33. Hujan, Galau dan Pelukan Qeenan

55 6 2
                                    

**

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

**

Hujan yang turun sejak siang bertahan hingga sore ini. Kania diam saja di posisinya pada koridor dan bersandar di dinding kelas sembari menatap air hujan yang turun begitu deras.

Akhir-akhir ini Kania merasa kalau ia jadi lebih banyak berpikir dan berakibat ia jadi lebih perasa.

Untuk hal-hal kecil seperti chatnya yang lama dibalas Fero atau nilai UTS nya yang tidak sesuai harapan, Kania jadi sedih.

Tapi, jujur saja Kania lebih banyak berpikir tentang hubungannya dengan Fero.

Entah akan dibawa kemana atau tetap seperti ini saja.

Fero makin hari makin sibuk. Banyak job-job baru yang cowok itu ambil. Pemotretan, syuting iklan dan baru-baru ini Fero ikut syuting sinetron.

Fero semakin dikenal banyak orang dan Kania merasa cowok itu semakin jauh.

Hubungan backstreet yang dijalani sejauh ini membuat Kania takut.

Takut jika nanti hubungan ini malah berakhir. Rasanya sangat sia-sia jika sudah sejauh ini malah berakhir begitu saja.

Tapi di sisi lain Kania merasa hubungannya dengan Fero tidak bisa berlanjut lagi dan ingin menyudahinya saja.

Banyak alasan yang membuat Kania ingin hal itu terjadi. Salah satu alasannya adalah Fero tidak pernah meluangkan waktunya lagi untuk Kania.

Kania tau betul kesibukan Fero. Makanya Kania sslalu menanti waktu libur cowok itu. Tapi, saat waktu libur pun Kania tak bisa menemui Fero.
Kata Bang Jay, Fero perlu waktu istirahat.

Kalau di hitung-hitung sudah sebulan Kania tak bertemu Fero secara langsung. Palingan lewat sambungan video call, itu pun hanya sebentar. Terakhir kali Kania benar-benar bersama Fero adalah ketika staycation.

Agaknya rencana staycation itu memang sengaja dibuat Fero untuk menghabiskan waktu full bersama Kania sebelum sibuk dengan pekerjaannya.

"Kenapa lo berdiri di sini?"

Kania menghela napas pelan karna sesi galaunya terhenti dengan pertanyaan tiba-tiba itu, ia lalu menoleh dan mendapati Qeenan di sampingnya.

"Gue lagi liat hujan."

Qeenan mangut-mangut lantas merubah posisinya sama seperti Kania, memandang hujan turun sembari bersandar pada dinding kelas.

"Kayak orang galau aja pake liat hujan."

Kania menghela napas lagi. Ia merasa Qeenan bisa membaca pikirannya. "Gue emang lagi galau," balasnya lirih.

"Loh tumbenan galau," sahut Qeenan lagi.

"Lo ngapain di sini? Bukannya lo tadi udah pulang?"

"Gak jadi. Soalnya lagi hujan. Gue lagi gak bawa motor dan gue juga gak punya payung."

Hujan di Sore Hari (✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang