7. Jejak Merah di Leher David

101 36 81
                                    

**

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

**

Qeenan tidak langsung pulang ke kontrakan setelah mengantar Kania. Cowok itu menuju minimarket dulu membeli sebotol soda dan beberapa camilan. Hari ini ia akan menyelesaikan catatannya. Sudah seminggu ia meminjam buku catatan Kania. Ia jadi tidak enak terus menerus menyusahkan Kania.

Sesampainya di kontrakan, Qeenan menemykan ada banyak bungkusan makanan cepat saji di atas meja makan. Kori dan Edo sibuk membuka bungkusan itu satu per satu.

"Wah lagi ada party ya? Sultan mana nih nyasar malam ini," canda Qeenan.

Kori tak bisa menyembunyikan senyumnya. "Tante Naya ngasih income yang lumayan buat pemotretan tadi pagi karna katanya model yang gue potret itu lagi naik daun dan terkenal jadi gue ketiban wanginya."

Qeenan tergelak. "Sering-sering aja ya Bang kayak gini."

Kori hanya tertawa. Lalu ketiganya pun makan bersama. Sembari melahap paha ayamnya Qeenan melihat rambut Kori yang dikuncir.

"Bang rambut lo gondrong ya sekarang," celetuk Qeenan.

Edo ikut melirik. "Iya Bang. Lo udah cocok jadi mahasiswa tua yang sibuk skripsian." Edo menambahkan.

Kori nyengir. "Skripsian? Masih lama. Gue rencananya mau stop dulu abis semester ini."

"Loh kenapa?" tanya Qeenan.

"Capek. Banyak pikiran gue." Kori menjawab sembari tertawa.

"Bang lo gak kenapa-napa kan?" tanya Qeenan terdengar khawatir.

Mendengar itu, Kori tergelak. "Gue gak kenapa-kenapa kok. Cuma ya lo kan tau ada masanya lo jenuh kuliah dan pengen bebas dari beban tugas dan tuntutan dosen. Makanya gue pengen cuti buat semester besok terus nambah pengalaman cari kerja di tempat baru." Kori juga cerita kalau ia sudah mengirim portofolionya ke suatu perusahaan desain dan menunggu jadwal interview. Qeenan dan Edo turut senang mendengarnya.

"Lo abis dari minimarket ya?" Edo melirik bungkusan plastik yang tadi Qeenan bawa. Ada logo minimarket di luarnya.

Qeenan mengangguk saja. Ia sibuk mengunyah mulutnya penuh jadi tak bisa bicara.

"Btw, kasir di minimarket cantik kan?" tanya Edo tiba-tiba.

Kori yang sedang melumuri saus pada paha ayamnya terdiam sejenak, terlihat berpikir. Lantas ia mengangguk ragu. Rasa-rasanya minggu kemarin ia ke minimarket yang Edo maksud jadi ia tak terlalu yakin apa kasir di sana cantik seperti yang Edo bilang.

Pertanyaan Edo sebenarnya untuk memancing Qeenan. Namun, melihat Kori yang ragu-ragu mengangguk dan tidak bisa ikut dalam pembicaraan, Edo lalu menyikut Qeenan minta jawaban.

"Apa sih?" Qeenan menggerutu sebab karna disikut Edo saus sambalnya menetes ke atas meja. Ia lalu buru-buru mencolek dengan jarinya dan mencecap ke bibirnya.

"Kasir di minimarket itu temennya Hara." Edo tak menyerah. Ia kembali memancing Qeenan. "Dia ambil kerja part time buat nambahin uang kuliah. Dia pekerja keras dan nilai-nilainya juga bagus kata Hara." Edo melirik Qeenan yang tak acuh. Ia menggeram gemas dengan sikap Qeenan.

Tujuannya memancing Qeenan adalah agar Qeenan tak jomblo lagi dan Edo juga merasa bersalah telah memperkenalkan Jia pada Qeenan dulu dan sekarang Edo ingin memperkenalkan cewek yang lebih baik untuk Qeenan. Kurang baik apa lagi Edo?

"Mending lo ngomong sama gue aja, Qeenan gak bakal dengerin." Kori menyahut.

"Lo bukannya udah punya pacar ya Bang?" Edo membalas dengan tanya.

"Udah putus. Gak cocok lagi. Jalan kita udah beda. Daripada nanti dilanjutin dan bakalan capek sendiri mending pisah."

"Wah! Gue kira lo bucin sama pacar lo Bang. Lo bahkan sampai gak masuk kelas buat jagain dia pas sakit."

Kori nyengir. "Gue pernah gitu ya?" Lalu ia tertawa. "Jujur aja gue juga gak nyangka bakal gini akhirnya."

"Gue turut bersedih Bang," sahut Edo.

"Gak usah. Gue aja gak sedih kok." Kori lanjut tertawa.

Suara motor terdengar berhenti di depan rumah. Lalu suara pintu terbuka bersamaan dengan sapaan dari David. "Gue pulang."

David muncul setelahnya di ruang makan. Ekspresi cowok itu cerah dan terlihat senang. Agaknya ada suatu hal baik yang terjadi.

"Sini Vid makan dulu. Gue abis dapat bonus hari ini." Kori menyahut dan menggeser bungkusan makanan yang ia sisihkan untuk David.

"Wah enak nih! Gue udah makan sih Bang, tapi kalo buat ayam goreng perut gue masih muat." David menjawab sembari tertawa. Cowok itu lalu menarik kursi di sebelah Qeenan dan duduk. Ketiga orang di meja makan serentak mengernyitkan kening.

Hal aneh yang terjadi adalah David mau duduk bersebelahan dengan Qeenan. Ia yang biasanya menghindari Qeenan bahkan mengalihkan pandangan dari Qeenan mau duduk di sebelah Qeenan malam ini. Aneh sekali. Agaknya suasana hati David sangat-sangat baik hingga cowok itu melupakan beberapa kebiasaan buruknya.

Qeenan yang tadinya heran kini acuh saja. Ia kembali sibuk dengan paha ayamnya. David membuka kemeja yang ia kenakan dan meninggalkan kaus putih di tubuhnya. Karna Qeenan tepat berada di sebelahnya, Qeenan bisa mencium bau parfume seperti bau bunga mawar. Yang rasa-rasanya pernah tercium oleh Qeenan tapi entah di mana. Bau parfume bunga mawar itu samar saja tapi tentunya menarik rasa penasaran Qeenan.

Qeenan refleks melirik ke samping dan mendapati jejak merah di leher David. Ia ingin bertanya kenapa ada jejak merah di sana namun urung sebab David tak mungkin menjawabnya.

Edo yang juga menyadari ada jejak merah di leher David, menatap Kori dan menyuruh Kori agar melihat ke arah David dengan isyarat lirikan mata.

Kori mengernyit heran dan awalnya ia mengira mata Edo kelilipan namun saat mengikut arah lirikan mata Edo ia mendapati jejak merah di leher David.

Ketiga orang dimeja sontak menahan napas bersamaan. Sementara itu David makan dengan santai seraya bersenandung kecil.

Untuk sesaat ketiganya saling lirik. Ketiganya sama-sama penasaran dan ingin tahu darimana asal jejak merah di leher David.

Hingga Edo yang sudah tidak tahan menahan rasa penasaran, mengajukan pertanyaan. "Bang David. Leher lo abis digigit semut ya? Merah banget."

David langsung memegang lehernya. Cowok itu membuka kamera di ponselnya dan mengarahkannya ke bagian leher sebagai cermin. Ia meringis pelan saat menyentuh jejak merah itu. Lalu ia tertawa pelan menatap Edo seraya berujar. "Oh ini, bukan semut tapi gara-gara orang. Cewek gue beringas banget." Di akhir kalimat David berujar pelan, meskipun begitu ketiganya masih bisa mendengar.

Baik Kori, Edo dan Qeenan sebenarnya mereka sudah tahu asal muasal jejak merah itu, hanya saja mereka haus akan konfirmasi dari si empunya jejak. Lantas setelah mendapat konfirmasi, ketiganya kembali saling lirik.

**

Date : 11 Juli 2022

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Date : 11 Juli 2022

Hujan di Sore Hari (✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang