**
"Lo lagi gak enak badan?"
Begitu tanya Kori sesampainya Qeenan di kontrakan. Kori yang sedang duduk di teras depan melihat kaleng susu beruang di dalam plastik belanjaan Qeenan.
Qeenan yang mengerti maksud Kori bicara seperti itu seraya melirik bungkusan belanjaannya, menggeleng. "Enggak Bang gue sehat walafiat. Temen gue nyaranin buat minum susu beruang daripada minum soda malem-malem."
Kori mangut-mangut, "emang bener sih bagusan minum susu daripada minum soda."
Setelah berkomentar seperti itu, Kori beralih ke ponselnya saat mendengar dering notifikasi. Kening Kori terlipat heran dan itu memantik tanya dari Qeenan. "Kenapa Bang? Ada sms penipuan?"
"Bukan, ada cewek aneh ngedm gue." Kori memperlihatkan layar ponselnya yang menampilkan dm yang masuk pada sosial media Kori.
Chat pertama tertulis :
Halo, bener ini ignya Kori si fotografer gondrong?Balesan yang Kori kirim seperti ini :
Halo juga, bener ini gue Kori yang punya akun. Gue emang kerja sambilan jadi fotografer tapi lo kok tau gue gondrong?Balesan selanjutnya :
Wahhh benerann, akhirnya gue ketemu lo jugaaa..."Hmm, ini cewek terlalu blak-blakan. Rada aneh sih menurut gue tapi lucu juga. Coba lo cek foto-foto unggahannya Bang, mana tau cakep kan?" Qeenan memberi saran. Seketika ia merasa kenal dengan pengirim dm itu.
Kori menurut. Membuka akun tersebut dan melihat unggahan foto yang ada di feed. "Cakep. Lucu. Tapi gue gak kenal." Setelah memuji potret gadis itu, Kori tak menunjukkan rasa tertarik.
Qeenan pun mengintip sedikit foto-foto di akun gadis itu dan benar saja gadis itu adalah Jeje teman Kania yang tadi bertemu di kantin fakultas seni dan menanyakan nama Kori pada Qeenan.
"Gimana? Lo udah ketemu Lara?" Edo menyerbu dengan tanya saat Qeenan muncul dari pintu depan. Cowok itu sedang menonton tv ada siaran ulang tinju yang tayang.
"Udah. Gue juga udah minta nomer wa dia. Dan lo jangan banyak tanya dulu. Nanti gue kabarin lagi soal perkembangan gue sama Lara."
Qeenan mewanti-wanti Edo seperti itu sebab Edo itu cerewet perihal masalah jodoh menjodohkan seperti ini. Kalau diingatkan lebih awal kadar cerewet Edo sedikit berkurang.
Omong-omong soal Lara, Qeenan rasa Lara berbeda dari Jia yang pernah Edo kenalkan padanya. Sekali lihat saja Qeenan bisa tahu kalau Lara tidak sematrealistis Jia yang baru kenal sudah tanya-tanya soal kartu kredit yang Qeenan punya.
Namun, meskipun begitu perkenalan pertama tidak langsung membuat Qeenan bisa langsung suka pada Lara. Namanya juga baru kenal. Bisa langsung suka saat perkenalan pertama tentunya mustahil bagi Qeenan yang tidak percaya dengan istilah fall in love at first sight.
Jatuh cinta pada pandangan pertama tidak masuk akal dilogika Qeenan. Bagaimana mungkin bisa jatuh cinta pada sekali lihat padahal belum kenal dekat dan saling tahu sikap masing-masing. Pasti juga tidak tahu kalau seseorang yang dianggap telah membuat jatuh cinta pada pandangan pertama apa juga merasakan hal yang sama? Makanya karena hal itu Qeenan menganggap fall in love at first sight adalah hal yang konyol.
Bukankah lebih baik saling mengenal satu sama lain. Menjadi teman baik lalu merasa nyaman dan saling suka sampai pacaran. Meskipun demikian berakhirnya hubungan tidak bisa dihindarakan. Namanya juga takdir, semua yang sudah ditakdirkan berakhir akan berakhir. Begitu pula hubungan.
Qeenan jadi kembali ingat dengan kisah percintaannya yang berakhir setengah tahun lalu. Duh, mengingatnya Qeenan jadi sedih lagi dan menyesal lagi. Qeenan jadi tak fokus mencatat lagi. Ia melepaskan pulpen yang sedari tadi mengapit di jemarinya. Lantas mengambil ponsel dan membalas pesan dari Lara. Setidaknya ia tak harus berlarut mengingat kisah itu lagi. Dan semoga saja mengenal Lara bisa membantunya melupakan kisah sedih itu.
Qeenan memutuskan untuk menelpon Lara saja. Pada dering ketiga panggilan pun tersambung. Lalu tanpa merasa gugup Qeenan menyapa.
"Halo dengan Qeenan di sini, apa Laranya ada?"
Gelak tawa terdengar diujung sambungan. Qeenan pun balas tertawa.
"Iya dengan Lara di sini. Haha. Ih geli banget gue ngomong kayak gitu. Kaku banget berasa jadi resepsionis."
Qeenan balas tertawa. "Gue ganggu lo gak?"
"Enggak kok. Sifht malam gue udah selesai. Ini lagi jalan ke kosan."
"Kosan lo dimana?"
"Di atas minimarket."
"Oh deket ya..."
"Iya... btw, kenapa nelepon?"
"Eh... hmm gapapa sih... pengen nelpon aja. Gak boleh ya?"
Tawa Lara kembali terdengar. "Gue gak bilang gak boleh. Bentar ya gue masuk dulu."
"Oke."
Setelahnya terdengar suara pintu dibuka dan suara seorang perempuan menyahut. Agaknya itu adalah teman sekamar Lara.
"Wah, Nat lo dapet bonus lagi?"
"Iya! Fero beliin ini semua. Yok bantuin gue abisin."
"Aman. Bentar ya gue lagi telponan."
Lalu suara krasak krusuk terdengar lantas Lara kembali menyapa, "Halo Qeenan, lo masih di sana?"
"Masih. Lo udah dikosan?"
"Udah nih. Lagi mau makan sama temen gue. Lo sendiri udah makan?"
"Udah kok."
Qeenan kembali mendengar temannya Lara bicara ingin tahu dengan siapa Lara bertelepon lantas Lara menyuruh temannya diam.
"Halo Lara? Kayaknya lo lagi sibuk ya? Maaf ya gue ganggu. Sampai ketemu kapan-kapan,"
"Iya. Maaf ya Qeenan."
Sambungan telepon pun terputus. Qeenan memandang layar ponselnya yang menampilkan riwayat panggilan telepon dengan Lara. Ia tersenyum tipis dan meringis pelan sebab merasa semuanya tidak akan berjalan lancar lagi saat Qeenan mendengar sahutan dari teman Lara tadi.
"Qeenan? Qeenan yang punya rumor pembunuhan itu?"
**
Date : 23 Juli 2022
KAMU SEDANG MEMBACA
Hujan di Sore Hari (✔)
Romansa(Completed/Tamat) Hujan deras sore ini seakan mengerti bagaimana perasaan Kania. Gadis itu terduduk di sudut tangga sembari melihat tetesan air hujan yang berkejaran di luar melalui jendela. Ia terdiam seraya berpikir betapa bodohnya ia selama...