**
"Ahrg," erang Jeje pelan.
"Kenapa lo Je?" tanya Kania khawatir. Ia menatap bingung Jeje yang tiba-tiba saja mengerang.
"Gigi gue anjir! Sakit banget disenggol tulang ayam, huaaaaaa." Jeje pun nangis betulan. Ia memegang pipi kanannya. Rasanya mendenyut dan membuatnya sakit kepala.
Seketika ia lupa soal Fero dan kemungkinan Fero berselingkuh.
"Astaga!" Kania tergelak. Ia mengeluarkan tisu dari dalam tasnya untuk Jeje. "Lo perlu cek ke dokter gigi deh Je. Lo kan pernah bilang kalau gigi geraham lo berlubang."
Jeje manyun. Menekan-nekan pipinya dengan tisu yang ia bulatkan. "Iya, nanti gue ke dokter gigi. Btw, gue kok tiba-tiba keinget fotografer gondrong itu ya."
"Tiba-tiba banget," sahut Kania.
Jeje melirik ke arah counter pemesanan. Ada seorang cowok berambut cepak yang mengalungkan kamera. Kania mengikuti arah pandang Jeje dan terkekeh kecil setelahnya.
Awal pertemuan Jeje dengan fotografer gondorng itu ketika Jeje jatuh di gang kos Kania. Fotografer gondrong yang kebetulan berada di sana pun menolong Jeje. Karena sikapnya yang sopan dan tampang yang lumayan, Jeje pun jadi terpikat.
"Gue gak pernah ketemu dia lagi loh. Gue udah sering lewat gang itu kok tapi gak papasan sama dia lagi. Apa dia emang gak tinggal di sekitar kos lo ya? Jadi yang hari itu emang kebetulan aja?"
"Udahlah. Kenapa sih lo masih mikirin dia? Lo juga gak tau namanya kan?"
Jeje cemberut. "Ada yang bilang jatuh cinta pada pandangan pertama berjuta rasanya."
Agaknya fotografer gondrong itu telah membuat Jeje setengah tak waras. Kasihan sekali. Kania jadi prihatin.
Kania menggeser nampan makanan yang tadinya berada di tengah meja ke arah Jeje, di atas nampan masih ada satu burger dan beberapa kentang goreng.
Tadinya ingin Kania habiskan, sebab lumayan ia tak perlu makan malam lagi nanti namun Kania merelakannya untuk Jeje saja sebab kondisi Jeje yang tak waras karna fotografer gondrong itu membuat Kania iba.
Selepas dari restoran fast food, Kania dan Jeje berpisah. Kania ingin pergi ke toko buku untuk membeli novel terjemahan keluaran terbaru. Sementara Jeje harus pulang ke rumah setelah mendapat telepon dari Ibunya kalau adik laki-laki Jeje yang masih SMA jatuh dari motor dan sedang berada di rumah sakit.
Toko buku yang akan Kania kunjungi berada tidak jauh dari restoran fast food lokasi Kania saat ini. Kania hanya perlu berjalan selama sepuluh menit melewati trotoar dengan pohon pelindung sinar matahari. Karena teduhnya trotoar makanya Kania memilih berjalan saja.
Siang ini jalanan di sisi kanan Kania terlihat ramai oleh kendaraan. Satu dua berbelok masuk ke area parkir restoran fast food di belakang Kania, Kania mengetahuinya sebab ia menoleh ke belakang karena terkejut mendengar lengkingan suara tukang parkir yang sedang memarkirkan mobil van putih yang masuk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hujan di Sore Hari (✔)
Romance(Completed/Tamat) Hujan deras sore ini seakan mengerti bagaimana perasaan Kania. Gadis itu terduduk di sudut tangga sembari melihat tetesan air hujan yang berkejaran di luar melalui jendela. Ia terdiam seraya berpikir betapa bodohnya ia selama...