**
"Mau pulang?" tanya Qeenan lembut. Ia menatap Kania penuh perhatian.
Kania mengangguk pelan.
"Yuk, gue anterin." Qeenan lalu menggandeng tangan Kania dan melangkah lebih dulu.
Kania sedikit kaget, Qeenan menggenggamnya dengan telapak tangan besar cowok itu yang terasa hangat menyelimuti jemari Kania yang dingin. Kania memandangi tangannya yang digenggam Qeenan cukup lama hingga Qeenan menoleh dan melihat arah pandang Kania.
"Maaf," ujar Qeenan lantas melepas genggaman tangannya.
"Jangan dilepas, tangan lo hangat, gue suka." Lalu dengan berani Kania menyelipkan jari-jarinya ke sela-sela jemari Qeenan.
**
From Fotografer Gondrong :
Boleh gak gue ajak lo ke pameran foto minggu depan?Jeje langsung terpekik. Untungnya karna suara hujan yang turun begitu deras menghantam atap kos-kosan, pekikan Jeje jadi teredam. Tapi, tidak bagi Fiska yang lagi rebahan di sebelah Jeje.
Fiska mengusap-usap telinganya yang terasa pengang lantas mengajukan protes. "Bisa gak sih lo biasa aja Je!"
Jeje nyengir kemudian tergelak seolah tak merasa bersalah. "Gue diajak ngedate sama Abang fotografer gondrong Kak!"
"Fotografer gondrong?"
"Iya, ituloh cowok yang waktu itu nolongin gue abis jatoh di depan gang kosan lo Kak, dia juga nemenin gue sampai Kania dateng ngejemput."
Fiska mengernyitkan kening, berusaha mengingat-ingat. "Oh iya! Pas gue ulang tahun itu kan?"
"Iya!"
Fiska mangut-mangut.
Lalu Jeje menceritakan bagaimana awalnya ia bisa chatingan dengan fotografer gondrong itu hingga diajak pergi ngedate yang menurut Fiska sih bukan ngedate kalau status mereka hanya sekedar teman saja.
Tapi, Jeje keukeuh kalau fotografer gondrong itu mengajaknya ngedate.
"Iya deh, iya serah lo. Suka-suka lo aja."
Fiska menyerah. Tak guna juga ia mempertahankan argumennya di depan Jeje yang keras kepala.
Hujan yang turun begitu deras, sekarang berubah jadi gerimis. Fiska bangun dari posisinya yang lagi rebahan lalu duduk dan menatap pada jendela kamar.
"Hujan udah berenti Je," ujar Fiska.
Jeje mendongak dari ponselnya lalu menatap ke luar lewat pintu yang Fiska buka dan bersamaan dengan itu Kania datang dengan Qeenan di depan pagar kos yang tertutup.
Fiska yang menyadarinya lebih dulu, berniat mengejek namun saat matanya yang cukup tajam menangkap ekspresi Kania yang sendu membuat Fiska jadi penasaran dengan apa yang telah terjadi pada Kania.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hujan di Sore Hari (✔)
Romance(Completed/Tamat) Hujan deras sore ini seakan mengerti bagaimana perasaan Kania. Gadis itu terduduk di sudut tangga sembari melihat tetesan air hujan yang berkejaran di luar melalui jendela. Ia terdiam seraya berpikir betapa bodohnya ia selama...