**
"Lo bego banget!" Edo berseru sepenuh hati.
Bagaimana tidak? Qeenan yang kelupaan kalau ia sedang bersama Lara pergi ke toko buku untuk menemani Lara beli novel tapi ia malah meninggalkan gadis itu dan tidak tahu kemana perginya Lara sekarang.
Qeenan sudah ke minimarket dan bertanya pada kasir di sana yang menggantikan Lara, katanya Lara belum kembali sejak Qeenan menjemputnya tadi.
Qeenan juga sudah mencari ke kafe-kafe yang ada di sekitaran toko buku, tapi nihil Lara tidak ada. Kembali ke toko buku nyali Qeenan sudah ciut duluan, ia tak ingin bertemu dengan Rara lagi.
"Kenapa lo ninggalin Lara? Kalau tu cewek kenapa-kenapa gimana?"
"Dia cewek mandiri Do, dia pasti bakal baik-baik aja. Lagian gue ninggalinnya kan di tempat yang rame. Dia pasti bisa pulang sendiri."
"Oke anggap aja dia bisa pulang sendiri. Terus kelanjutan hubungan lo sama dia gak bakal baik-baik aja kan? Setelah lo ninggalin dia tiba-tiba kayak gini."
"Bukan gue yang ninggalin. Dia yang pergi sendiri terus gue kelupaan..."
"Pergi bareng tapi pulang sendiri kan?"
Qeenan mengangguk.
"Sama aja. Itu namanya lo ninggalin dia."
Qeenan hanya berdecak pelan sebagai balasan.
"Pas lo inget kalau lo kelupaan sama Lara lo udah dimana?"
"Di jalan."
"Terus lo gak coba puter balik nyari ke toko buku?"
Dengan polosnya Qeenan menggeleng. Edo mendesah tak habis pikir.
Edo lalu ke dapur. Menyegarkan tenggorokannya yang kering karna bicara terlalu lama dengan Qeenan yang bodoh. Qeenan memang benar-benar bodoh. Bagaimana bisa cowok itu punya pacar jika pedekate saja tidak becus.
Setelahnya, Edo kembali ke ruang tv dimana Qeenan yang sudah membaringkan seluruh tubuhnya di sofa. Edo dibuat geleng-geleng kepala tak habis pikir.
"Lo gak mau pergi nemuin Lara lagi?" tanya Edo resah gelisah.
Qeenan hanya bergeming.
"Lo udah cek ke minimarket."
"Udah. Kata yang gantiin shift dia, dia belum liat Lara pulang."
"Kalau sekarang kayaknya dia udah pulang deh."
Edo melihat jam dinding, sudah lima belas menit sejak Qeenan pulang.
Qeenan ikut melirik jam dinding, lalu ia menguap dan bangun dari posisi rebahannya dengan malas-malasan. Edo hendak mengomel lagi tapi urung karna suara motor Kori terdengar masuk ke pekarangan kontrakan. Tak lama sosoknya muncul sembari mengusak rambutnya dan mengapit helm di lengan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hujan di Sore Hari (✔)
Romance(Completed/Tamat) Hujan deras sore ini seakan mengerti bagaimana perasaan Kania. Gadis itu terduduk di sudut tangga sembari melihat tetesan air hujan yang berkejaran di luar melalui jendela. Ia terdiam seraya berpikir betapa bodohnya ia selama...