17. Perkara Warna Lipstik

57 16 50
                                    

**

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

**

Sepulang dari minimarket, Qeenan menaruh titipan Kori dan Edo di atas meja makan, ia lantas bergabung dengan keduanya untuk makan malam.

"Nah mumpung kalian lagi makan, gue mau ngomong sesuatu," Kori berujar yang terdengar serius.

Qeenan dan Edo kompak diam tak berkomentar menunggu kalimat selanjutnya.

"Si David buat masalah di luar." Kori mengawali kalimatnya yang membuat Edo tersedak sementara Qeenan berhenti mengunyah.

"Waktu itu kalian tau kan dia nginep di tempat temennya. Ternyata dia nginep di kos pacarnya."

Qeenan terkejut. Tapi Edo terlihat biasa saja lalu berujar, "temen gue juga ada yang bawa pacarnya nginep di apartemennya."

"Nah temen lo enak punya apartemen. Yang tentunya kelas atas dan bebas. Tapi, pacarnya David enggak. Dia ngekos dan bapak kosnya tau kalau David nginep terus pacarnya diusir dari kos itu."

"Wah gawat!"

"Lo tau dari mana Bang?" tanya Qeenan penasaran.

"Tadi ceweknya ke sini nangis nangis tapi si David sampai sekarang belum pulang. Gak tau kemana. Gue telpon tapi nomornya gak aktif."

"Wah parah sih Bang David." Edo berkomentar sembari geleng-geleng kepala.

Ponsel Kori tiba-tiba berdering. Cowok itu lalu bangkit dari duduknya lalu menuju ruang tv di mana ponselnya yang sedang di charger berada. Pembicaraan mengenai David dihentikan sebentar.

"Gue udah ajak dia buat pergi malem mingguan," ujar Qeenan memberitahu progers pendekatannya dengan Lara.

"Akhirnya lo pergi malam mingguan juga," ujar Edo yang terdengar setengah-setengah.

"Lo kayak gak seneng."

"Gue baru putus dari Haru."

"Loh kok bisa?"

"Gue salah milih warna lipstik," ujar Edo lesu.

"Warna lipstik?" sahut Qeenan dengan tanya tak percaya.

Hal seremeh itu bisa membuat hubungan yang damai dan aman tentram berakhir begitu saja?

"Warna lipstik penting buat cewek Qeenan," sahut Kori yang sudah selesai dengan urusan di ponselnya dan kembali duduk menyantap nasi bungkusnya.

"Apa sepenting itu sampai bisa jadi alasan buat putus Bang?"

Kori mengangguk. Mulutnya penuh, ia lalu mengunyah dahulu baru menjawab lagi. "Iya. Sepenting itu sampai bisa jadi alasan buat putus. Kedengarnnya gak masuk akal ya? Tapi cewek emang sebegitu gak masuk akalnya sampai rela putus cuma karna warna lipstik."

"Lo tau kan istilah perempuan itu rumit." Edo menyahut pelan.

"Dulu gue ngira itu cuma bualan, karna sejak gue pedekate sama Haru sampai pacaran, Haru gak pernah aneh-aneh dan hubungan kita lancar sampai tadi pagi terus tau-tau siangnya dia nanya soal warna lipstik yang mana yang bagus buat dia pake, sebagai pacar yang baik gue pilih dong warna yang cerah kayak baju yang biasa dia pake tapi dia malah marah dan bilang kalau gue ngejek dia terus gue diputusin."

Curhatan Edo disambut gelak tawa baik oleh Kori maupun Qeenan..

Qeenan yang duluan berhasil meredakan tawanya bicara, "gue udah lama putus sama pacar gue yang dulu tapi gue akan selalu inget kata-kata dia. Cewek itu suka banget sama lipstik. Warna lipstik itu penting buat cewek. Dia sering banget bilang gitu makanya gue selalu merhatiin bibir dia. Gara-gara itu gue sadar sendiri kalau cewek milih warna lipstik itu sesuai sama warna kulitnya bukan sama warna baju yang sering dia pake."

Lalu Qeenan tertawa lagi. "Parah banget lo, kalau Haru sering pake baju warna ungu pasti lo bakal milih lipstik warna ungu juga deh."

"Nah, mending lo temuin cewek lo terus minta maaf. Bilang ke dia kalau lo udah salah besar karna milih warna lipstik yang salah." Kori memberi saran. Ia sudah tak tertawa lagi.

Edo mengangguk lemah sebagai tanggapan.

"Hebat juga lo tau soal itu," sahut Kori pada Qeenan memuji perkataan Qeenan sebelumnya.

Qeenan nyengir saja. "Soalnya tadi ada yang nanyain ke gue soal warna lipstik eh tiba-tiba aja keinget sama omongan mantan gue dulu."

Kori mangut-mangut. "Biasanya nih kalau ada cewek yang nanya soal warna lipstik ke cowok itu tandanya dia tertarik sama cowok itu." Lalu berujar jahil.

"Hayoloh siapa tuh cewek? Gue yakin pasti bukan Lara."

Qeenan menggeleng pelan. "Bukan. Bukan Lara. Lo asal aja deh Bang, dia udah punya pacar."

"Loh? Masa? Lo yakin dia udah punya pacar?"

"Yah... berarti alasan dia nanya begitu ke lo karna dia ngerasa nyaman sama lo. Jadi bagi dia hal-hal penting kayak warna lipstik dia tanyain ke lo."

Untuk opini Kori yang satu ini Qeenan setuju. Sebab ia juga merasa nyaman bersama Kania. Seolah ada desir hangat yang membuatnya betah berlama-lama dengan gadis itu.

"Hati-hati loh. Tau-taunya nanti lo jadi penghancur hubungan orang." Edo tiba-tiba malah menakut-nakuti.

Padahal Qeenan yakin sekali kalau perasaan nyamannya Dengan Kania hanyalah sebatas teman baik. Tidak kurang dan tidak lebih. Qeenan juga yakin kalau Kania menganggapnya sebagai teman bukan lebih. Kan faktanya Kania sudah punya pacar.

"Gak mungkin. Karna gue bisa liat dari matanya tiap dia cerita soal pacarnya. Dan gue sadar, posisi gue cuma sebagai teman dekat buat dia."

"Sekarang emang belum. Tapi nanti. Ada waktunya lo bakal ngerasa kalau posisi lo sekarang gak cukup hanya sebagai teman dekat dan lo akan merasa serakah ingin jadi seseorang yang berstatus pacaran sama dia."

Kalimat Kori itu jadi terngiang-ngiang di kepala Qeenan semalaman.

**

Date : 31 Juli 2022

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Date : 31 Juli 2022

Makasih udah stay sampai akhir bulan ini readers🙇🙆❤

Warm Regards,

cravesan

Hujan di Sore Hari (✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang