**
"Itu apa?" tunjuk Kania pada paper bag yang Jeje bawa.
"Kotak bekal makan siang," jawab Jeje seraya memasang senyum lebar.
"Buat?"
"Cowok gue dong!"
Kania tergelak.
Semenjak Jeje dan Kori resmi pacaran dua minggu lalu, keduanya tampak seperti remaja abg yang baru pertama kali pacaran.
Jadi, setelah pernyataan cinta Jeje ditolak, Kori langsung mengambil langkah berani dengan meminta izin pada Mama Jeje untuk meminta Jeje menjadi pacarnya.
Karena aksi heroik itu, selama seminggu penuh, Kania bosan mendengar cerita Jeje dan aksi berani Kori tersebut.
Siang ini di Kafe Aroma hanya ada Kori dan Qeenan serta dua orang pelanggan yang sibuk di balik layar laptop.
"Eh cowok ganteng sibuk banget sih," sahut Jeje genit pada Kori yang berada di balik mesin pembuat kopi.
"Loh? Udah dateng?" sahut Qeenan yang baru kembali dari area samping kafe.
Cowok itu menaruh kain lap di gantungan sebelah wastafel, setelahnya mendekat ke arah Kania.
"Gimana ujiannya hari ini?"
"Gak gimana-gimana."
"Duduk di situ dulu yuk," ajak Qeenan, cowok itu melepas tatap pada Kori dan mendapat acungan jempol.
Kania berjalan duluan, hendak mengambil arah ke kiri, namun Qeenan menahan bahunya dan mengarahkan Kania pada area sudut kanan.
Di sana sudah ada dua potong kue tiramisu dan chesse cake. Serta dua minuman boba.
"Boba?"
"Iya, Kafe kita mau kolab bareng boba yang lagi ngehits itu, jadi mereka tadi ngasih sampel ke kita terus minta pendapat kita buat rasa apa aja yang bakal kafe kita jual."
Kania mangut-mangut saja. "Terus kuenya?"
"Oh itu gue yang beli, buat lo, abis ujian lo perlu yang manis-manis."
Kania tergelak. "Lo tau aja gue suka yang manis-manis."
"Iya dong!" seru Qeenan pongah.
"Qeenan, ada Tante Anggun," panggil Kori tiba-tiba.
Kania melirik ke dalam kafe, ada Rojer yang baru datang dengan setelan formal, agaknya cowok itu baru selesai seminar.
Lalu, ada wanita necis dengan seorang gadis.
"Tante Anggun siapa?"
"Temennya Tante Bang Kori, gue kesana bentar ya."
Kania mengaangguk saja. Matanya mengikuti langkah Qeenan masuk ke dalam kafe dan berbincang dengan wanita necis tadi yang Kania rasa adalah Tante Anggun.
Namun, ada sosok lain di sebelah Tante Anggun. Kania jadi tertarik dan tidak bisa melepas pandangan dari sosok itu.
**
"Jadi ini tempat kerja kamu yang lain ya?" tanya Tante Anggun ramah.
Kori datang membawa dua minuman untuk Tante Anggun dan Rara.
Yap, Rara mantan Qeenan itu. Rara yang juga keponakannya Tante Anggun.
"Iya Tante, diminum dulu Tante minumannya, silahkan," ujar Qeenan sopan.
Setelah itu obrolan berlanjut tak jauh-jauh dari perkembangan usaha baju yang Tante Anggun geluti serta kabar baik kalau banyak baju yang laku terjual.
Sementara itu, Qeenan sesekali melirik Rara yang terlihat lesu dan tak bersemangat. Qeenan penasaran, apa Rara sedang tak enak badan?
"Tujuan Tante ke sini sama Rara buat ngasih gajian kalian berdua," ujar Tante Anggun sembari merogoh isi dalam tasnya.
"Wih! Akhirnya gajian!" seru Kori semangat.
Namun, tidak dengan Qeenan. Sebab fokusnya telah diambil alih oleh Rara.
Amplop coklat lumayan tebal keluar dari dalam tas Tante Anggun, kemudian dengan cepat berpindah ke tangan Qeenan dan Kori.
"Makasih banyak ya Tante," ujar Qeenan merasa tak percaya dengan isi amplop coklat yang lumayan berat itu.
Tante Anggun tergelak. "Sama-sama, nanti kalau ada barang baru lagi siap-siap aja Tante telpon ya."
"Oke Tante." Qeenan mengacungkan ibu jarinya.
Lantas setelah itu Rara dan Tante Anggun pergi, tanpa sempat Qeenan bertanya perihal kondisi Rara.
Jujur, mulut Qeenan berat hanya untuk menanyakan hal itu.
"Abang Kania pulung dulu ya, ngantuk mau tidur," pamit Kania pada Rojer sambil membawa piring kue
"Loh kok udah mau pulang aja?" sahut Qeenan, padahal Kania bicara pada Rojer.
"Ngantuk."
"Terus gimana sama bobanya?"
"Gue udah bilang ke Bang Rojer rasa apa aja yang biasanya bakal dibeli orang-orang," jawab Kania acuh sambil membasuh beberapa gelas dan piring kotor di wastafel.
"Gue abis gajian nih, mau makan bareng dulu gak? Gue traktir."
"Enggak. Gue mau tidur, ngantuk," jawab Kania lantas meraih tasnya dan sekali lagi pamit pada Rojer sebelum benar-benar pergi meninggalkan kafe.
Qeenan mengernyit bingung, merasa aneh dengan tingkah Kania.
"Kenapa? Bingung ya Kania tiba-tiba jutek gitu ke lo," seloroh Jeje tiba-tiba.
Qeenan menoleh. "Kenapa sama Kania?"
"Harusnya tuh lo sadar! Sebenernya lo udah move on sama mantan lo itu atau belum? Jangan ngegantungin Kania kayak gini. Lo kira Kania jemuran apa?" sahut jeje sepenuh hati.
Kori terkekeh pelan, mendekat lalu mengusap bahu Jeje.
"Bener yang Jeje bilang, dari yang gue liat tadi lo kayak ada yang belum lo sampein ke Rara. Gue rasa lo perlu selesein itu dulu sebelum mulai yang baru." Kori berdeham sebentar.
"Hati-hati, Bang Rojer bakal ngamuk kalau lo sakitin Kania," bisik Kori setelahnya sambil melirik Rojer yang tampak serius di balik meja kasir.
**
Date : 8 November 2022
KAMU SEDANG MEMBACA
Hujan di Sore Hari (✔)
Romance(Completed/Tamat) Hujan deras sore ini seakan mengerti bagaimana perasaan Kania. Gadis itu terduduk di sudut tangga sembari melihat tetesan air hujan yang berkejaran di luar melalui jendela. Ia terdiam seraya berpikir betapa bodohnya ia selama...