**
"Kayaknya Qeenan belum move on dari Rara deh Kak," sahut Kania kepada Fiska.
Keduanya kali ini sedang duduk-duduk di area rerumputan dekat gerbang depan. Menunggu sore menjadi malam. Sama-sama enggan pulang ke kosan.
Hari ini ujian terakhir Kania. Hari ini juga ia libur kerja di kafe. Jadi, Kania punya banyak waktu luang.
"Lo sendiri udah move on dari Fero?"
"Ah iya, gue belum cerita ya?"
"Apa? Lo sembunyiin apa dari gue?!" Fiska jadi sewot.
Kania tergelak lantas memulai ceritanya, saat kedatangan Fero tiba-tiba tempo hari di Kafe Aroma.
"Setelah itu Fero ada ngehubungin lo gak?"
Kania menggeleng.
"Syukurlah, gue rasa lo udah move on. Hemm, ini perlu dikasih reward gak?"
"Reward apaan?" Kania nyengir.
"Gue traktir lo siomay deh!"
Tawa keduanya lantas pecah.
Di jalan setapak yang jaraknya cukup jauh dari posisi Kania dan Fiska duduk, tampak Qeenan berjalan seorang diri.
Agaknya cowok itu baru selesai ujian dan hendak pulang.
"Tadi lo bahas Qeenan yang belum move on kan? Lo ngomong gitu atas dasar apa?"
"Kemaren, mantannya Qeenan dateng sama si Tantenya yang ternyata bos Qeenan. Sekarang kan Qeenan nyambi jadi model juga. Nah, pas itu gue jelas banget liat Qeenan natap Rara gak lepas-lepas."
Fiska berdengung sembari mengusap dagunya. Tampak berpikir keras.
"Denger dari cerita lo, lo gak bisa langsung nyimpulin gitu aja kalau Qeenan belum move on. Mana tau ada sesuatu yang belum Qeenan sampein ke dia. Kayak hutang mungkin," kekeh Fiska mengakhiri kalimatnya.
"Ngawur aja lo Kak!" seru Kania sebal tapi tetap ikut tergelak.
"Gue laper Kania, tapi males pulang ke kosan."
"Pantesan lo rese. Makan di warmindo aja lah kuy."
"Kalo ke warmindo, siomay lo gimana?"
"Ya tetep beli lah. Lo kan udah janji!"
"Yakin muat di perut lo?"
"Yakin. lambung gue gede," seloroh Kania.
**
"Dia abis makan berapa mangkok sih?" tanya Qeenan pada Fiska sembari melirik Kania yang kekenyangan.
Kania diam saja, sibuk memainkan ponselnya sembari bersandar pada kursi plastik warmindo.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hujan di Sore Hari (✔)
Romance(Completed/Tamat) Hujan deras sore ini seakan mengerti bagaimana perasaan Kania. Gadis itu terduduk di sudut tangga sembari melihat tetesan air hujan yang berkejaran di luar melalui jendela. Ia terdiam seraya berpikir betapa bodohnya ia selama...