Epilog

65 5 0
                                    

Awal semester empat itu sedikit tidak menyenangkan.

Kania agak kesusahan mengikuti salah satu mata kuliah wajib yang dosennya terkenal paling killer.

"Astaga itu nilai?" Rojer mendekat, merebut lembar kertas kuis Kania.

Kania merengut, makin menekuk wajah.

Kuis hari ini gagal total. Hanya ada angka nol besar di sudut kanan lembar kertas kuisnya.

Sebenarnya, seisi kelas juga mendapat nilai yang sama. Namun, bagi Kania ini adalah bencana.

"Kenapa bisa dapet nilai segini?" tanya Rojer.

"Gak tau Bang," balas Kania lesu.

Qeenan muncul, di tangannya ada bungkusan makanan. Cowok itu mendekat dan menarik kursi di sebelah Kania.

"Makan dulu yuk, ini mie becek warmindo, lo pasti suka."

"Wah! Beneran?" Kania jadi semangat.

Suasana Kafe Aroma siang ini cukup ramai, dua barista baru yang telah direkrut Rojer sibuk di balik counter. Kebanyakan pengunjung masih mahasiswa di kampus seberang.

"Agak aneh ya kita cuma duduk doang di sini," celetuk Qeenan setelah mengamati area counter.

Kania mengangguk setuju.

"Gue paham semester empat itu bakalan sibuk banget, jadi gue bebasin kalian buat gak kerja, eh sekarang malah ngeluh," sahut Rojer sambil tergelak.

Tiba-tiba ponsel Rojer berbunyi, cowok itu lantas melipir masuk ke ruangan staff.

Lembar kertas kuis Kania kembali ke pemiliknya.

"Jangan dipelototin terus tuh nilai." Qeenan mengambil lembar kertas kuis Kania yang ada di atas meja, lalu ia melipatnya.

Kania cemberut, tapi tak menanggapi ucapan Qeenan.

Setelah memasukkan lembar kertas kuis itu ke dalam tas Kania, Qeenan kembali berujar, "Jalan-jalan yuk, semenjak kita di sini, kita belum pernah jalan berdua."

"Lo ngajak ngedate?"

"Iya cantik."

Kania menggumam tak jelas karena ia sedang mengunyah mie becek di dalam mulutnya.

Qeenan lantas mengeluarkan botol air mineral dan membuka tutupnya, lalu mengulurkannya pada Kania.

"Minun dulu," ujarnya.

Setelahnya cowok itu menopang dagu, menatap Kania lamat-lamat.

Dulu, Kania merasa malu jika ditatap Qeenan seperti ini. Namun sekarang Kania merasa biasa saja dan terasa nyaman diperhatikan seperti itu.

"Ke toko buku dulu tapi ya."

"Boleh."

Kania merapikan bungkusan styrofoam lalu membuangnya ke tempat sampah yang ada di area samping kafe.

Saat hendak kembali ke dalam kafe, Kania melihat Jeje dan Kori yang baru datang.

"Ciee yang udah resmi pacaran, pejenya dong," sahut Jeje heboh.

"Udah telat! Kenapa baru minta peje sekarang?" balas Kania.

"Gue baru kepikiran sekarang, abisnya sibuk banget semester empat anjir," keluh Jeje.

"Je mulutnya. Katanya tadi gak mau ngeluh," tegur Kori.

Jeje nyengir, lalu mengangkat dua jari bentuk v sebagai tanggapan.

"Heboh banget deh kalian sama semester empat." Rojer keluar dari ruang staff. Penampilannya jadi lebih rapi, agaknya ada kelas yang hendak ia hadiri.

"Lo sebagai dosen yang berwibawa kasih tips dong buat kita-kita ini yang lelah menghadapi semester empat," desak Qeenan.

Hujan di Sore Hari (✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang