Bulan yang ada ber ber-nya itu erat banget sama musim hujan. Kania gak tau udah berapa kali ganti sepatu di minggu ini. Sneakers putih yang Kania pakai sekarang adalah sepatu terakhir yang Kania punya. Sepatunya yang lain masih basah dan tersusun rapi di belakang kulkas.
Hujan turun begitu deras saat Kania keluar kelas. Tak tanggung-tanggung, halaman parkir penuh dengan genangan air.
"Hujan hujan gini enaknya nongkrong di warmindo gak sih," sahut Qeenan. Cowok itu berdiri di sebelah Kania.
Kania menoleh sekilas. "Bukannya kamu ada janji mau main game sama Lintang cs?"
"Gak jadi, kosan mereka kebanjiran. Makanya mereka buru-buru pulang." Qeenan menunjuk ke area parkir di mana Lintang, Doni dan Bagas berjinjit-jinjit melewati genangan air menuju kendaraan mereka.
"Ke warmindo makan mie dong ya?"
"Namanya juga warmindo ya mereka jualnya mie dong Kania."
Kania nyengir. "Hmm gak mau ah ke warmindo. Pasti dingin apalagi ujannya deres gini."
"Terus kamu maunya kemana?"
"Pulang, tidur, selimutan."
**
"Aku yang masak ya," ujar Qeenan dari arah dapur.
"Bisa?"
"Mie doang mah gampang."
Kania tertawa lalu membiarkan Qeenan mengambil alih dapurnya. Lantas ia menuju ruang tamu, membentangkan selimut di sofa dan menyusun beberapa bantal agar terlihat lebih nyaman dan hangat.
Kania jadi pindah dari kosan. Ia menempati apartemen Rojer. Senentara Rojer pindah ke area dekat kampus. Ada kontrakan yang baru di bangun di sana. Rojer jadi lebih mudah ke kampus dan kafe karena jarak tempat tinggalnya cukup dekat.
Jadilah apartemen Rojer, Kania tempati. Masih ada masa kontrak dua tahun lagi. lumayan bukan?
Hujan masih turun. Tidak deras tapi tetesannya yang rapat cukup membuat basah jika berkeliaran di jalanan.
Aroma harum kaldu mie instan dari dapur tercium. Kania refleks tersenyum.
"Qeenan kamu mau nonton film apa?" tanya Kania sambil melihat-lihat folder film di laptopnya.
"Yang seru, action ada?"
"Ada dong!"
Kania mengatur laptop agar berada di tengah-tengah meja. Sementara itu Qeenan mendekat dengan dua mangkuk mie instan.
"Mari makan!" seru Qeenan penuh semangat.
Film action yang diputar sudah menampilkan bagian klimaks. Mangkuk-mangkuk mie juga sudah kosong. Kania beranjak untuk membasuhnya di wastafel.
Di luar hujan masih turun. Langit gelap dan rintik hujan menjadi perpaduan yang menyenangkan untuk tidur.
Jam masih menunjukkan pukul empat sore. Kelewat telat untuk tidur siang. Tapi, kantuk telah menyerang Kania.
"Qeen,"
"Hmm."
"Ngantuk."
"Ya udah tidur."
Qeenan menoleh. Menggeser posisinya lebih dekat dengan Kania.
"Ini tandanya boleh dipeluk ya?"
Qeenan nyengir. "Peluk aja Kania. Aku kan pacar kamu sekarang."
Tanpa menunggu lebih lama lagi, Kania memeluk Qeenan dari samping. Mencari posisi yang nyaman sambil mengeratkan pelukannya.
"Mimpi indah Kania," bisik Qeenan lembut.
**
Hai, aku publish cerita baru ya karna berhubung Hujan di Sore Hari sudah selesai.Ini covernya😄
Udah ada bagian prolog sama blurb di profil aku.
Aku bakal update di awal Desember. Jangan lupa masukin ke library kalian🙌
KAMU SEDANG MEMBACA
Hujan di Sore Hari (✔)
Romance(Completed/Tamat) Hujan deras sore ini seakan mengerti bagaimana perasaan Kania. Gadis itu terduduk di sudut tangga sembari melihat tetesan air hujan yang berkejaran di luar melalui jendela. Ia terdiam seraya berpikir betapa bodohnya ia selama...