**
Jam 11 malam, Kania terbangun dan disambut suara nyanyian dari arah kamar Fiska. Ia terduduk di tepi kasurnya dan menjejakkan kaki di atas karpet bulu.
Jari-jarinya terbenam di antara bulu-bulu lebat karpet, ada sensasi geli terasa. Ia menghela napas dan merasa sesak masih bercokol dalam dada.
Tak ingin berlama-lama terbenam dalam sesak sendirian, Kania memutuskan untuk bangkit berdiri. Setidaknya dengan bergerak Kania lupa akan rasa sesak itu.
Kania lalu membasuh wajahnya, merasakan air dingin keran merasuk masuk ke pori-pori wajahnya dan membuat ia berjengkit karna wajahnya jadi ikut dingin.
Ia sepenuhnya terjaga dan memandang pantulan wajahnya di cermin bulat kamar mandi.
Matanya bengkak sempurna dengan warna merah yang terkesan sembab. Siapapun yang melihatnya langsung tahu kalau Kania habis menangis.
"Perih banget," Kania kaget mendengar suaranya sendiri. Serak-serak basah, dan juga sakit di bagian tenggorokannya.
Ia mengusap lehernya dan merasa esok pasti ia akan terserang batuk.
Suara ketukan pelan terdengar dari pintu kamar sesaat Kania keluar dari kamar mandi. Ia mendekat ke pintu dan mengintip lewat celah gorden yang terbuka. Ada Fiska di luar kamarnya.
"Kenapa Kak?" tanya Kania selepas membuka pintu.
"Lo udah bangun? Yuk makan dulu." Fiska pun masuk dengan bungkusan styrofoam di tangan kanannya.
Fiska lalu duduk di atas karpet bulu dan membuka satu styrofoam yang isinya nasi rames komplit dengan ayam bakar.
"Lo tau aja Kak kalau gue laper." Kania tergugah lalu mendekat dan duduk di sebelah Fiska.
"Tau dong, gue tebak lo pasti belum makan dari siang kan?"
Kania mengangguk.
"Nah kan! Tebakan gue bener. Untungnya nasi rames langganan kita masih buka jadi gue bisa pesen ini dan baru aja dianter. Pas gue lewat mau ngambil ini ke depan kos, gue denger suara keran kamar mandi lo dan bener aja lo udah bangun, jadi yuk kita makan."
Dalam sekejap styrofoam nasi rames Kania sudah kosong tak bersisa isinya ludes menyisakan kotak styrofoam yang kosong.
"Nah kan udah makan nih, apa gue udah bisa ngomong banyak?"
"Ngomong banyak gimana kak? Kalau mau ngomong mah ngomong aja." Kania terkekeh geli.
"Ck, tadi gue gak sempet ngomong banyak karna si Jeje tiba-tiba aja jadi bijak gitu, gue gak nyangka sampai lupa mau ngomong apa."
Kania tergelak, ini tawa pertama yang keluar untuk hari ini. "Bener! Gue juga gak nyangka Jeje bisa ngomong kayak gitu."
Fiska tersenyum lega karna akhirnya dapat melihat Kania tertawa lagi, meskipun cuma sebentar. "Gue harap lo udah ngerasa sedikit lebih baik sekarang dengan perut kenyang."
KAMU SEDANG MEMBACA
Hujan di Sore Hari (✔)
Romance(Completed/Tamat) Hujan deras sore ini seakan mengerti bagaimana perasaan Kania. Gadis itu terduduk di sudut tangga sembari melihat tetesan air hujan yang berkejaran di luar melalui jendela. Ia terdiam seraya berpikir betapa bodohnya ia selama...