**
Kelas hari ini dimulai jam 9 pagi. Harusnya sih jam 11 sesuai jadwal yang ada di portal web mahasiswa, tapi karna dosen yang mengajar lebih suka mengajar jam 9 pagi, begitu alasannya, maka kelas hari ini dimulai jam 9 pagi.
Saat Kania sampai di kelas, Hani sudah duluan ada di sana. Ia duduk di bangku barisan paling belakang.
"Dingin banget di depan, ac nya full," ujar Hani saat Kania bertanya kenapa Hani duduk di belakang.
Kania nyengir. Lantas mendekat ke Hani dan duduk di sampingnya. "Kania gue boleh nanya gak?"
"Nanya aja, kok pake ijin sih Han," Hani nyengir.
Ia terlihat ragu dengan apa yang akan ia tanya pada Kania.
"Hgh... gak jadi deh. Takutnya lo ngerasa gak enak."
"Kenapa gue jadi ngerasa gak enak."
"Ya... karena pertanyaan gue."
Kania mengerutkan kening tak mengerti. "Lo aja belum nanya gimana lo tau kalau gue bakal ngerasa gak enak?"
Hani mengulum bibir. Ia jadi bimbang tapi saat sorot mata Kania menunjukkan kalau gadis itu tak masalah dengan pertanyaan yang akan Hani ajukan, Hani pun memberanikan diri bertanya, "lo sama Qeenan pacaran ya?"
"Ha?" Kania sukses melongo.
Hani meringis merasa bersalah. Tapi sedetik kemudian ia dibuat tak percaya karna Kania tergelak.
"Kok lo ketawa sih?"
"Pertanyaan lo lucu Han."
"Ck. Gue nanyanya serius loh." Hani jadi bete.
Karna semalaman ia memikirkan bagaimana cara menanyakan hal itu pada Kania agar Kania tak tersinggung dan bagaimana reaksi Kania nantinya. Tapi yang ia dapat diluar dugaan.
"Sorry. Jadi itu pertanyaan lo?"
Hani mengangguk. "Ada lagi sih, tapi itu pembukaannya."
Kania tersenyum geli. Pembukaannya saja sudah membuat ia tertawa apalagi pertanyaan selanjutnya.
"Gue jawab yah. Enggak. Gue gak pacaran sama Qeenan."
Hani mangut-mangut. Lantas hendak membuka mulut untuk pertanyaan selanjutnya. Namun, dengan segera Kania menyela.
"Biarin gue nanya dulu, atas dasar apa lo sampe ngira gue pacaran sama Qeenan."
Hani menggumam pelan. Ia tampak berpikir dan kemudian berujar, "karna kalian kalau diliat-liat kayak orang pacaran tau."
"Masa?" Kania malah tak percaya.
"Wajar sih lo gak nyadar. Karna yang bisa liat kan orang-orang di sekitar lo. Tapi, ini beneran kan lo gak pacaran sama Qeenan."
Kania menggeleng lagi. "Bener. Gue emang punya pacar tapi bukan Qeenan."
Hani mengangguk percaya. "Temen gue suka sama Qeenan terus dia minta dicomblangin."
Hani membuka galeri di ponselnya dan memperlihatkan pada Kania foto kelompok mereka bersama salah satu pemimpin perusahaan yang mereka wawancarai minggu lalu. "dia lagi liat-liat galeri hp Gue pas ketemu foto ini dia bilang dia suka sama Qeenan."
Kania lalu mengamati foto itu. "di foto ini Qeenan ganteng ya,"
"Nah itu makanya temen gue jadi suka. Kalau gitu gue bisa comblangin temen gue sama Qeenan dong."
Kania mangut-mangut. "Ya comblangin aja. Tapi Qeenan juga lagi deket sama cewek lain sih."
"Loh iya?"
"Iya. Namanya Lara. Dia kating kita tapi anak seni."
"Wah kalau gini bakal susah sih." Hani terdengar bersemangat.
"Coba tanya dulu sama temen lo tetep mau gak dicomblangin sama Qeenan yang udah punya gebetan atau enggak. Kalau temen lo santuy aja yaudah lanjut." Kania memberi saran sembari menahan senyum geli. Jujur saja ia tak percaya bisa memberi saran soal percintaan seperti ini.
Hani mengangguk.
"Menurut gue sih ya Han. Kan si Qeenan baru punya gebetan yang belum tentu juga bakal jadi pacarnya dia, gapapa buat temen lo deket sama Qeenan. Mana tau Qeenan lebih klop sama temen lo daripada sama gebetannya sekarang. Kalau mereka bahagia terus pacaran yang dapat pahala lo juga kan udah mempertemukan dua hati menjadi satu." Kata-kata Kania diakhiri dengan tawanya sendiri yang juga membuat Hani tergelak.
**
Sebelum berangkat ke kampus, Qeenan yang tadinya hendak menghabiskan waktu dengan menonton televisi malah mengabaikan televisi menyala sendiri, ia lantas memberikan masukan pada Kori perihal cara ngechat cewek duluan.
"Lo kan tau gue udah bertahun-tahun pacaran dan gak pernah dekat sama orang baru atau ngebiarin orang baru deket sama gue. Dan sekarang setelah gue sendirian gue mau ada orang baru tapi gue gak tau gimana caranya biar orang baru itu gak ninggalin gue karna sikap gue yang kaku ini." Itu alasan Kori yang kedengarannya klise tapi benar adanya.
"Ternyata lo berguna juga ya," gelak Kori sampai ngakak sendiri.
Qeenan mendelik. Lantas pergi begitu saja, dengan backsound tawa Kori yang masih terdengar dari dalam kontrakan.
Sesampainya di kampus, Qeenan tidak langsung masuk ke dalam kelasnya. Ia melongokkan kepala lewat pintu kelas, mencari sosok Kania.
Kania tampak duduk di paling belakang, gadis itu sedang mengobrol bersama Hani.
Qeenan tersenyum kecil lalu masuk ke dalam kelas dan mengambil duduk di sebelah Kania.
"Siang cantik!" sapa Qeenan genit.
**
Date : 27 Agustus 2022
KAMU SEDANG MEMBACA
Hujan di Sore Hari (✔)
Romance(Completed/Tamat) Hujan deras sore ini seakan mengerti bagaimana perasaan Kania. Gadis itu terduduk di sudut tangga sembari melihat tetesan air hujan yang berkejaran di luar melalui jendela. Ia terdiam seraya berpikir betapa bodohnya ia selama...