan di dalamnya itu tidak menjadi masalah, namun jubah cardigan itu polos saja tanpa ada item yang berfungsi sebagai pelindung setelan di dalam.
Selepas mengambil semua pakaiannya dari jemuran, Kania melempar asal pakaiannya ke atas karpet. Lalu ia mengendap-endap ke teras depan dan mengintip di balik dinding. Sialnya Kania malah mendapati hal yang harusnya tidak ia lihat, entah apa yang mahasiswi itu lakukan dengan tamunya, keduanya terlalu dekat jika hanya sekedar mengobrol saja.
Kania lantas buru-buru berbalik dan masuk ke kamarnya seraya mengunci pintu. Kania menghela napas lega setelah merasa aman berada di dalam kamarnya. Hal barusan membuat jantung Kania berdetak cepat. Ada-ada saja kejadian yang terjadi malam ini.
Kania kemudian beralih ke tas ransel yang ia gunakan ke kampus tadi yang tersandar di dinding kamar, ia hendak mengambil buku untuk mengerjakan tugas.
Namun, tas ransel itu terlihat menggembung. Ia mengerutkan kening mengingat-ingat apakah ia memasukkan sesuatu ke dalam tasnya hingga menggembung seperti itu. Perasaannya tadi saat di kampus tasnya tidak segembung itu.
Daripada penasaran dan menebak-nebak, Kania meraih tasnya dan membuka zipper lantas menemukan paket berukuran sedang di sana. Ada sticky notes terjatuh saat Kania mengeluarkan paket itu.
Sticky notes itu bertuliskan :
Untuk Kania dari FeroAda gambar love kecil di sudutnya. Kania tersenyum seraya mengamati paket itu. Di luar paket ada kertas print yang menjelaskan nama toko dan alamat toko serta nama penerima dan alamat penerima. Ada kode batang juga di sisi kertas itu. Nama penerima dan alamat penerima adalah nama Fero dan alamat rumah Fero. Kania jadi penasaran apa isi paket itu.
Dengan perasaan berdebar, Kania membuka paket itu. Di balik bubble wrap Kania mendapati kotak alat make up dari brand yang Kania inginkan selama ini. Salah satu influencer yang menjadi brand ambassador make up tersebut, setelah melihat iklannya di sosial media Kania jadi menginginkan make up itu. Seingatnya minggu lalu ia cerita pada Fero tentang iklan make up tersebut saat kencan mereka. Tapi, ia tak menyangka Fero akan membelikannya.
Ting! Ting!
Notifikasi berbunyi dari ponsel Kania. Ia bergegas memeriksanya. Ada dua pesan dari Fero. Kebetulan sekali, Kania baru saja hendak menghubungi cowok itu.
From Kak Fero :
Malam yang, belum tidur kan?
Udah cek tas kamu?Kania langsung mengetikkan balasan. Ia memotret paket yang baru saja dibuka.
To Kak Fero :
/send picture/
Ini kan? Aku waktu itu cuma cerita loh bukan minta dibeliin.From Kak Fero :
Kebetulan temen Kakak kerja di kantor brand make up itu, jadi ya Kakak beli satu set make up buat kamuTo Kak Fero :
Gitu ya....
Kak Feroo makasihhhh aku sukaa bangeettt paket dadakannya <3Kania senyum-senyum sendiri sembari mengamati kotak make up barunya. Sebagai perempuan yang kodratnya ingin terlihat selalu cantik, mendapat hadiah make up tentunya merupakan suatu kebahagian. Begitu pula dengan yang Kania rasakan.
Memang sih Kania seringnya hanya memakai make up natural untuk ke kampus atau pergi kencan dengan Fero. Ia juga bukan perempuan maniak make up. Tapi, untuk beberapa peralatan make up Kania fasih menggunakannya. Jadi, kotak make up berukuran sedang yang Fero hadiahkan masih akan berguna untuk Kania. Kania lalu berbaring di kasurnya sembari tersenyum senang. Tak lama ia pun terlelap.
**
Date : 06 Juni 2022
KAMU SEDANG MEMBACA
Hujan di Sore Hari (✔)
Romance(Completed/Tamat) Hujan deras sore ini seakan mengerti bagaimana perasaan Kania. Gadis itu terduduk di sudut tangga sembari melihat tetesan air hujan yang berkejaran di luar melalui jendela. Ia terdiam seraya berpikir betapa bodohnya ia selama...