**
From Jeje :
Kania udah selesai kelas? Kalau udah ke sini dong, gue mau curhat.
Gue lagi di lantai dua gedung AMelihat pesan dari Jeje, niat Kania yang hendak merecoki Hani tentang alasan kenapa gadis itu bicara aneh selama kelas tadi jadi buyar.
Perasaan Kania jadi tak enak. Agaknya pernyataan cinta Jeje ditolak. Kania pun bergegas melangkah menuju lantai dua gedung A.
Di teras depan laboratorium sistem komputer yang lengang, Jeje terduduk di lantai sembari menyembunyikan wajah di lipatan lututnya. Saat Kania mendekat barulah suara isakan Jeje terdengar.
"Je?" panggil Kania pelan.
Jeje mendongak. Matanya memerah. Kedua pipinya sudah basah. "Kania..." bibirnya menekuk ke bawah.
Karena Kania masih berdiri, Jeje pun ikut berdiri dan langsung memeluk Kania. "gue ditolak, huaaaaa...." tangis Jeje semakin kencang.
Untungnya di laboratorium sistem komputer tidak ada orang sama sekali. Di koridor juga sudah tidak ada orang. Suasananya sepi di sini. Pantas saja Jeje menangis di sini. Dan untungnya Kania tidak perlu merasa malu melihat Jeje menangis di tempat umum seperti ini.
"Gimana ceritanya sampai lo ditolak?" meskipun sudah mengira hal ini akan terjadi Kania tetap tak menyangka.
Jeje melepaskan pelukannya. Dengan wajah sendu dan suara serak sehabis menangis, Jeje mulai bercerita.
"Jadi tadi kan, gue bilang ke Bang Kori kalau gue suka sama dia, kalau gue cemburu liat dia sama cewek lain dan gue pengen dia jadi pacar gue tapi dia jawabnya gini. Maaf, gue belum kepikiran buat pacaran lagi."
Jeje pun menangis lagi. "huaaaa gue ditolak!"
Kania meringis pelan sebab Jeje menangis tepat di telinganya. Tapi Kania menahan diri untuk protes. Jeje benar-benar sedang sedih sekarang. Kania jadi kasihan.
"Udah jangan nangis lagi, kan lo bisa cari cowok lain."
"Tapi gue sukanya Bang Kori."
"Yah dianya gak mau sama lo, gimana coba?"
Jeje menangis semakin kencang.
"Duh udah dong lo nangisnya." Telinga Kania jadi pengang.
"Gue sedih tau Kania, makanya gue nangis."
Kania menghela napas panjang. Ia tak tau harus bilang apa lagi.
"Kalau dia masih nangis kita tinggalin aja di sini." Fiska datang.
Gadis itu pun melepas paksa pelukan Jeje pada Kania. Kemudian dengan ekspresi wajah yang serius Fiska memegang ke dua bahu Jeje sembari berujar,
"kenapa lo jadi cemen gini sih? Ini kan resiko yang harus lo tanggung Je, gak semua orang bakal bilang iya kalau ditembak. Makanya besok-besok lo harus lebih teliti lagi liat cowok, apa dia beneran suka sama lo atau cuma sekedar main-main aja."
KAMU SEDANG MEMBACA
Hujan di Sore Hari (✔)
Romance(Completed/Tamat) Hujan deras sore ini seakan mengerti bagaimana perasaan Kania. Gadis itu terduduk di sudut tangga sembari melihat tetesan air hujan yang berkejaran di luar melalui jendela. Ia terdiam seraya berpikir betapa bodohnya ia selama...