8. Tentang Gladys

99 33 63
                                    

**

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

**

Ken's studio sepagi ini terlihat sibuk. Mobil van dengan stiker logo brand make up yang akhir-akhir ini booming terparkir di luar studio berdampingan dengan mobil van putih.

Di dalam studio tepatnya di ruangan persiapan, ada Fero di sana dengan seorang penata rias. Fero sedang memejamkan matanya menunggu penata rias membubuhi eye shadow di kelopak mata. Namun, Fero tak merasakan sentuhan apa pun pada wajahnya. Ia lalu membuka matanya pada saat bersamaan Fero mendapati sepasang mata menatap ke arahnya dari jarak sangat dekat.

Fero terkejut. Sepasang mata itu adalah mata penata rias yang bernama Natania.

"Kaget ya?" Tawa Natania pecah.

Fero cemberut. Namun tak urung ia kembali menutup matanya saat saat disuruh Natania. Kali ini Natania benar-benar membubuhkan eye shadow ke kelopak mata Fero. Fero tersenyum kecil merasakan sentuhan itu. Lalu tiba-tiba saja benda basah mendarat di pipinya.

**

Kelas Kania dimulai jam 8 pagi hari ini. Kania memutuskan untuk makan dua roti tawar dengan selai coklat serta segelas susu hangat untuk sarapan.

Sembari melahap sarapannya, Kania memainkan ponsel. Melihat riwayat chatnya dengan Fero. Setelah berbohong di chat semalam, Fero belum menghubungi Kania lagi. Kania juga ragu mengirim chat untuk Fero.

Jam dinding di dinding kamarnya menunjukkan pukul 7.15 pagi. Kania segera menghabiskan sarapannya dan tiba-tiba saja suara teriakan terdengar dari kamar sebelah.

Kania terlonjak dari duduknya dan langsung berdiri. Suara teriakan itu berasal dari kamar Fiska.

"Kak Fiska? Kakak kenapa?!" Teriak Kania dari luar sembari menggedor-gedor pintu kamar Fiska.

Suara langkah kaki yang terburu-buru terdengar dari dalam mendekati pintu. Tak lama wajah Fiska muncul dengan keringat di dahinya.

"Ada tikus," cicit Fiska pelan.

Kania langsung mendesah lega. Ia kira Fiska kenapa-napa hingga berteriak seheboh itu. Kania lalu masuk seraya mengambil alih sapu dari tangan Fiska.

Kasur Fiska berantakan. Seprainya terlepas. Bantal dan guling berada di sudut kamar. Bentukannya benar-benar seperti kapal pecah.

"Di deket kasur Dek." Tunjuk Fiska pada kasurnya.

Kania melepas seprai dari kasur lantas pelan-pelan mendekati kasur dan menggesernya perlahan. Tepat saat itu lah hewan pengerat berbulu itu terlihat.

"Buka pintunya Kak!" seru Kania lalu mengarahkan sapu ke tubuh tikus itu yang membuat tikus lari terbirit-birit menuju pintu.

Saat hewan pengerat itu melompat keluar pagar samping kos, Fiska akhirnya bisa bernapas lega. Ia terduduk di dekat pintu sembari mengipas-ngipasi wajahnya yang penuh keringat. Sementara Kania merasa bangga bisa mengusir tikus dari kamar Fiska. Kania dan Fiska saling lirik kemudian tertawa, menertawakan apa yang barusan terjadi.

Hujan di Sore Hari (✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang