**
"Intinya..." Kania diam sebentar.
Ia mendongak menatap langit biru dengan awan yang berarak. Seolah sedang menerawang sesuatu. "... gue ngomong soal perpisahan. Soal kenangan gue sama dia yang bakal gue ingat selalu. Dan gue juga doain dia sukses terus sama kerjaan dia sekarang."
"Udah? Itu aja?"
Kania mengangguk. "Udah, itu aja."
"Kalo dia masih punya hati dia pasti bakal cari lo lagi. Lo harus siap-siapin hati kalo nanti tiba-tiba Fero nemuin lo." Fiska memberi nasihat.
Kania mengangguk lagi. Ia paham dan semoga saja untuk pertemuan nanti dengan Fero, ia tak menangis di depan cowok itu.
"Kalo lo mau nangis nanti cari aja gue," ujar Qeenan.
Hal itu langsung membuat Fiska dan Jeje bersorak heboh. Dua orang itu tampak bersemangat. Sepertinya hari ini mereka berdua dalam suasana hati yang baik.
Qeenan hanya berdecak pelan dan mendelik heran pada keduanya. Sementara Kania sudah hendak melempar sepatunya.
"Guys kayaknya sekarang waktu yang tepat kita kasih tau Kania." Qeenan memulai topik baru.
Kania yang tidak tahu menahu dengan apa yang dimaksud Qeenan, sontak menatap Jeje dan Fiska bergantian.
"Oke. Kayaknya emang ini waktu yang tepat Kak. Jadi mau gue yang ngomong duluan?" tawar Jeje.
"Setuju. Karna lo yang duluan liat langsung kan," sahut Fiska lalu menatap pada Qeenan yang disambut anggukan dari cowok itu.
Kania semakin tak mengerti.
Jeje berdeham dulu melegakan tenggorokannya sebelum mulai bicara. "Jadi, kita, gue, Kak Fiska sama Qeenan bikin grup chat bertiga yang gak ada elo nya?"
"Kok bisa? Kok gue gak diajak?" Kania kaget.
Sebab sudah sekenal dan sedekat apa memang Fiska dan Jeje dengan Qeenan hingga bisa membuat grup chat bertiga. Tanpa adanya Kania pula.
"Karna kita mau bahas sesuatu yang gak lo tau Kania." Jeje pun menyambung cepat saat dilihat Kania hendak bicara. "Jangan dipotong dulu. Oke."
"Kita ngebahas soal Fero. Soal cowok lo yang jalan bareng cewek lain. Yang pertama ngeliat itu gue di mall. Gue awalnya ngira itu cewek cuma rekan kerjanya aja dan gue masih positive thinking waktu itu. Tapi Kak Fiska juga ngeliat Fero bareng cewek yang sama di kafe. Nah habis itu kita cari tau tu cewek siapa. Ternyata cewek itu temen sekamarnya Kak Lara."
Jeje berhenti sebentar. Mengembil napas lalu berujar kembali.
"Terus kita temuin Kak Lara dan ngorek informasi soal cewek itu yang ternyata make up artist Fero, dia kerja bareng Fero karena Fero yang ngajak dia dan Fero juga yang bantuin dia lepas dari masalahnya. Kak Lara bilang dia gak tau menau soal hubungan cewek itu sama Fero selain rekan kerja. Tapi gue sama Kak Fiska ngerasa mereka berdua punya hubungan khusus. Makanya kita bikin grup buat bahas soal itu dan karena Qeenan juga temen deket lo gue ajakin aja dia gabung di grup chat itu."
Kania mengerjap tak percaya akan fakta dari Jeje yang baru ia ketahui. "Kenapa kalian baru bilang sekarang?"
"Mereka gak tega sama lo Kania," jawab Qeenan.
Fiska mengangguk pelan. "Iya. Waktu gue mau cerita sama lo, lo lagi seneng banget abis ketemu Fero. Lo keliatan sebahagia itu dan gue gak tega ngasih tau lo soal ini."
Kania mendesah pelan. Kemudian mengusap wajah tak percaya. Alasan tak tega itu benar-benar membuat Kania tak habis pikir.
"Jadi, selama ini gue kayak orang bodoh yang gak tau apa-apa soal pacar gue sendiri dan dengan bahagianya gue cerita ke kalian gimana senengnya gue tiap ketemu sama Fero." Kania tertawa miris. Menggeleng kepala tak habis pikir.
Belum sempat ia mengutarakan isi kepalanya pada tiga orang teman dekat yang telah menyimpan dengan baik hal yang sangat Kania benci, seorang gadis melangkah riang mendekat ke arah mereka.
Awalnya ia terlihat ragu namun sesaat kemudian ia berseru, "Qeenan!"
Kontan tidak hanya Qeenan, tapi Fiska, Jeje dan Kania menoleh ke asal suara.
Seorang gadis dengan rambut hitam legam dan rok selutut serta blezer pink yang terlihat cocok ditubuhnya dan menampilkan kesan girly, melangkah lebih cepat ke arah mereka lalu berhenti di dekat Qeenan.
"Loh Ra ngapain lo disini?"
Si gadis yang dipanggil Ra itu hanya tersenyum manis. Lalu melirik ketiga gadis lainnya yang duduk di dekat Qeenan.
Fiska, Jeje dan Kania juga saling lirik. Mereka tidak tahu siapa gadis itu yang agaknya sangat dekat dengan Qeenan.
Jujur saja Kania tak suka melihatnya.
Qeenan yang mengerti pun memperkenalkan si gadis pada para gadis teman-temannya. "Guys kenalin ini Rara, nah Rara kenalin mereka temen-temen gue, yang di ujung Kania, terus Fiska dan yang terakhir Jeje."
Jeje tiba-tiba berdeham. "Kalau boleh gue tau lo siapanya Qeenan ya?" Lalu mengajukan tanya tanpa basa-basi pada Rara
Gadis itu mengulum senyum sembari melirik Qeenan. Seolah minta persetujuan cowok itu. Lalu jawabannya benar-benar mengejutkan. Yang paling heboh sudah pasti Jeje. Fiska sih santai saja. Apalagi Kania.
"Gue mantan pacar Qeenan," jawab Rara.
**
Date : 8 Oktober 2022
KAMU SEDANG MEMBACA
Hujan di Sore Hari (✔)
Romance(Completed/Tamat) Hujan deras sore ini seakan mengerti bagaimana perasaan Kania. Gadis itu terduduk di sudut tangga sembari melihat tetesan air hujan yang berkejaran di luar melalui jendela. Ia terdiam seraya berpikir betapa bodohnya ia selama...