**
Malam minggu kali ini adalah malam minggu kelabu. Bagaimana tidak kelabu jika sejak sore tadi hujan turun dan belum berhenti sampai sekarang.
Meskipun begitu Kafe Aroma –nama Kafe Tantenya Kania- ramai pengunjung. Kebanyakan dari mereka adalah mahasiswa di kampus yang terletak tepat di sebrang kafe.
Mereka sudah di sini sejak sore tadi. Ada beberapa dari mereka yang sudah pulang dengan mobil. Sementara yang berkendara roda dua terpaksa menunggu hujan reda dulu.
Hari sudah menunjukkan pukul delapan malam, di luar langit gelap tertutupi awan mendung. Hujan masih turun tapi tak sederas tadi. Beberapa pengunjung yang agaknya pegal duduk sedari tadi di dalam kafe mulai berangsur pulang.
Qeenan masih setia memilih lagu-lagu untuk diputar memeriahkan suasana kafe. Lagu yang dipilih Qeenan adalah lagu mellow yang cocok dengan cuaca hujan seperti ini.
"Hujan-hujan gini enaknya makan bakso gak sih," celetuk Qeenan yang sudah selesai memilih lagu. Cowok itu mengambil satu kursi dan duduk bergabung dengan Kori, Rojer serta Kania di meja sudut kafe.
"Bener!" seru Kania setuju.
"Dimana ada bakso yang enak?" tanya Rojer.
"Di belokan gang samping kampus Bang," sahut Kori. "cewek gue bilang dia sering beli bakso di sana."
"Huuu cewek gue, mentang-mentang udah punya pacar," ujar Qeenan mengejek.
Kania ikut berdeham mengejek. Hal itu membuat Kori salah tingkah. Sementara itu Rojer cuma tertawa.
"Siapa yang mau beli ke sana? Gue yang traktir," sahut Rojer kemudian sembari mengeluarkan selembar uang berwarna merah dari dompetnya.
"Gue aja Bang!" Qeenan langsung berdiri menawarkan. Cowok itu lalu menyambar uang dari tangan Rojer lantas melepas celemek baristanya, mengambil payung dari tempat payung di samping pintu kafe, barulah ia pergi membeli bakso di samping kampus.
Dua pengunjung lalu masuk tak berselang lama Qeenan pergi. Kania bergegas ke belakang meja kasir menerima pesanan. Sementara Rojer dan Kori bersiap di balik meja bar.
"Dekk muka lo murung kenapa?" tanya Rojer tiba-tiba.
"Ha? Murung gimana Bang?"
"Lo gak bisa boongin gue. Lo lagi ada masalah? Apa? Cerita sama gue." Tanya Rojer bertubi-tubi.
Kania nyengir. Ia tak tahu jika Rojer bisa menyadarinya. Padahal ia sudah susah payah terlihat ceria. Sayang sekali Rojer terlalu peka.
Minuman untuk dua pelanggan tadi sudah siap. Kania lalu mengantarkannya.
"Duduk sini," Rojer menepuk-nepuk kursi di sebelahnya. Menyuruh Kania duduk setelah gadis itu selesai mengantarkan minuman ke meja pelanggan.
"Kenapa hm? Cerita sama Abang." Rojer mengusap-usap puncak kepala Kania.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hujan di Sore Hari (✔)
Romance(Completed/Tamat) Hujan deras sore ini seakan mengerti bagaimana perasaan Kania. Gadis itu terduduk di sudut tangga sembari melihat tetesan air hujan yang berkejaran di luar melalui jendela. Ia terdiam seraya berpikir betapa bodohnya ia selama...