**
Paginya Kania dikejutkan dengan suara Bapak Kos yang mengomel. Kania lantas membuka pintu kamar Fiska.
"Keluar kamu sekarang juga dari kos saya!"
Seolah bentakan itu untuk Kania, Kania jadi terlonjak kaget dan kantuknya pun hilang. Fiska yang tadi masih terlelap sontak terbangun dan langsung berdiri menghampiri Kania.
"Kenapa Ken?"
"Gak tau Kak." Kania menatap Fiska horror.
Fiska lalu membuka pintu lebih lebar dan keluar, Kania mengekori. Saat itulah Kania dan Fiska melihat Bapak Kos yang berkacak pinggang di depan kamar Gladis dengan Gladis yang menangis tersedu-sedu. Penghuni lantai atas juga mengintip dari tangga melihat keributan yang terjadi pagi ini.
"Kamu kira seenaknya saja bawa pacar kamu menginap di sini? Ini kos punya aturan ya kalau kamu tidak bisa mengikuti aturan terpaksa harus angkat kaki dari kos saya! Saya tunggu sampai siang nanti kalau kamu juga belum pergi saya sendiri yang akan keluarkan barang-barang kamu."
Setelahnya Bapak kos pergi. Tinggallah Gladis yang menangis dan terduduk di lantai teras.
Kania merasa iba ia hendak mendekat namun dengan segera Fiska menahannya.
"Jangan ikut campur Kania."
"Loh kenapa Kak?"
Fiska pun memperlihatkan ponselnya. Grup chat yang isinya penghuni kos heboh sejak malam tadi. Ternyata kehebohan berasal dari Gladis yang membawa masuk serta menginap laki-laki di kamarnya. Terpampang juga bukti berupa foto laki-laki yang masuk ke kamar Gladis. Foto-foto itu dikirim oleh Karina yang menghuni lantai atas.
"Gileee." Begitu respon Kania dan Fiska membaca pesan dari grup chat itu satu persatu.
Katanya tadi pagi sekitar jam 3 Bapak Kos langsung yang datang dan menemukan laki-laki di kamar Gladis. Lantas Bapak Kos mengusir laki-laki itu dan bicara lewat telpon dengan orang tua Gladis. Lantas kelanjutannya seperti yang Kania dan Fiska saksikan sendiri. Gladis diusir.
"Baru juga gue mau ngelapor yang lo liat waktu itu, dia bawa cowok ke depan kamarnya. Eh si Karina udah gercep aja langsung gas lapor ke bapak. Tapi dia juga salah sih, di Dia kira kos kita gak punya aturan. Aneh-aneh aja sih kelakuan. Dia kira kos kita kos menengah ke atas yang bisa bebas keluar masuk cowok. Dasar gak tau situasi." Fiska mengomel panjang lebar sembari menarik Kania.
Kania menurut saja. Karena ia tidak mungkin juga menolak. Sebab ia tidak harus melakukan apa untuk Gladis dalam situasi seperti ini.
**
"Ini beneran mbak beli satu gratis satu?" tanya Jeje sekali lagi pada pramuniaga yang berdiri di balik etalase lipstik.
"Iya Kak." Pramuniaga itu menjawab kalem.
Jeje tentunya beruntung, sebab brand make up satu ini sangat jarang memberi promo. Agaknya karena sudah ada pesaing baru yang sedang naik daun makanya brand make up ini mencari solusi lain agar orang-orang tetap membeli make up nya, salah satunya dengan mengadakan promo.
Siang ini Jeje pergi ke pusat perbelanjaan untuk menemani temannya membeli kado buat sang kekasih. Nama temannya Jeje adalah Haru.
"Ru lo pilih yang mana? Buat gue yang bagus yang mana?" Jeje memperlihatkan dua lipstik di tangannya pada Haru.
Setelah menimang sesaat, Haru mengulurkan lipstik dengan nomor 32 pada Jeje. "Yang ini cocok di kulit lo." lalu ia kembali sibuk memilih lipstik untuknya sendiri.
"Oke deh. Makasih loh Haru ku yang cantik." Jeje berkelakar. "Tapi satu lagi warna apa ya Ru?"
"Satunya lagi buat lo juga?" Haru mengambil tiga warna lipstik yang berbeda dan mengamatinya dari dekat sembari mengajukan tanya.
"Eghh... gak tau juga sih. Lo satunya lagi buat siapa?"
"Buat Kak Lara. Dia jarang banget pake lipstik gue liat-liat. Padahal dia cantik tinggal dipoles dikit aja, pasti cowok-cowok pada naksir."
Jeje mangut-mangut setuju. "Kalau gitu satunya lagi buat Kania aja deh." Jeje teringat Kania tiba-tiba dan memutuskan satu lipstik lagi untuk Kania saja. Setelah berujar seperti itu, Jeje memotret sampel warna lipstik yang ditempel di atas etalase lalu mengirimnya lewat chat ke nomor ponsel Kania.
Jeje menunggu balasan dari Kania sembari melihat-lihat make up lainnya, saking asiknya melihat-lihat warna foundation, Jeje baru menyadari kehadiran seseorang yang ia kenal tak jauh darinya.
Orang itu adalah Fero, pacarnya Kania. Fero tak seorang diri tapi bersama seorang gadis dengan pakaian modis. Gadis itu adalah gadis yang sama dengan gadis yang Jeje lihat minggu lalu di toko baju saat Jeje pergi belanja dengan Ibunya.
Keduanya terlihat akrab berbincang di depan etalase serum wajah. Dan hal itu membuat Jeje curiga dengan hubungan keduanya. Jika Jeje tak mengenal Fero ia pasti sudah mengira kalau keduanya adalah sepasang kekasih.
Namun, Jeje tak ingin mengambil kesimpulan sendiri. Mana tahu gadis itu teman kerjanya Fero atau saudara jauhnya. Kan Jeje tidak tahu menahu soal itu. Jadi, daripada berpikir aneh-aneh, Jeje kembali ke etalase lipstik saat Kania membalas pesannya.
Setidaknya untuk sekarang Jeje akan mengawasi dari jauh dan mengingat wajah gadis itu kalau-kalau ia berpapasan di jalan nanti.
**
Date : 25 Juli 2022
KAMU SEDANG MEMBACA
Hujan di Sore Hari (✔)
Romance(Completed/Tamat) Hujan deras sore ini seakan mengerti bagaimana perasaan Kania. Gadis itu terduduk di sudut tangga sembari melihat tetesan air hujan yang berkejaran di luar melalui jendela. Ia terdiam seraya berpikir betapa bodohnya ia selama...