**
From Kak Fero :
Selesai kelas jam berapa Kania? Makan siang bareng yuk!Itu pesan Fero sepuluh menit yang lalu. Kania tidak bisa menahan senyum saat membacanya. Seraya menutup sebagian wajah dengan buku catatan, Kania memerhatikan dosen di depan yang sedang menjelaskan materi.
Sepuluh menit kemudian kelas selesai. Kania langsung membalas pesan dan Fero menelponnya.
📞 "Kakak lagi di parkiran depan gedung fakultas kamu. Kamu udah selesai kelas?"
📞 "Udah kak."
📞 "Yaudah, langsung ke parkiran aja."
📞 "Eh gapapa?"
Suara tawa Fero terdengar diujung sambungan. "Gapapa. Kakak pake mobilnya Bang Jay kok."
Kania menyahut lagi dan dengan satu dua kalimat panggilan itu selesai. Bang Jay yang Fero maksud adalah manajer cowok itu. Kania pernah tiga kali bertemu langsung dengan Bang Jay.
Setelah menyakukan ponselnya, Kania lalu bergegas ke pelataran parkir. Kania melihat keberadaan mobil sedan biru langit yang terlihat beda sendiri dari mobil-mobil di sekitarnya yang warnanya monoton, hitam, putih atau silver.
Kania kemudian berjalan mendekatinya. Menuju pintu samping kemudi dan mengetuk kaca mobil. Fero yang berada di dalam mobil langsung membuka pintu dan Kania pun masuk.
"Cuacanya bagus banget kan hari ini?" Komentar Fero seraya menjalankan mobil.
"Iya. Langitnya biru cerah sama kayak warna mobilnya Bang Jay."
Fero tergelak.
"Kamu bisa langsung tau kalau ini mobilnya Bang Jay ya tanpa nanya ke aku dulu. Aku sampe kaget, tau-tau kamu udah berdiri di samping mobil aja."
"Soalnya Bang Jay kan out of the box. Suka warna-warna cerah dan pasti apa pun barang yang dia punya identik sama warna-warna cerah. Jadi ya pas sampe di parkiran cuma mobil ini aja yang warnanya beda, yaudah aku pikir pasti ini mobilnya Bang Jay. Ternyata bener kan?" Kania balas menyahut panjang lebar sembari diselingi tawa kecil.
Fero yang sedang menyetir sesekali melirik Kania yang mengoceh panjang lebar seperti itu sembari tersenyum.
"Kamu tau gak kemaren Bang Jay mau warnain mobilnya jadi warna pink fanta."
"Gak mengejutkan sih. Tapi kenapa jadinya warna biru langit?"
"Jadi pas di bengkel langganan Bang Jay. Ada cewek yang kerja magang di sana. Terus cewek ini yang nyaranin mobil Bang Jay diwarnain biru langit. Makanya jadi warna biru langit."
"Gara-gara cewek ternyata." Kania tertawa. "Terus sekarang gimana hubungan mereka Kak?"
"Gak gimana-gimana." Fero mengangkat bahu. "Namanya juga Bang Jay, dia mana mau jalin hubungan serius."
Kania mangut-mangut saja. Ia lalu mengamati interior dalam mobil Bang Jay. Ternyata masih sama tidak ada beda, cuma warna luarnya saja yang beda. Dulu Kania pernah dua kali naik mobil Bang Jay, jadi Kania tahu betul apa-apa saja yang ada di dalam mobil itu.
Karna kebiasaan Kania di dalam mobil Fero adalah suka memeriksa saku-saku bagian dalam pintu mobil sebab kalau di mobil Fero biasanya ada cemilan dan bahkan kadang Fero menaruh hadiah untuk Kania di sana. Jadilah kebiasaan itu tak bisa Kania lupa dan ia praktekan juga ke mobil Jay.
Di bagian dalam saku-saku pintu mobil Kania menemukan satu benda yang harusnya tidak berada Di sana. Tangan Kania menyentuh botol kaca kecil kira-kira 5 ml yang terlihat baru.
Kania lalu mendekatkan kehidungnya ternyata botol itu adalah sampel parfume. Kania pernah melihatnya di toko parfume saat menemani Jeje membeli parfume.
Tanpa menanyakan pada Fero asal muasal parfume itu, Kania membuka tutup botolnya untuk lebih jelas mencium aroma parfume di dalamnya. Semerbak aroma mawar tercium. Hal itu membuat Fero menoleh.
"Bau mawar?"
"Iya. Ini aku dapet di saku-saku pintu mobil. Punya gebetannya Bang Jay ya? Karna gak mungkin kan Bang Jay pake parfume baunya kayak gini."
"Oh.. eh.. iya kali ya punya gebetannya Bang Jay," jawab Fero gugup.
Kania mengerjap pelan dan melirik Fero sebentar, ia menyadari cara bicara Fero yang jadi gugup begitu. Namun, Kania tak ambil pusing saat tiba-tiba ia teringat bau parfume yang sama persis dengan bau parfume di botol sampel parfume ini. Apa jangan-jangan...
**
Jangan-jangan apa hayo?😏
Date : 15 Juli 2022
KAMU SEDANG MEMBACA
Hujan di Sore Hari (✔)
Romance(Completed/Tamat) Hujan deras sore ini seakan mengerti bagaimana perasaan Kania. Gadis itu terduduk di sudut tangga sembari melihat tetesan air hujan yang berkejaran di luar melalui jendela. Ia terdiam seraya berpikir betapa bodohnya ia selama...