**
Selepas mandi, Qeenan mengeluarkan sebungkus keripik ubi yang Kania beri untuknya, katanya sih keripik ubi itu cemilan dari pacarnya Kania. Sembari makan camilan, Qeenan membuka buku catatannya dan buku catatan Kania juga. Ia bertekad akan menyelesaikan mencatat malam ini juga dan esoknya ia akan mengembalikan buku-buku catatan Kania yang ia pinjam.
Ada tiga buah buku catatan Kania Qeenan pinjami. Kania sengaja membedakan buku catatannya per matakuliah sebab bagi Kania hal itu penting, Padahal untuk ukuran mahasiswa biasanya memakai binder dan semua catatan berada dalam satu buku saja.
Namun, Kania menolak katanya sih catatan jadi tidak rapi dan kehilangan estetikanya jika di satukan dalam binder. Gara-gara itu, Qeenan jadi ikut-ikutan mencatat per mata kuliah dengan buku yang berbeda.
Meskipun jadi ribet dan harus membawa banyak buku, prinsip Kania yang tidak ingin menyatukan catatan dalam satu binder sangat berguna. Sebab, kalau disatukan dalam satu binder perlu waktu untuk mencari dibagian mana catatan untuk mata kuliah berbeda berada.
Bisa sih diberi tanda dengan pembatas buku bentuk plester warna warni tapi tetap saja Kania tidak suka. Katanya kalau dimasukkan ke dalam tas pembatas buku itu akan terlipat dan terlihat tidak bagus lagi.
Satu jam berlalu Qeenan sudah selesai mencatat untuk mata kuliah statistika tiba-tiba Qeenan jadi pengen makan mie rebus untuk makan malamnya. Mengingat ia masih punya stok mie rebus sekardus yang ia taruh di kamarnya.
Beberapa makanan dan camilan biasanya ditaruh di dapur tapi karna kontrakan ini memiliki privasi sendiri-sendiri beberapa camilan dan makanan instant milik sendiri-sendiri disimpan di kamar masing-masing. Kalau yang ada di lemari dapur biasanya milik bersama atau kongsi berdua.
Kori juga menempel catatan di pintu kulkas untuk apa-apa saja barang di dalam kulkas milik masing-masing penghuni kontrakan. Yang paling banyak di list sih barangnya David karna David sering punya stok buah dan susu beruang.
Karna membayangakan mie rebus plus telur dan saus sambal dalam kepalanya, Qeenan jadi lebih bersemangat untuk menyelesaikan catatannya. Ia akan menyelesaikan catatan bahasa inggris dulu baru makan malam.
"Mau kemana Vid?" Itu suara Kori yang terdengar dekat dari kamar Qeenan bersamaan dengan suara pintu yang ditutup. Karna kamar Kori bersebelahan dengan kamar Qeenan, suara Kori jadi terdengar jelas dari kamarnya.
Qeenan jadi kepo, ia lalu berdiri di belakang pintu kamarnya sembari memasang telinga.
"Gue mau keluar Bang sekalian gue mau nginep di kos temen gue jadi gue pulang besok pagi."
"Oh gitu. Oke hati-hati ya."
Setelahnya hening hingga beberapa saat kemudian deru motor David terdengar menjauh. David sudah pergi.
Qeenan lalu membuka pintu kamarnya. Kori berdiri di pagar besi pembatas tepat di depan kamarnya, cowok itu menoleh pada Qeenan sesaat setelah Qeenan membuka pintu.
"Makan mie yuk!" Ajaknya.
Seolah Kori bisa membaca isi pikiran Qeenan tentunya Qeenan langsung setuju. Lantas terlupa dengan tekadnya yang akan menyelesaikan catatan Bahasa Inggris terlebih dahulu sebelum makan malam.
**
Malam ini Kania berencana nonton drakor sembari makan cemilan dari Fero. Tentunya setelah ia menyelesaikan tugas kelompok bagiannya terlebih dahulu. Kania mendapat tugas untuk membuat daftar pertanyaan yang akan ditanyakan pada narasumber nantinya.
Setelah berdiskusi sengit di grup chat ada tiga nama tokoh terkemuka yang akan diminta untuk wawancara dan Kania ditugaskan membuat daftar pertanyaan untuk ketiganya. Karena belum dipastikan tokoh yang mana yang akan menjadi narasumber.
Kania sih fine-fine saja. Hal ini tidak terlalu membebaninya. Ia hanya perlu riset sedikit mengenai tiga tokoh itu dan membuat daftat pertanyaan yang sekiranya cocok dan sesuai dengan umur, pekerjaan dan hobi tokoh terkemuka itu. Beberapa daftar pertanyaan basic sudah Kania siapkan sekarang tinggal menyesuaikan pertanyaan menurut perbedaan umur, pekerjaan dan hobi.
Cukup lama Kania melakukan riset hingga satu jam kemudian daftar pertanyaan tersebut telah ia selesaikan. Sekarang waktunya drakor time!
Tapi, tiba-tiba ketukan pintu terdengar bersamaan suara Fiska di luar.
"Kania, lagi ngapain?" tanya Fiska saat Kania membuka pintu.
"Mau ngedrakor Kak sambil ngemil, mau ikut?"
Fiska menggeleng. "Gue mau ngajak lo beli seblak di depan kampus. Ada jual siomay juga kok, lo pasti suka."
"Oh! Seblak yang baru buka itu ya?" Kania ingat beberapa teman kelasnya bercerita soal kedai seblak yang baru buka di pinggir jalan depan kampus. Menurut review mereka, seblaknya enak.
"Iya yang itu!" Fiska berseru semangat.
"Oke gue ikut. Tapi gue mau siomaynya Kak. Kata temen gue seblaknya enak, siomay juga enak. Gue jadi pengen coba."
Sembari mencari jaketnya karna malam ini cuaca lebih dingin dari biasanya, Kania berceloteh.
"Iya, kata temen gue siomaynya juga enak." Fiska menyahut setuju.
"Kania lo sejak kapan deket sama Qeenan?" Fiska tiba-tiba mengajukan pertanyaan.
"Sejak dia masuk kelas gue Kak, kenapa tuh? Lo kenal Qeenan dimana Kak? Perasaan gue belum ada cerita soal Qeenan ke lo deh."
Fiska menghembuskan napas yang membuat Kania melipat dahinya heran.
"Gue kenal Qeenan udah lama. Waktu itu gue ngewakilin BEM buat ikut acara temu ramah anggota BEM seprovinsi di luar kota. Di sana gue ketemu Qeenan yang merupakan ketua BEM di kampus lamanya. Gue ngeliat semangat dia dan inovasi dia buat bangun BEM kampusnya jadi lebih baik ngebuat dia dikenal banyak orang. Nah, semenjak dia pindah ke kampus kita gue mau ngajak dia ikut gabung ke BEM. Tapi, Afra nolak mentah-mentah setelah tahu alasan Qeenan pindah ke kampus kita."
"Jadi, Qeenan seangkatan sama lo dong Kak. Atau sama Bang Afra?"
"Enggak. Dia seangkatan sama lo. Di kampus lamanya dia dinobatkan jadi ketua BEM pas semester 2. Rekor sih karna syarat jadi anggota BEM apalagi jadi ketuanya lo harus punya banyak pengalaman di organisasi jurusan dulu selama setahun. Tapi kasusnya Qeenan beda, karna waktu itu Qeenan dengan berani ngajuin pendapatnya sama panitia ospek yang semena-mena. Terus presma terkesan sama aura dia yang cocok jadi pemimpin. Jadilah si Qeenan ketua BEM pas semester 2. Terus alasan lainnya juga ketua BEM lama mereka gak becus dan kerjaannya cuma pacaran terus."
Kania mangut-mangut saja dan merasa ternyata Qeenan sekeren itu.
**
Date : 19 Juli 2022
KAMU SEDANG MEMBACA
Hujan di Sore Hari (✔)
Romance(Completed/Tamat) Hujan deras sore ini seakan mengerti bagaimana perasaan Kania. Gadis itu terduduk di sudut tangga sembari melihat tetesan air hujan yang berkejaran di luar melalui jendela. Ia terdiam seraya berpikir betapa bodohnya ia selama...