02 ☠ Suspicions & Threats

250 51 53
                                    

•••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



"Rei, pipi lo kenapa bisa gini?"

"Aws! Jangan ditekan, bego!"

Reynand meringis meminta maaf dan menatap lekat pada bagian pipi adik tingkatnya yang terdapat luka gores dengan panjang melintang itu. Kirei mengabaikan tatapan menuntut dan penuh rasa penasaran dari Reynand. Gadis itu sama sekali tidak berniat membahasnya. Padahal ia sudah menyamarkan luka itu dengan foundation, tapi ternyata masih terlihat oleh mata elang Reynand.

"Lo nggak mau cerita apa-apa sama gue?" tanya Reynand penuk selidik. Laki-laki itu benar-benar sangat penasaran sekarang.

"Apa yang mau diceritain? Gue nggak sengaja kegores kawat kemaren," alibi Kirei. Hanya itu yang bisa Kirei gunakan sebagai alasan yang menurutnya cukup masuk akal, ditambah sifat cerobohnya yang memang sudah mendarah daging. Tidak sulit untuk membuat Reynand percaya dengan perkataannya.

Sayangnya, Reynand pun juga tidak mudah dibohongi. Luka itu terlalu rapi. Jika hanya terkena goresan kawat, rasanya tidak mungkin. Karena kawat tidak setajam pisau untuk bisa menciptakan luka serapi itu.

Ah, pisau.

"Bohong, jelas-jelas itu karena pisau."

Deg!

Kirei menatap Reynand dengan kedua netranya yang membulat sempurna. Reynand memicingkan matanya dan berdecak. "Kan, lo bohong sama gue," ujarnya.

Kirei gelagapan. "Gue nggak bohong," sangkalnya.

Reynand kembali berdecak. "Ck, terserah. Oh ya, lo udah kenalan sama Byza?" tanya Reynand kemudian. Mereka berdua saat ini tengah berada di kantin, by the way.

"Ohh, si anak pindahan itu? Gue ketemu dia tadi pagi, nggak sengaja tabrakan pas jalan," papar Kirei. Gadis itu meminum jus apelnya tanpa minat.

Reynand mengangguk singkat. "Gimana menurut lo?"

Kirei mengernyitkan keningnya tak mengerti. "Maksud lo? Soal Byza?" Reynand hanya mengangguk dan membuat Kirei jadi langsung berpikir. "Entahlah. Menurut gue dia biasa aja."

Reynand menatap Kirei dengan datar sembari mengumpat. "Yeu, sate kambing."

Keduanya tertawa terbahak-bahak setelahnya. Entahlah apa yang lucu, hanya orang-orang tertentu saja yang paham dengan selera humor keduanya.

Tap! Tap! Tap!

Suara langkah kaki yang begitu dekat membuat Kirei dan Reynand menghentikan tawanya, keduanya menoleh bersamaan ke sumber suara. Seorang gadis yang tengah menjadi pembicaraan keduanya, datang tanpa diundang dan langsung mengambil duduk di sebelah Reynand.

"Hai!" sapanya tanpa ekspresi.

Kirei mengernyit, bagaimana bisa gadis ini menyapa mereka dengan nada penuh semangat, tapi ekspresi wajahnya datar begitu?!

PSYCHO ELITE ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang