35. Kebenaran yang Terungkap

47 4 0
                                    

**

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

**

Qeenan merasa ada yang aneh pada dirinya sendiri. Entah karna kasihan melihat Kania menangis makanya Qeenan memeluk gadis itu erat-erat, atau karna ada sesuatu di dalam dirinya yang sakit melihat Kania menangis.

Intinya Qeenan sedih melihat Kania sedih. Hal itu menjelaskan juga bagaimana perlakuan Qeenan pada Kania di kampus tadi.

Sejujurnya Qeenan sadar kalau ada yang mengikuti langkahnya saat ia berbalik kembali ke kelas setelah mendengar dari Hani kalau Kania masih ada di kelas.

Qeenan juga mendengar seruan Doni dan suara rusuh yang Qeenan tebak pasti ada Lintang dan Hani saat Qeenan memeluk Kania. Tapi, Qeenan merasa kalau memeluk Kania bukanlah hal yang salah.

Untuk genggaman tangan itu juga refleks Qeenan lakukan sebab tangan Kania yang dingin membuat Qeenan ingin membuatnya jadi hangat.

Kania terlihat rapuh sekali dan selama perjalanan pulang tak henti-hentinya Qeenan mengutuk siapa pun dan hal apa pun yang telah membuat Kania sesedih itu.

Sesampainya di kontrakan, Qeenan disambut oleh Kori yang tersenyum begitu lebar.

Kori mendekat dan agaknya menyadari raut wajah Qeenan yang tidak seperti biasanya, mengontrol nada bicaranya jadi biasa saja meskipun senyum Kori tak bisa disembunyikan.

"Gue berhasil ngajak Jeje pergi jalan," ujar Kori memberi kabar baik.

"Bagus Bang, gue..." Kalimat Qeenan terhenti ketika ponselnya berdering.

Ada panggilan masuk dengan nama kontak yang sangat Kori dan Qeenan kenal.

Itu panggilan dari Om Wahyu, Omnya Kori sekaligus detektif polisi yang mengurus kasus yang melibatkan Qeenan.

Qeenan langsung menggeser tombol hijau dan menempelkan ponsel di telinga. Selama sesaat Qeenan diam saja mendengarkan suara Om Wahyu di ujung sambungan telepon.

Kori yang melihat Qeenan diam saja jadi merasa gugup.

Panggilan telepon itu tak berlangsung lama. Sesaat kemudian, Qeenan menjauhkan ponselnya dan menggenggam benda pipih itu erat-erat.

"Kenapa?" Kori bertanya tak sabar.

Qeenan lalu menatap Kori tapi tak kunjung bicara yang membuat Kori kesal dan memukul lengan cowok itu untuk menyadarkannya.

"Om Wahyu bilang apa Qeenan?" Kori mengulang tanya.

"Om Wahyu bilang..." Qeenan berdeham untuk melegakan tenggorokannya lalu melanjutkan kalimatnya. "... kalau pelaku sebenarnya udah ngaku dan ada di kantor polisi."

Kori menganga tak percaya.

"Dan gue diminta buat ke kantor polisi sekarang," lanjut Qeenan.

"Yaudah cepetan!"

Hujan di Sore Hari (✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang