Prolog - Kania Ayunda

414 55 134
                                    

**

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

**

Selepas kelas sorenya berakhir tepat di jam 16.00, Kania melangkah santai keluar kelas. Ia tidak ingin bergegas sampai di kamar kosnya yang lengang.

Tadi pagi, Fiska bilang akan pulang ke rumahnya dan berada di sana selama dua hari, itu artinya kamar kos di sebelah kamar Kania kosong selama dua hari. Tidak ada teman curhat dan teman makan Kania selama dua hari nanti. Kania mendesah pelan dan memikirkan rencana bagus untuk mengisi dua hari yang lengang itu.

Saat melewati tangga menuju lantai dasar, Kania menghentikan langkahnya di sisi jendela besar yang menghadap ke lapangan parkir. Di luar sedang hujan deras, beberapa mahasiswa yang berada di luar segera berlari mencari tempat berteduh seraya menutupi kepala dengan tas, plastic bag dan tangan mereka.

Tapi tidak dengan satu orang. Orang itu terlihat santai berjalan menembus hujan menuju parkiran. Ia membuka jok motor dan mengambil helm dari sana. Orang itu adalah Qeenan. Mahasiswa baru di kelas Kania. Cowok aneh, pikir Kania dalam benak.

Hari ini adalah hari pertama cowok itu masuk kelas. Rumor pun beredar dengan cepat, katanya Qeenan pindah dari kampus lamanya karena terlibat kasus pembunuhan. Tapi, melihat Qeenan hari ini Kania tak bisa menyimpulkan kalau cowok itu pernah terlibat kasus yang mengerikan. Karena kata Fiska jika belum mengenal dengan baik seseorang kita tidak akan pernah tahu rumor yang beredar tentang orang itu apakah benar atau hanya rumor belaka.

Bagi Kania, Qeenan terlihat sama saja seperti mahasiswa lainnya. Cowok itu terbilang tampan dengan tinggi tubuh seperti seorang pemain basket. Ditambah lagi postur tubuh yang atletis dan garis rahang tajam. Karena penampilannya banyak mahasiswi yang langsung terpikat.

Qeenan mendongak setelah memakai helmnya. Cowok itu sepertinya sadar telah diperhatikan oleh Kania dari jendela lantai tiga. Tapi, Kania ragu Qeenan bisa melihatnya sebab hujan yang deras membuat jendela berembun.

Setelah beberapa saat mendongak, Qeenan menunduk kembali. Lalu naik ke atas motornya dan berlalu pergi dari parkiran.

Entah kenapa Kania merasa ia sedikit lega. Kania lalu meraih ponselnya mengamati jam yang menunjukan pukul 16.25. Ia lalu membuka aplikasi chatnya dan mengetikkan pesan untuk Fero, pacarnya.

To Kak Fero :
Kelas Kakak udah selesai?
Makan bareng yuk, aku males makan sendirian di kos.

Ia sudah mendapat rencana yang akan ia lakukan untuk menghabiskan hari ini. Pergi dengan Fero dan makan malam bersama lalu setelahnya ia akan pulang ke kos dan langsung tidur. Tak lama balasan dari Fero muncul.

From Kak Fero :
Udah. Kamu udah juga kan?
Okey. Kakak tunggu di tempat biasa ya.

Kania tersenyum kecil lantas bergegas menuruni anak tangga untuk menemui Fero. Tempat biasa yang Fero maksud adalah tempat parkir gedung fakultas teknik. Cowok itu selalu memarkirkan mobilnya di sudut tempat parkir.

Dari lokasi Kania sekarang, ia hanya perlu berjalan melewati satu jembatan penyebrangan yang terhubung langsung ke gedung fakultas teknik. Sembari berjalan Kania mengulurkan tangannya di bawah turunan air hujan dari atap jembatan penyebrangan. Ia berhenti sejenak dan menatap ke bawah. Di bawahnya ada parkiran mobil, mobil Fero tepat diparkir di ujung tempat parkir.

Agaknya Fero yang telah berada di dalam mobil menyadari kehadiran Kania, cowok itu menurunkan kaca mobilnya dan melambaikan tangan pada Kania. Kania melihat ke kanan dan kiri, memastikan tidak ada orang lalu tersenyum lebar membalas lambaian Fero.

Kania lalu bergegas melangkah menuju ujung jembatan penyebrangan, ada tangga di sana yang langsung terhubung ke lantai dasar gedung fakultas teknik.

Sesampainya di teras di samping mobil Fero terparkir, Kania menoleh ke kanan dan ke kiri lagi baru masuk lewat pintu bagian kiri mobil dan duduk dengan tenang. Ia bersin sesaat ia duduk, Fero buru-buru menarik dua lembar tisu dan mengulurkannya pada Kania, cowok itu juga mematikan ac mobil. Sebab ia tahu hidung Kania sensitif dengan suhu.

"Kamu kayak maling aja tau liat situasi baru ngebales dadah-dadah terus pas masuk mobil juga gitu," protes Fero. Cowok itu mengusap-usap puncak rambut Kania yang terkena air hujan.

Setelah merasa hidungnya tidak gatal lagi, Kania nyengir lantas membalas, "abisnya kita kan lagi backstreet nanti kalo diliat orang terus ditanyain macem-macem kan jadinya repot."

Fero cemberut. Tapi ia tidak bisa membantah karna apa yang Kania bilang adalah fakta. Ia dan Kania sudah menjalani hubungan diam-diam atau backstreet selama satu tahun. Alasannya karna Kania tidak ingin direcoki oleh fans-fans Fero sebab selain mantan vokalis band di sekolahnya dulu, Fero juga seorang model.

Awalnya Kania mengenal Fero sebagai kakak kelas beken di sekolah menengah atas. Cowok itu bak cassanova sekolah yang namanya selalu dielu-elukan. Selain tampan, suara Fero juga merdu. Tubuhnya yang tinggi dan atletis serta pandai bermain basket membuat cowok itu diangkat sebagai ketua tim basket sekolah.

Awalnya, Kania hanya menganggap Fero sebagai Kakak kelas biasa. Ia hanya sekedar mengagumi cowok itu, tidak lebih tidak kurang. Ia juga bukan termasuk ke dalam fanbase Fero di sekolah.

Namun, saat Fero lulus dan datang ke sekolah sebagai alumni untuk mengajak kelas 12 masuk ke Universitas yang sama dengannya, Fero memberi Kania kode. Kode berupa perasaan cowok itu yang menyukai Kania sejak lama, katanya ia takut menyatakan perasaannya dulu sebab bagi Fero, Kania seperti tak tersentuh, di saat banyak gadis yang menyukainya, Kania hanya acuh dan bersikap pasif.

Pertama kali mendengar hal itu Kania tidak menyangka dan merasa Fero berbohong. Tapi, pada akhir pekan tiba-tiba saja Fero datang ke rumah Kania dan mengajaknya pergi kencan. Saat itulah keduanya mulai dekat dan dalam waktu 2 bulan mereka resmi pacaran dengan syarat backstreet. Hanya orang-orang terdekat saja yang tahu. Tidak ada unggahan kemesraan di sosial media dan tidak ada kencan di tempat umum yang sekiranya akan ada orang yang mengenal Fero.

Terdengar mustahil memang. Apalagi di zaman sekarang ini dimana orang-orang selalu update apa pun di sosial media. Menjalani hubungan diam-diam tentunya kencan harus diam-diam juga. Meskipun terkadang mereka bisa pergi berdua ke tempat-tempat yang jauh seperti ke luar kota untuk berkencan. Apabila dilewati bersama-sama tentu yang mustahil menjadi mungkin. Dan ajaibnya hubungan keduanya telah berlangsung selama satu tahun.

Fero lalu melajukan mobilnya keluar parkiran. Di bawah hujan deras sore itu mobil Fero melaju dengan kecepatan sedang keluar area kampus dan memasuki jalanan. Fero fokus menyetir dengan satu tangan dan satunya lagi menggenggam erat tangan Kania.

**

Date : 3 Juni 2022

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Date : 3 Juni 2022

Hujan di Sore Hari (✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang