**
Tempat makan yang Qeenan tuju adalah pujasera yang ada di taman hijau. Dinamakan taman hijau karena banyak pohon yang tumbuh rindang. Selain itu ada berbagai macam jenis pohon yang tumbuh di sini makanya diberi nama taman hijau. Taman hijau ini letaknya tak jauh dari halte belakang kampus. Hanya memerlukan waktu sepuluh menit, motor Qeenan sudah terparkir rapi di tempat parkir.
Pujaseranya terletak di tengah-tengah taman. Pujasera ini hanya buka pada malam hari. Sementara pagi, siang dan sore, lokasi pujasera dipergunakan untuk olahraga, seperti senam aerobik, badminton, atau skateboard.
Qeenan menggandeng tangan Kania setelah gadis itu turun dari motor. Qeenan lalu menuntun Kania untuk duduk pada meja paling ujung yang baru saja ditinggalkan sepasang muda mudi. Ada mas-mas yang menjual nasi goreng sedang membersihkan meja itu. Qeenan sekalian saja memesan dua nasi goreng.
"Jadi gimana ceritanya hari ini lo bolos kelas?" Qeenan langsung menembak dengan pertanyaan setelah duduk di samping Kania.
"Gue ke tempat syutingnya Fero buat balikin hp baru, yang dia kasih kemaren."
"Kenapa?"
"Ha?" Kania bingung konteks kenapa yang ditanya Qeenan itu yang mana. Kenapa ia pergi ke lokasi syuting Fero atau kenapa ia mengembalikan ponsel baru dari Fero.
"Kenapa lo ke sana?"
"Hgh... karna gue pengen ngasih langsung ke dia. Sekalian gue mau ngomong sesuatu."
"Ngomong apa?"
"Hmm... soal hubungan gue sama dia."
Setelah mengucapkan kalimat itu Kania merasa tercekik. Sekarang hubungannya dengan Fero sudah benar-benar berakhir bukan?
"Kenapa lo rela bolos kelas buat ketemu dia? Setau gue kelas hari ini mapel yang lo suka dan setau gue juga banyak perusahaan yang jalanin bisnis antar paket secara online kemanapun dan dimana pun elo berada."
Kania menoleh menatap Qeenan. Kalimat yang Qeenan ucap akan terdengar lucu bagi Kania jika suasana hatinya sedang baik-baik saja tapi untuk kali ini kalimat itu terdengar seperti sindiran halus, yang mengatakan bagaimana bodohnya Kania telah bolos kelas hanya untuk seorang cowok.
"Gue bodoh ya?" Dengan lirih Kania mengakui itu.
"Iya. Bodoh pake banget," jawab Qeenan tegas tanpa perasaan.
Kania meringis pelan. Kini ia merasakan dirinya memang benar-benar bodoh. Sudah tak tertolong. Terlebih lagi obrolan sialan itu masih terngiang-ngiang dalam kepala Kania. Seolah sedang mengejek Kania.
Kemudian Kania pun tertawa. Bukan jenis tawa yang biasa Qeenan dengar. Tawa ini terlalu menyedihkan dan Qeenan bisa melihat air mata Kania jatuh membasahi kedua pipinya. Tanpa bicara, Qeenan mengulurkan dua lembar tisu dari kotak tisu yang tersedia di meja itu pada Kania.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hujan di Sore Hari (✔)
Romance(Completed/Tamat) Hujan deras sore ini seakan mengerti bagaimana perasaan Kania. Gadis itu terduduk di sudut tangga sembari melihat tetesan air hujan yang berkejaran di luar melalui jendela. Ia terdiam seraya berpikir betapa bodohnya ia selama...