**
"Banyak banget Bang," ujar Qeenan lalu ia ikut membantu membuka kotak-kotak makanan.
"Iya, soalnya Om Wahyu sama Tante Naya juga dateng, terus Tante Naya juga bawa temennya. Ada dua sepupu gue juga. Jadinya yah kita pesen banyak makanan."
Qeenan mangut-mangut mengerti. Tapi, ia agak merasa malu jika memang pesta makan malam ini hanya untuk merayakan bebasnya ia dari tuduhan itu.
Soalnya agak berlebihan jika Tante Naya juga membawa temannya. Tapi, Qeenan tak bisa protes juga bukan?
"Lo kok gak bilang-bilang ke gue sih soal lo udah bebas dari tuduhan pembunuhan itu?" tanya Edo.
"Sorry Bro, gue sibuk banget dua hari ini."
Edo mendengus, "sibuk sama cewek?"
"Hah? Maksud lo?"
"Iya, lo sibuk sama cewek. Itu temen lo si Kania. Dari kemaren gue tanyain lo abis pulang dari mana lo jawabnya dari kos Kania, abis anter Kania, apa-apa Kania."
Qeenan menggaruk belakang kepalanya yang tak gatal. Ia tak menyangka Edo akan mengartikan jawabannya kemarin-kemarin menjadi seperti itu. Meskipun begitu, apa yang Edo bilang memang benar adanya.
"Ada apa sama Kania? Bentar, dia temennya Jeje kan?" tanya Kori.
Qeenan mengangguk. "Pacar Kania selingkuh."
Edo mendesah kaget namun setelahnya cowok itu mencibir, "bisa lah lo tikung tuh. Peluang gede loh Nan."
Qeenan langsung saja memukul belakang kepala Edo. "Enak aja lo ngomong!" serunya sepenuh hati.
Edo cemberut. Ia menggeser duduknya menjauhi Qeenan. Lalu kembali berkomentar, "Santai aja dong, gue kan cuma ngomong."
Qeenan mendesah pelan. "Sebenernya belum ada bukti kalau pacarnya Kania selingkuh, meskipun gue udah liat langsung itu cowok jemput si cewek yang diduga sebegai selingkuhannya."
Kori mengernyitkan kening tidak mengerti. "Kalau gitu belum tentu dong pacarnya Kania selingkuh?"
"Nah itu masalahnya Bang! Tapi kata Jeje liat aja dulu kedepannya gimana. Terus, sekarang ada masalah baru lagi." Sambung Qeenan seraya menghela napas pelan.
"Masalah apa Nan?"
"Kania. Dia pengen putus sama cowoknya. Bukan karna dia tau kalau pacarnya selingkuh tapi karna pacarnya udah gak punya waktu lagi buat dia."
"Pacarnya sibuk kerja?"
"Iya. Kira-kira gitulah Bang."
"Ohh, gue paham." Kori mangut-mangut.
Kori lalu mengeluarkan bungkusan berisi tiga gelas cup coffee dan mengambil salah satunya untuk ia teguk. "Tapi ngeliat gimana lo sampai kepikiran dan peduli banget sama Kania gue ngerasa lo punya perasaan lebih dari temen buat dia."
"Bener!" seru Edo menyetujui.
"Masa sih?" Qeenan terkekeh pelan menutup gemuruh di hatinya.
Kori hanya mengedikkan bahu dan tersenyum penuh arti.
Setengah jam kemudian, Om Wahyu dan Tante Naya serta dua anak mereka yang merupakan sepupunya Kori datang. Kemudian, di susul dua temannya Tante Naya.
Ternyata dua temannya Tante Naya ini yang mempelopori gel rambut alami yang minggu lalu Kori tawarkan pada Qeenan sebagai model mereka.
"Ganteng banget loh Jeng diliat langsung, kalau modelnya begini Aku yakin gel rambut kita laku keras!" seru salah satu teman Tante Naya seraya tertawa keras.
"Bener, selain jadi model gel rambut Tante yakin kamu bakal jadi model terkenal juga, hmm," Salah satunya lagi berujar demikian sembari memegang-megang bisep Qeenan, seolah sedang menimbang suatu hal yang penting, "badan kamu juga bagus, dilatih sedikit lagi kamu bisa kerja di gym Tante."
Tante Naya hanya tertawa dan merespon teman-temannya dengan senang hati. Sementara Qeenan yang berada di antara tante-tante merasa tersiksa. Ingin minta tolong pada Kori cowok itu sudah sejak tadi meledek Qeenan dari tempat duduknya.
Kalau minta tolong pada Edo sih percuma karna cowok itu sedang asik mendekati anak perempuan bungsunya Om Wahyu di sudut meja. Dasar Edo tak bisa melihat gadis yang cantik saja.
"Udah dong Ma jangan diledekin terus Qeenannya, kita kan disini buat rayain kebebasannya Qeenan." Om Wahyu akhirnya turun tangan.
"Eh iya, hehe maaf ya Qeenan." Tante Naya terkekeh kecil.
Qeenan cuma bisa tersenyum kalem. Lalu sesekali menjawab dan menanggapi kalimat yang ditujukan padanya. Kebanyakan sih tentang bebasnya Qeenan dari tersangka pembunuhan yang merupakan alasan sebenarnya makan malam ini diadakan.
Selanjutnya Tante Naya mengambil alih dengan menawarkan Qeenan sebagai model gel rambut. Kali ini secara langsung kalau yang kemarin kan lewat perantara yaitu Kori.
Makan malam itu selesai dua jam kemudian. Dengan Qeenan yang setuju menjadi model gel rambutnya Tante Naya dan akan mulai pemotretan dua hari lagi. Lalu sepertinya Edo juga berhasil mendapat nomor anak bungsunya Om Wahyu karna senyumnya lebar merekah sekali.
"Mana hape lo?" todong Kori pada Edo selepas mengantar mobil Om Wahyu meninggalkan kontrakan.
"Buat apa Bang?" Edo dengan gesit menyembunyikan ponselnya di punggung.
"Sini!"
"Nggak!"
"Gue gak mau adek sepupu gue yang masih SMA dideketin sama lo yang jelas-jelas belum bisa move on."
Kata-kata Kori menohok telak ulu hati Edo. Cowok itu pun lemas seketika. Pasrah saja ponselnya direbut oleh Kori.
"Makanya kalau gak jago jadi buaya gak usah coba, baru gini aja udah lemes lo," ejek Qeenan sembari lewat dan tergelak.
Kori mendelik pada Edo, mengembalikan ponsel cowok itu smebari masuk ke dalam kontrakan.
"Baru aja seneng gue," keluh Edo yang ditinggal sendirian di teras depan kontrakan.
**
Date : 18 September 2022
KAMU SEDANG MEMBACA
Hujan di Sore Hari (✔)
Romance(Completed/Tamat) Hujan deras sore ini seakan mengerti bagaimana perasaan Kania. Gadis itu terduduk di sudut tangga sembari melihat tetesan air hujan yang berkejaran di luar melalui jendela. Ia terdiam seraya berpikir betapa bodohnya ia selama...