26. Firasat Kania

46 13 24
                                    

**

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

**

Setelah percekcokan yang tak terduga tadi, mood Lara agaknya belum membaik. Qeenan sudah meminta maaf dan menjelaskan berulang kali kalau dirinya tak sadar telah membicarakan Kania tiap kali pertemuan mereka.

Namun, hal itu agaknya membuat Lara semakin kesal. Lalu gadis itu pergi begitu saja setelah berujar, "kan bener isi kepala kamu itu cuma Kania aja. Kita berantem gini kamu masih aja bahas Kania." Setelah berujar seperti itu, Lara pun berbalik pergi dengan langkah-langkah cepat.

Wah!

Qeenan dibuat terperangah sesaat. Ia terdiam di tempatnya melihat punggung Lara menjauh dan hilang dalam sekejap ditelan kerumunan orang-orang yang tiba-tiba saja memenuhi toko buku.

Ternyata ada acara jumpa fans penulis terkenal yang diadakan dadakan di toko buku ini.

Setelah beberapa saat, Qeenan tersadar lantas pergi mengejar Lara. Sayangnya ia harus melewati kerumunan orang-orang yang semakin ramai. Mau tak mau, Qeenan memanggil nama Lara berkali-kali.

"Lara!"

Tak ada sahutan. Malah Qeenan ditatap aneh oleh bocah lima tahun yang sedang digandeng Ibunya.

"Lara!"

Qeenan berusaha masuk di celah kerumunan orang-orang sembari meminta maaf karna tubuhnya yang tinggi besar membuat beberapa orang yang bersinggungan dengan tubuhnya jadi bergeser beberapa langkah.

Untungnya sih karna didukung wajah yang tampan, jadi orang-orang itu hanya tersenyum dan dengan damai membiarkan Qeenan berlalu. Habisnya kerumunan orang-orang itu di dominasi kaum perempuan.

"Lara!"

"Iya?"

Ada yang menyahut, Qeenan merasa Lara belum pergi dari toko buku ini.

"Lara!"

"Iya!"

Dan akhirnya setelah bergumul dan bersinggungan dengan orang-orang, Qeenan terbebas dari kerumunan itu. Namun...

"Loh Qeenan?"

"Hah? Rara?"

**

From Jeje :
Kapan pulang?
Lo hutang cerita sama gue ya, enak aja lo pergi cuma bilang sama Kak Fiska, lo gak anggap gue temen lo juga ha?
Cepet pulang!!!!!!!!!

Kania tergelak. Lantas membalas.

To Jeje :
Sorry bestie.
Bentar lagi gue mau pulang kok

From Jeje :
Aman kan?
Gue gak mau ya lo perginya berdua tapi pulangnya bertiga!

To Jeje :
ENGGGAAAAAKKKKKK!
LO KIRA GUE CEWEK APAAN?

From Jeje :
HAHAHAHAHAHA
Syukur deh
Cepet pulang ya!

Kania mendengus pelan dan melempar asal ponselnya ke atas sofa. Jeje dan pikiran liarnya memang suka aneh-aneh. Kania heran sendiri kenapa bisa berteman dengan Jeje sampai sekarang.

Mengingat pemilik hotel adalah temannya Fero, jadi Kania dan Fero diberi service khusus. Salah satunya mereka dapat candy light dinner khusus di rooftop berukuran sedang dengan meja yang cukup untuk berdua serta ditemani lampu-lampu kecil yang menerangi sekeliling mereka.

"Wah kereeenn!!"

Begitu seru Kania senang setelah menerima hasil potret yang juga khusus diambil oleh salah satu pelayan hotel untuk dijadikan arsip dan bukti serta kenangan kalau mereka benar-benar menikmati menginap di hotel ini.

"Gimana dua hari ini ketemu aku terus?"

Fero tiba-tiba bertanya di antara sesi romantis lilin dan bunga mawar yang ditaruh di tengah-tengah meja.

Kania malah tergelak. "Tiba-tiba banget nanya gitu!"

Ia mengajukan protes namun tak urung rona merah muncul di kedua pipinya.

"Jawab dong."

""Seneng. Pake banget. Kakak sendiri gimana? Bosen gak sih liat aku terus dua hari ini?"

"Kok nanyanya begitu?"

Kania nyengir. "Aku juga gak tau. Tiba-tiba kepikiran."

Fero cemberut. Tampak tak suka.

"Jawab dong." Kania menunggu dengan sabar.

"Aku mana bisa bosen sama kamu Kania."

Kania kontan merona. "Duh kedengerannya kayak gombal deh." Disusul tawa kemudian. "Tapi Kak, kalau dipikir-pikir hubungan kita udah lama ya. Tau-tau udah setahun lebih aja. Padahal baru kemaren deh rasanya Kakak nembak aku."

Kania jadi bernostalgia. Agaknya karena suasana di rooftop hotel dengan lampu-lampu kecil yang menyala terang membawa kenangan-kenangan indah itu muncul begitu saja. Kania ingat betul rasanya sewaktu pertama kali Fero menyatakan rasa suka. Rasanya tak percaya, seperti diangan-angan.

Fero tak menanggapi dengan kata-kata. Sebagai gantinya, cowok itu meraih tangan Kania dan mengecup punggung tangan Kania dengan lembut.

Semua rasa, kenangan indah dan suka duka selama ini dalam menjalani hubungan dengan Fero menyeruak begitu saja, membuat sudut-sudut mata Kania berair. Meskipun begitu, bibir Kania menampilkan senyum.

Namun, agaknya hal tersebut membuat perasaan Kania jadi campur aduk. Seperti ada firasat buruk yang muncul tiba-tiba bersamaan dengan kenangan indah.

Seolah memberi tahu pada Kania kalau akan ada kesedihan yang datang. Kania berusaha tak terpengaruh. Ia makan dalam diam dan menghabiskan makanannya lebih dulu dari Fero. Setelahnya, ia jadi mengamati Fero lamat-lamat.

"Kenapa Kania?"

"Apa Kak?"

"Kamu. Kenapa ngeliatin Kakak terus?"

"Kan aku ngeliatin pacar aku, masa gak boleh sih."

Fero nyengir. "Bukan gitu,"

Kania mengulum senyum. Lalu beralih ke pembicaraan lain. "Kak pernah ngerasa bosen gak sih sama aku?" Kania nyengir saat mendapati Fero menatapnya. "jawab aja sih, kan aku cuma nanya gak ada maksud lain."

"Kenapa?"

"Kak..."

"..."

"Aku cuma nanya aja."

"..."

"Oke deh, anggap aja aku gak ngomong kayak gitu tadi."

Seketika suasana romantis tersebut berubah jadi akward.

**

Date : 19 Agustus 2022

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Date : 19 Agustus 2022

Hujan di Sore Hari (✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang