**
Naya's Studio terlihat sibuk dari luar saat Kori memarkirkan sepeda motornya. Beberapa orang keluar masuk sembari mengangkut barang-barang. Naya's Studio adalah studio foto milik Tantenya Kori.
Tante Naya menyambut kedatangan Kori dengan singkat dan membawa Kori langsung ke studio foto dimana model yang akan dipotret sedang bersiap.
Tante Naya terlihat bicara dengan seseorang yang Kori rasa adalah manajer model yang akan ia potret hari ini. Pembicaraan mereka tak jauh-jauh dari konsep foto hari ini.
Model itu sedang duduk di belakang meja rias dengan penatata rias yang sedang menandaninya. Kori meliriknya sekilas, ia mengenal model itu. Model cowok yang akhir-akhir ini sering muncul di iklan-iklan.
Selain sering melihatnya di beberapa iklan, Kori juga sesekali berpapasan dengannya di kampus. Model itu satu kampus dengan Kori dan Kori rasa ia satu angkatan dengan model itu. Kalau tidak salah namanya Fero.
Manajer Fero lalu memberitahu kalau model telah siap. Kori lalu bersiap di posisinya. Hari ini adalah pemotretan untuk majalah dengan produk make up yang sedang naik daun.
Dengan profesional Fero bergaya di balik kilatan jepretan kamera. Kori pun demikian, ia tidak meninggalkan satu momen pun mengarahkan kameranya pada model.
Dua jam pun berlalu. Sesi pemotretan selesai. Sekarang waktunya untuk memilih-milih foto yang akan dipakai untuk ditampilkan pada majalah.
Tante Naya, manajer si model, salah seorang karyawan majalah dan salah seorang perwakilan dari brand make up itu berdiskusi di belakang komputer, memilih foto mana yang hendak dipakai.
Sementara itu Kori beralih merapikan peralatannya. Menyimpan lensa kamera dengan rapi di tas dan membersihkan badan kamera dengan tisu. Saat itu, tiba-tiba suara seseorang menyapanya.
"Halo, gue Fero. Model yang tadi lo foto. Maaf kalau gue ganggu, tapi rasanya gue sering liat lo di kampus, apa kita sekampus ya?"
Kori mendongak beralih dari kameranya. Ia tersenyum simpul, "iya kita sekampus. Gue juga sering liat lo."
Fero mengangguk-angguk. "Kalau gitu, gue boleh tau nama lo?"
"Gue Kori." Kori mengulurkan tangannya yang disambut Fero dengan senyuman lebar.
Fero sepertinya hendak bicara lagi namun terhenti saat ponsel ditangannya berdering. Kori melihat sekilas nama kontak di layar ponsel Fero, tertera nama Natania.
"Sorry gue angkat telpon dulu ya," ujar Fero seraya menjauh. Kori hanya mengangguk dan kembali fokus pada pekerjaannya. Sayup-sayup terdengar suara Fero menyahut dengan seseorang di sambungan telepon itu. "Halo Yang."
Mendengarnya membuat Kori mengambil kesimpulan kalau Fero sedang bicara di telpon dengan kekasihnya.
"Nanti Tante transfer ya uangnya ke rekening kamu." Tante Naya berujar seperti itu setelah selesai berkemas. Pemilihan foto sudah selesai.
"Kalau gitu aku pergi dulu ya Tante, ada kelas siang ini."
"Oke. Makasih ya udah bantuin Tante. Hati-hati."
**
Restoran fast food yang terletak tak jauh dari kampus menjadi tujuan Kania dan Jeje mengisi perut mereka. Jeje bilang akan mentraktir Kania hari ini sebagai balasan telah memberi kado yang sangat Jeje inginkan.
Dua hari yang lalu adalah ulang tahun Jeje. Kania yang bingung harus membeli kado apa, memutuskan untuk mencheck out belanjaan Jeje di keranjang aplikasi jualan online.
Kania kira Jeje tidak akan suka karna yang namanya kado tentu saja rahasia bukan? Namun, di luar dugaan Jeje sangat berterimaksih untuk itu. Sebab belanjaan yang sudah masuk ke keranjang adalah barang-barang yang Jeje sukai dan inginkan.
Kania sudah memastikan kalau tiga barang yang Kania check out memang barang-barang yang Jeje inginkan. Kania lalu mengambil ponselnya, membuka aplikasi m-banking dan melakukan transfer pembayaran ke tiga toko tersebut.
Jeje kembali dari counter pemesanan dengan senampan penuh makanan. Kania menatap takjub isi nampan itu. Ada tiga burger, kentang goreng ukuran besar serta satu paket sayap ayam.
"Gimana udah lo check out?" tanya Jeje.
"Udah. Udah gue tf juga." Kania lalu memperlihatkan layar ponselnya yang menunjukkan riwayat transaksi pembayaran.
Jeje berseru senang. "Makasihhhh banget!!" Ia terlihat terharu, sudut-sudut matanya berair.
Kania tersentuh. Ia senang sekali melihat Jeje senang dengan kado yang ia berikan. Meskipun bentuk fisik kado itu belum terlihat. Keduanya pun menyantap makan siang seraya bergurau dan mengobrol.
"Jadi cowok yang tadi itu yang namanya Qeenan ya?" Jeje memulai pembicaraan lain.
Kania mengangguk. Membenarkan.
"Ganteng banget. Terus kalau diliat-liat sama lo kalian cocok juga." Jeje mengerlingkan matanya nakal.
Kania mendengus. "Gue udah punya pacar tau."
Jeje lalu mengulum bibir. Ia lanjut makan hamburgernya. Tiba-tiba ia teringat sesuatu. "Lo mau sampai kapan backstreet terus sama Fero?"
Kania terdiam. Tidak tahu harus menjawab apa. Jeje pun melengos, merasa kecewa tidak mendapat apa yang ia inginkan.
Tadinya ia ingin memberitahu soal apa yang ia lihat kemarin di toko baju yang ia kunjungi bersama Ibunya. Kemarin Fero berada di sana dengan seorang wanita cantik yang terlihat lebih tua dari Fero.
Siapa gerangan wanita itu?
Teman kerja atau kekasih lainnya Fero?
Pikiran negatif pun dan pertanyaan-pertanyaan seperti itu berkumpul di kepala Jeje. Membuat telinganya berdengung.
"Ahrg," erang Jeje pelan.
...
**
Date : 15 Juni 2022
KAMU SEDANG MEMBACA
Hujan di Sore Hari (✔)
Romance(Completed/Tamat) Hujan deras sore ini seakan mengerti bagaimana perasaan Kania. Gadis itu terduduk di sudut tangga sembari melihat tetesan air hujan yang berkejaran di luar melalui jendela. Ia terdiam seraya berpikir betapa bodohnya ia selama...