38. Pintu Khusus Staff

35 5 0
                                    

**

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

**

"Ngomong-ngomong soal Kania, sampein permintaan maaf gue ya soalnya pas minggu kemaren waktu lo pulang pagi abis syuting dia dateng bawa sarapan. Terus gue bilang lo lagi tidur dan butuh istirahat. Mukanya Kania kayak yang sedih gitu padahal sebelumnya ekspresi dia cerah banget."

"Hah iya?" Fero kaget.

"Loh bukannya gue udah bilang ya?"

"Masa sih Bang?"

"Udah gue bilang ke lo. Kania dateng bawa sarapan. Lo juga makan sarapannya dia kan."

Fero mencoba mengingat-ingat. Tapi nihil, ia benar-benar lupa soal itu. Minggu kemarin dan juga minggu ini benar-benar menyita jawa dan raganya. Ia hanya terfokus pada kerjaan barunya. Mengikuti kelas saja dia lupa. Agaknya untuk semester ini Fero akan merelakan sksnya dan akan mengulang semester depan.

"Sumpah Bang gue lupa."

Bang Jay melirik Fero lewat rear view mirror. "Yaudah besok lo temuin dia dan minta maaf. Eh hari ini maksud gue."

Karna sudah jam satu pagi, hari juga sudah berganti.

Fero mendesah pelan dan mengangguk. Kantuk sepenuhnya hilang. ia merasa bersalah sudah melupakan Kania dua minggu ini. Nanti ia harus menemui Kania dan menghabiskan hari dengan gadis itu.

Namun, siangnya di perpustakaan kampus ia malah mendengar kalimat tak terduga dari mulut Kania.

"Gak kok. Dia cuma bilang katanya dia ngeliat kita pelukan kemarin."

Fero yang tadinya hendak mengejutkan Kania dengan muncul tiba-tiba di perpustakaan kampus malah dibuat terkejut duluan oleh kata-kata itu.

Pelukan?

Kanianya pelukan dengan cowok lain?

"Pelukan?"

Fero melangkah mendekat dan melihat cowok yang duduk di sebelah Kania. "Siapa yang pelukan?" tanya Fero sinis membuat jantung Kania ketar ketir.

Meskipun begitu, mendapati sosok Fero di sini membuat Kania terharu. Rindu itu pun menyeruak keluar membuat mata Kania kembali basah.

Kania langsung berdiri dari duduknya dan menghadap Fero. "Gak ada yang pelukan Kak," sahut Kania seraya mendorong pelan Fero untuk mundur.

Kania memberi gesture pada Qeenan untuk segera pergi.

Qeenan menurut. Ia lalu beranjak pergi. Karna ia tahu kehadirannya malah akan memperumit saja.

"Kenapa kamu suruh dia pergi?" tanya Fero dingin.

Cowok itu jelas kesal. Kania bisa melihatnya dengan jelas tangan Fero yang terkepal.

Kania lalu menatap Fero yang masih menatap lurus punggung Qeenan yang menjauh. Kania menghela napas pelan. Ia lalu meraih tangan Fero yang terkepal dan mengusap-usapnya pelan.

Hujan di Sore Hari (✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang