**
Edo mengeluh kepedasan setelah mencicipi kuah mie rebusnya. Cowok itu tertarik mencoba saus sambal ketika Qeenan dan Kori sama-sama memasukkan saus sambal ke dalam mie rebus mereka. Sayangnya, karna Edo tidak bisa makan pedas cowok itu merasa lidahnya terbakar padahal saus sambal yang ia campur dalam mangkuk mie rebusnya hanya sedikit.
Edo lalu menambah air hangat dari dispenser ke dalam mangkuk mie rebusnya. Berharap rasa pedas menghilang. Pedasnya memang hilang sih tapi sayangnya mie rebus itu jadi hambar. Mau tak mau Edo menambah bubuk kaldu ke dalam mangkuknya dan menghela napas lega setelah di rasa mienya cukup enak meskipun tak seenak biasanya.
Setelah Kori mengajak Qeenan untuk makan mie, Edo yang baru pulang dari luar juga join. Jadilah mereka bertiga makan mie rebus sebagai santapan malam hari ini.
"Bang David gak diajak Bang?" tanya Edo sembari melirik pintu kamar David.
"Dia lagi di luar terus tadi bilang ke gue mau nginep di kosan temennya."
"Oiya Nan, cewek yang kerja jadi kasir di minimarket itu namanya Lara," kata Edo membuka topik baru.
"Terus?" tanya Qeenan acuh.
"Lo udah ke minimarket hari ini?"
"Rencananya nanti mau. Kenapa?"
"Nah, sekalian ajak kenalan tu cewek."
"Kenapa sih lo demen banget ngejodoh-jodohin gue?" Alis Qeenan bertaut heran.
"Karna gue peduli sama kejombloan lo Nan. Masa lo gak ngerti juga sih!"
"Hadeh. Iya deh nanti gue ajak dia kenalan." Qeenan mengalah.
Karna dulu juga ia yang salah telah meminta pada Edo untuk mencarikannya pacar. Padahal Qeenan hanya bergurau tapi Edo menganggapnya serius.
Sebenarnya Qeenan malas untuk berkenalan dengan orang baru. Terlebih lagi rumor yang berkaitan dengannya semakin melebar dan bertambah-tambah. Soal ia yang ditolak menjadi anggota BEM dan riwayatnya yang dulu sebagai anggota BEM juga kini seolah menjadi aib.
Qeenan geram sekali. Tapi, ia bisa apa? Membungkam mulut orang-orang yang bicara tentangnya? Qeenan bahkan tidak bisa menghitung siapa saja yang bicara tentang rumor itu di belakangnya bagaimana caranya membungkam mulut orang-orang?
Jadi ia selalu merasa insecure bila sedang seorang diri di kampus atau pergi kemanapun. Meskipun ia sudah memasang ekspresi datar dan menebal muka tapi tetap saja isi kepala Qeenan dipenuhi dengan overthinking.
Qeenan menghela napas dan menatap langit gelap tanpa bintang malam ini. Ia memasukkan tangan ke saku depan hoodie yang dikenakannya sembari memasang tudung hoodie di kepala.
Selepas makan malam, ia akan pergi ke minimarket untuk beli cemilan. Karna keripik ubi dari Kania sisa sedikit dan berbanding terbalik dengan catatan yang masih banyak harus Qeenan catat dan sekalian mengajak gadis yang jadi kasir minimarket untuk berkenalan sesuai saran dari Edo tadi.
Meskipun Qeenan enggan, tapi untuk mengapresisasi usaha Edo yang telah mencarikannya calon pacar, Qeenan memberanikan diri untuk berkenalan dengan gadis itu.
Sesampainya di minimarket, Qeenan mendapat kejutan adanya Kania di sana. Qeenan tersenyum lebar merasa senang tentunya bertemu Kania. Sementara itu Kania yang juga terkejut melihat Qeenan kontan tersenyum.
Kania sedang berdiri di depan kasir bersama temannya yang membelakangi Qeenan. Terdengar obrolan dan tawa di sana. Qeenan tak terlalu peduli dan sesaat ia melupakan tujuan keduanya ke minimarket, yaitu berkenalan dengan kasir minimarket.
Kania lalu mendekati Qeenan. "Lo mau beli apa?"
"Cemilan. Keripik ubi dari lo dah ludes. Gue perlu pengganjal mulut sambil nyalin catatan lo."
"Cepet banget. Gue aja belum ada coba keripik ubinya."
"Kok belum?"
"Ya belum aja."
Sementara itu di luar minimarket, mobil van putih berhenti. Seorang gadis turun dari sana bersama seorang laki-laki. Gadis itu adalah Natania yang tinggal di bangunan atas minimarket sedangkan si laki-laki adalah Fero.
Keduanya terlihat berbincang satu sama lain sebelum Natania pamit pergi dan menaiki anak tangga di samping minimarket. Fero masih tetap di sana melihat Natania hingga ia menangkap sosok yang sangat ia kenali di dalam minimarket. Ada Kania di sana bersama seorang cowok yang tidak Fero kenal.
"Lo sendiri ngapain kesini?"
Kembali lagi ke dalam minimarket. Qeenan bertanya setelah sibuk melihat harga camilan dan akhirnya memilih snack kacang telur ukuran besar.
"Nemenin temen gue beli barang kewanitaan. Eh, gak bagus tau minum soda malem-malem. Mending lo minum ini." Kania merebut soda kaleng dari tangan Qeenan lalu menaruhnya kembali ke dalam rak lemari pendingin sebagai gantinya Kania meraih sekaleng susu beruang. "Nih, lo harus minum ini biar lo semangat nyalin catetan gue." Dan memberikannya pada Qeenan.
"Ken, ayo pulang!" seru Fiska mengajak Kania pulang. Fiska tak menyadari kehadiran Qeenan di sana sebab ia sibuk melihat ponselnya yang membuatnya harus menunduk hingga tak sadar sudah menabrak pintu kaca minimarket.
Kania kontan tergelak. Ia lalu menoleh pada Qeenan dan berpamitan. "Gue pulang dulu ya, Bye!"
Qeenan hanya tersenyum saja dan merasa senang sudah melihat wajah Kania. Entah kenapa perasaannya jadi lega. Qeenan lalu segera ke kasir dan membayar belanjaannya.
"Lo temennya Edo kan?" tanya si kasir pada Qeenan. Terlihat sekali ia malu-malu dan terdengar ragu.
Qeenan terdiam sesaat mencoba mengingat sesuatu. Ah, iya. Gadis ini adalah calon pacar untuknya yang Edo carikan. Qeenan lalu tersenyum lebih lebar dan memperkenalkan dirinya sebagai teman Edo sembari pencitraan untuk memberikan kesan baik pada pertemuan pertama.
"Kenalin, gue Qeenan temennya Edo."
**
Date : 21 Juli 2022
KAMU SEDANG MEMBACA
Hujan di Sore Hari (✔)
Romance(Completed/Tamat) Hujan deras sore ini seakan mengerti bagaimana perasaan Kania. Gadis itu terduduk di sudut tangga sembari melihat tetesan air hujan yang berkejaran di luar melalui jendela. Ia terdiam seraya berpikir betapa bodohnya ia selama...