**
Sudah dua hari kontrakan terasa damai dalam artian lengang dan terkesan dingin. Entah karna cuaca yang sering hujan atau memang situasi di kontrakan yang menguarkan aura dingin.
David memilih diam dan tak bicara pada Kori setelah itu. Begitu juga pada semua penghuni kontrakan.
Lain halnya dengan Kori. Meskipun Kori masih bicara dan bercanda seperti biasa dengan Edo dan Qeenan. Yang berbeda, Kori akan diam dan tak menganggap kehadiran David jika cowok itu sedang berada di kontrakan atau tak sengaja saling tatap saat di ruang makan. Keduanya tampak asing yang tinggal di satu atap.
Dari yang Qeenan dengar katanya David sedang mencari tempat tinggal baru. Qeenan tahu dari Edo yang punya telinga luar biasa peka. Kata Edo, ia mendengar percakapan David di telepon dengan David menanyakan kos temannya ada kamar kosong atau tidak.
Kori juga sudah tahu dan hanya berkata, "terserah dia aja, gue gak mau ngurusin." Ketika Edo menanyakan pendapat Kori soal itu.
Ternyata benar, sorenya saat cuma ada Qeenan di kontrakan, mobil pick up angkut barang berhenti di depan pagar lalu disusul David mengangkut barang-barang yang sudah ia kemas dalam kardus-kardus ke atas bak mobil pick up.
"Lo mau pindah?" Qeenan yang sudah greget hanya diam saja melihat David, memberanikan diri bertanya.
Qeenan kira, David akan diam saja. Tapi, David menjawab tanya Qeenan dengan jawaban tak terduga. "Iya, bilangin ya sama yang lain kalau gue pindah hari ini. Gue juga mau minta maaf sama lo karna gue sering sensiin lo. Bilang makasih ke Edo karna udah baik sama gue dan juga ke Bang Kori. Maaf banget gue udah bikin masalah di kontrakan."
Qeenan dibuat ternganga sesaat. Namun, sejurus kemudian Qeenan ikut membantu mengangkut barang-barang David.
Lalu malamnya...
"Dia beneran pergi ya?" Kori memandang pada Qeenan dan Edo dengan raut wajah lelah.
Kori baru saja pulang sehabis kerja di luar kota, ada pemotretan pre wedding yang untungnya bisa selesai malam ini.
Qeenan dan Edo menanggapinya dengan anggukan dan memang sudah terbukti juga dengan kosongnya kamar David.
Kori menatap sesaat kamar David yang kosong sebelum berbalik untuk melangkah menuju kamarnya tanpa bilang apa-apa. Lalu sesaat kemudian Kori kembali dengan papan nama yang bertuliskan 'Ada Kamar Kosong' dan memasangnya di pagar depan kontrakan.
"Kita perlu suasana baru. Orang baru bakal ngisi kamarnya David nanti. Gue gak mau kamar ini kosong dan bikin gue atau mungkin juga kalian keinget sama David dan alasan dia keluar kontrakan. Meskipun juga kan kita gak bisa lupa soal itu. Tapi gue harap sih dengan adanya orang baru nanti kita cuma akan inget kalau dulunya David pernah tinggal sini bareng kita bukan soal yang lain."
**
2 missed calls from Kak Fero
From Kak Fero :
Kok telpon aku gak diangkat yang? :((Pesan dari Fero yang masuk satu jam yang lalu sudah Kania baca. Ujian hari ini sudah selesai. Kania menghela napas lega karna telah menyelesaikan ujian paling tersulit baginya.
Tinggal dua hari lagi ujian tengah semester akan berakhir. Itu tandanya Kania perlu bertahan dua hari lagi untuk tak mengabari Fero dan fokus belajar saja.
Kania selalu bilang pada Fero kalau waktu ujian yang berlangsung selama satu minggu, Kania tak akan menghubungi cowok itu dan meminta Fero juga tak menghubunginya. Kania tak ingin terdistraksi yang nantinya malah membuat ia lengah hingga lupa waktu untuk belajar.
Namun, Fero tetaplah Fero. Cowok itu mana tahan untuk tak menghubungi Kania. Baru juga tiga hari ujian berlangsung, hari ini cowok itu sudah menghubungi Kania.
Sembari melangkah melewati koridor-koridor kelas, Kania berpikir sesuatu. Agaknya ia perlu memberi reward untuk dirinya sendiri telah berhasil melalui ujian hari ini. Menurut perkiraan Kania sih jawabannya betul sebanyak 80%. Hal itu patut dibanggakan bukan? Tentunya patut juga diberi reward.
Setibanya di depan outlet ayam geprek yang baru buka di samping kampus, aroma harum ayam goreng tepung mampir menyenggol hidung Kania. Kania menoleh ke samping dan mengamati outlet ayam geprek itu sesaat.
Outlet itu ramai tapi tidak sampai penuh sesak. Isinya adalah kalangan mahasiswa yang baru pulang ujian.
Kania kemudian duduk pada bangku plastik yagn tersedia di teras depan outlet sembari menunggu pesanannya siap.
Tiba-tiba saja dari arah jalanan, suara gelak tawa yang Kania kenal terdengar. Kania yang lagi menunduk memainkan ponselnya dibuat mendongak. Bertepatan dengan itu orang yang memiliki suara tawa yang Kania kenal pun menatapnya, orang itu adalah Qeenan.
"Siape tuh?" tanya Edo kepo.
"Ngapain lo?" tanya Qeenan pada Kania tanpa menanggapi ke-kepoan Edo.
"Duduk." Kania menjawab singkat.
Qeenan berdecak pelan lalu berujar lagi. "Udah mesen?"
"Udah."
"Buat dibawa pulang ya?"
Kania mengangguk saja.
Karna tidak diacuhkan, Edo pergi memesan, lantas pergi duluan dan duduk di meja kosong yang ada di dalam outlet.
"Hmm... oke deh kalau gitu gue masuk ya."
"Oke."
Percakapan itu berakhir singkat dengan bingungnya Qeenan. Sebab, Kania menjawab pertanyaannya dengan jawaban singkat, padat dan jelas yang sudah seperti kuis cepat tanya jawab saja.
Kania tidak seperti Kania yang biasanya. Qeenan jadi merasa aneh. Ada apa dengan Kania hingga mood gadis itu tidak baik?
Selain jawaban yang singkat, Kania sama sekali tak menatap mata Qeenan. Tidak seperti biasanya. Dengan prasangka aneh itu, Qeenan dibuat bingung dengan tingkah Kania.
Saat mendapati kehadiran Qeenan, Kania langsung teringat kalau Qeenan sedang dekat dengan Lara seperti yang dibilang Haru dan Jeje kemarin.
Kania jadi kesal sebab ia tahu berita itu dari orang lain bukan dari Qeenan sendiri. Jadi, tadi Kania refleks saja mengikuti hatinya yang memang sudah kesal dengan Qeenan hingga ia menjawab singkat saja tanya Qeenan dan mengalihkan pandangan ke arah lain bukan balik menatap Qeenan. Kania jadi bete betulan.
Namun, setelah beberapa saat hatinya dipenuhi kekesalan, Kania jadi merasa bersalah. Kania lalu melirik Qeenan yang berada di dalam outlet dan menyadari kalau Qeenan juga meliriknya.
Kania jadi gengsi kepergok melirik Qeenan. Ia langsung mengubah arah duduknya. Untungnya tak lama kemudian pesanan Kania sudah siap. Kania lalu membayarnya lantas ngacir dari sana secepatnya.
**
Date : 06 Agustus 2022
KAMU SEDANG MEMBACA
Hujan di Sore Hari (✔)
Romance(Completed/Tamat) Hujan deras sore ini seakan mengerti bagaimana perasaan Kania. Gadis itu terduduk di sudut tangga sembari melihat tetesan air hujan yang berkejaran di luar melalui jendela. Ia terdiam seraya berpikir betapa bodohnya ia selama...