**
"Brengsek!"
Kania akhirnya mengucapkan kata umpatan itu. Yang tadi cuma ia ucap dalam benak. Untungnya halte bus sepi jadi tak ada yang mendengar umpatannya.
Tak ada tangis. Kania tak ingin menangis sekarang. Ia sedang menahan itu. Terlebih rasa marahnya terlalu mendominasi sekarang. Ia hanya ingin marah. Berteriak.
Tapi semua itu tak bisa Kania lakukan. Ia hanya bisa diam. Duduk di bangku halte yang dingin dan bersandar pada sandaran bangku.
Menunggu bus dalam diam yang menurut aplikasi bus online akan datang lima menit lagi.
Kania mengatur nafasnya seperti yang dilakukan Jeje tiap gadis itu sedang marah. Menarik napas kuat-kuat lalu menghembuskannya. Begitu terus. Berulang-ulang. Hingga bus yang ditunggu Kania datang.
Kania memilih duduk di dua deretan bangku paling belakang. Ia membuka jendela bus dan membiarkan rambutnya jadi acak-acakan karna angin.
Andai saja lagu yang diputar dalam bus adalah lagu galau pasti sudah cocok dengan situasi sekarang. Sebab Kania sudah seperti model yang sedang syuting video klip musik sedih dengan raut wajah galau dan siluet sinar jingga yang masuk lewat jendela bus yang terbuka.
Sudah cocok sekali bukan?
Sayangnya lagu yang di putar supir bus malah lagu dangdut. Yang agaknya lebih menarik bagi semua penumpang bus yang ikut menyanyikan liriknya.
Kania mendesah pelan. Merasa suara bising dari pengeras suara dan juga nyanyian sumbang penumpang lain sedikit mengambil alih pikirannya yang sejak tadi mendengar suara obrolan Fero dengan perempuan itu dalam kepalanya.
Kania menghela napas panjang. Ia meraih ponselnya. Benda pipih itu sejak tadi ia matikan.
Sengaja.
Sebab ia tahu pasti teman-temannya akan mencarinya. Karna tiba-tiba saja Kania yang rajin tidak menghadiri kelas hari ini yang jelas-jelas merupakan mata kuliah yang Kania sukai.
Kania menekan lama tombol power di bagian samping kanan atas ponselnya. Menunggu sejenak sampai ponselnya benar-benar menyala.
Bersamaan dengan itu notifikasi dari sepuluh pesan chat dan tiga panggilan tak terjawab masuk.
**
Di dekat pintu masuk pusat perbelanjaan, Qeenan duduk di atas bangku plastik. Ia dapat dari pemilik stand yang menjual minuman di sampingnya. Pemilik stand itu adalah seseorang yang Qeenan kenal dari kampusnya dulu.
Rara bilang Qeenan tak perlu menjemputnya dan meminta untuk bertemu langsung di pusat perbelanjaan saja. Makanya Qeenan sedang duduk menunggu Rara sekarang.
Ada kiranya sepuluh menit Qeenan menunggu. Sosok Rara dengan balutan rok selutut dan kemeja merah jambu muncul melangkah masuk melewati stand tempat Qeenan menunggu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hujan di Sore Hari (✔)
Romance(Completed/Tamat) Hujan deras sore ini seakan mengerti bagaimana perasaan Kania. Gadis itu terduduk di sudut tangga sembari melihat tetesan air hujan yang berkejaran di luar melalui jendela. Ia terdiam seraya berpikir betapa bodohnya ia selama...