53. Perkara Gelang

36 6 0
                                    

**

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

**

Qeenan mendesah lega saat kaki sudah menjejak di teras perpustakaan. Kania melirik ke arahnya sembari menaikkan satu alis. Mempertanyakan alasan Qeenan terlihat lega begitu.

"Gue lega karena gak ketemu cowok lo, eh... mantan lo di perpus kayak kemaren-kemaren." Qeenan langsung meralat ucapannya tersebut saat mendapati mata Kania menyipit.

Kania hanya mangut-mangut saja, meski ia juga merasa lega karna tak bertemu Fero lagi di perpustakaan.

Sebab sungguh, pertemuan dengan Fero secara tiba-tiba di perpustakaan benar-benar membuat lelah. Lelah batin lebih tepatnya.

Qeenan dan Kania pun berpisah di depan perpustakaan karena Qeenan perlu mengambil buku catatannya untuk matkul nanti siang. Ia kelupaan.

Sementara itu, Kania pergi menemui Jeje dengan langkah cepat-cepat sebab pesan chat yang baru saja masuk benar-benar membuat Kania syok.

From Jeje :
Kania, gue udah gak kuat lagi
Gue harus lakuin itu hari ini

Pesan chat itu agak ambigu bukan? Benar-benar ambigu. Makanya dari itu Kania buru-buru menemui Jeje.

Tersangka yang membuat Kania bergegas hingga nafasnya ngos-ngosan sedang duduk selonjoran di teras depan kelasnya sembari mengunyah keripik kentang.

Karena kelas Jeje hari ini berada di lantai empat dan di gedung itu tak ada lift makanya Kania perlu menaiki anak tangga untuk sampai di posisi Jeje sekarang.

"Enak banget lo ya santai-santai makan di saat lo udah bikin gue spot jantung!" protes Kania.

Jeje nyengir saja, ia lalu menepuk-nepuk lantai di sisinya. Menyuruh Kania duduk. "Kalau gak kayak gini lo pasti bakal lama mogok ngomong sama gue."

Ingatkan Kania kalau kemarin ia berkata pada Fiska dan Jeje untuk tak bicara padanya dan membiarkannya sendiri dulu. Sialan sekali Jeje malah mengirim chat seperti itu secara tiba-tiba dan membuat Kania bicara padanya lebih dulu.

Kania cemberut. Tapi ia tetap duduk di sebelah Jeje, ikut selonjoran juga. Tak lupa Kania merebut keripik kentang dari tangan Jeje.

"Yang gue chat ke elo emang beneran bukan cuma kerjain lo biar lo ngomong sama gue lagi. Gue kemaren liat Bang Kori ngobrol sama cewek yang gue liat-liat gatel bangett... nempel-nempel gitu sama Bang Kori makanya gue udah gak tahan lagi buat nembak tuh cowok biar gue punya alasan yang jelas buat cemburu."

Kania menggeleng pelan tak habis pikir dengan jalan pikiran Jeje. Jeje benar-benar kelewat nekat.

Meskipun begitu cara Jeje patut dicontoh sih, sebab dia berani memulai untuk sebuah hubungan yang jelas supaya dia bisa cemburu jika ada perempuan lain yang dekat-dekat dengan tingkah tidak wajar pada pacarnya.

Sebab dari kasus yang Kania lihat pada teman-temannya banyak di antara mereka yang cuma diberi harapan palsu tapi tidak diberi kepastian akan sebuah hubungan yang malah membuat mereka bingung dan galau sebab tak punya hak untuk cemburu.

Hujan di Sore Hari (✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang