31. Prinsip Karin

34 7 9
                                    

**

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

**

"Siang cantik!" sapa Qeenan genit.

Hani langsung memberi respon dengan menyipitkan mata. Sementara Kania santai saja tergelak.

"Gara-gara tingkah dia yang kayak gitu ke lo makanya gue ngira lo sama dia pacaran," bisik Hani.

Kelas pun dimulai sebelum Kania menanggapi bisikan Hani.

Dosen yang mengajar hari ini masuk bersamaan dengan Doni yang mengendap-endap di belakangnya.

Agaknya cowok itu terlambat.

Sebab kelas hari ini dosennya lumayan ketat. Telat sedikit tidak boleh masuk kelas.

"Pak, Doni telat!" seru Hani cepu.

Sontak dosen di depan langsung berbalik dan mendapati Doni yang berjongkok di sudut kelas.

Langsung saja Doni diusir. Hal itu memberi dampak dengan seisi kelas yang langsung lengang.

"Han lo jahat banget sih," bisik kania merasa iba dengan nasib Doni.

"Biarin, salahin dia yang udah phpin gue," balas Hani tanpa perasaan.

*

Selepas kelas dengan dosen killer itu, Doni terlibat pembicaraan serius di dalam kelas.

Berduaan saja dengan Pak Dosen. Entah apa yang mereka bicarakan, namun yang bisa Kania lihat dari mengintip di luar jendela, Doni tampak menunduk sopan beberapa kali.

Setelahnya Doni keluar. Ekspresinya terlihat lebih cerah dari tadi pagi.

"Hani lo kok cepu sih!" seru Doni kesal.

"Salah lo sendiri, kemaren malem ngajak gue nonton tapi malah gak jadi," jawab Hani cemberut.

Lantas pergi begitu saja sambil menyeret Kania ikut serta.

Keduanya melipir ke kantin fakultas teknik. Kata Hani, di kantin ini makanannya enak-enak.

Counter-counter makanan yang ada di fakultas teknik kebanyakan adalah makanan singkat santap. Dibuat singkat dan santap dengan cepat.

Seperti burger, kebab, sandwich, hotdog, sosis goreng, bakso goreng, nuget goreng, dan aneka gorengan lainnya. Tak ada makanan berat seperti nasi namun ada nasi kucing yang porsinya kecil.

Kania dan Hani sama-sama membeli nasi kucing dan tertawa bersama ketika baru tiga suap nasi kucing mereka makan dan sudah ludes tanpa sisa.

"Pantes gue sering liat anak teknik makan di luar, warung nasi di samping kampus tuh kebanyakan anak teknik isinya." Hani bicara lalu kembali mengomel karna ia masih lapar sementara nasi kucing sudah habis.

Rasa nasi kucingnya enak hanya saja porsinya benar-benar sedikit sesuai dengan namanya nasi kucing.

"Hani!" Seorang mahasiswi teknik dari koridor gedung di sebrang kantin melambaikan tangan saat Hani menoleh.

Hani balas melambai dan bilang kalau gadis itu adalah temannya dan bertanya pada Kania apa tak kenapa-napa kalau temannya ikut bergabung. Kania mengangguk dan bilang kalau lebih ramai lebih bagus.

Temannya Hani memang berjiwa teknik sejati. Dalam sekali lihat saja gadis itu cocok dengan baju angkatan jurusan teknik sipil sembari menyandang tas dengan penggaris kayu yang muncul di celah zipper tas yang terbuka. Rambutnya diikat ekor kuda. Ia memakai sepatu sneekers yang menambah kesan kasual dari dirinya. Bagi Kania temannya Hani sangat keren.

Gadis itu duduk di sebelah Hani tepat di hadapan Kania. Ia memperkenalkan namanya, Karin.

"Nama kalian sama-sama diawali pake huruf 'k'," ujar Hani berkomentar.

"Wah iya!" Karin berseru terdengar antusias. "Semoga kita bisa jadi teman baik ya."

Kania nyengir. "Iya. Semoga ya."

Karin banyak bicara dan ia orangnya asik. Biasanya kan kalau ada teman yang baru dikenal dari teman kita ia akan canggung dan hanya bicara sembari menatap temannya saja, tapi Karin tidak begitu. Ia dengan santai saja mengulas gosip-gosip dan mengajak Kania untuk ikut serta membahas gosip-gosip itu.

Karin juga tak keberatan bertanya pendapat Kania perihal mantannya yang minta balikan. Atau menawarkan pada Kania deretan temannya yang kebanyakan laki-laki untuk dijadikan gebetan.

Tentu saja Kania menolak dan bilang kalau ia sudah punya pacar. Tapi, agaknya Karin memegang teguh prinsip, 'sebelum janur kuning melengkung, siapa pun orangnya mau berstatus pacaran atau jomblo punya hak untuk dekat dengan lawan jenis yang lain'.

Kania kontan tergelak. Hani malah yang jadi paling ngakak.

"Lo masih belum berubah ya Han, prinsip lo itu masih lo pegang teguh."

"Makin ke sini gue makin sadar kalau prinsip itu ada benernya juga. Karna gue liat sendiri, dari temen gue, abang gue dan gue sendiri pun, meski udah setia dan ngejaga perasaan pasangan kita dengan gak berteman dengan lawan jenis ujung-ujungnya juga diselingkuhin." Celoteh Karin yang lebih mirip curhat itu membuat Hani dan Kania sama-sama tersadar dan agaknya, mereka akan memegang prinsip itu juga.

Rombongan cowok-cowok datang mendekat dan duduk di sebelah meja ketiganya. Ada sekitar sepuluh orang yang memakai setelan jurusan yang sama dengan Karin. Kania tak terkejut lagi saat Karin dan rombongan cowok itu saling menyapa akrab. Sesekali mereka membahas project dan tugas-tugas yang relevan. Sejenak Hani dan Kania merasa berada di tempat yang salah.

"Astaga udah mau jam 2 Kania!" Hani tiba-tiba berseru.

Refleks Kania melihat jam tangan yang melingkar di pergelangan tangan kirinya. "Wah iya, gawat!"

Kania dan Hani lantas buru-buru pergi, berpamitan pada Karin dan berjanji akan mengobrol bersama lagi di lain waktu.

**

Date : 29 Agustus 2022

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Date : 29 Agustus 2022

Hujan di Sore Hari (✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang