57 ☠ Only Realized When It Was Gone

28 3 2
                                    

•••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



Pagi ini, Kirei terbangun lebih dulu daripada Geovan. Jam dinding masih menunjukkan pukul lima pagi, jadi ia memutuskan untuk mandi dan membuat sarapan setelahnya. Namun sebuah ruangan yang pintunya sedikit terbuka membuatnya penasaran. Sebelum-sebelum ini, ia memang belum pernah menjelajahi setiap ruangan yang ada di apartemen Geovan, dan entah kenapa ruangan di balik pintu itu membuatnya sangat penasaran.

Dengan sedikit perasaan waswas, Kirei berjalan ke arah ruangan tersebut dan masuk ke dalamnya. Gelap di dalam sana, tapi untungnya ia langsung menemukan tombol lampu di dekat pintu. Begitu lampu menyala, Kirei bisa melihat keseluruhan isi ruangan. Ia menduga kalau ini adalah ruang kerja pribadi Geovan, terlihat dari banyaknya rak buku dan berkas-berkas yang terletak di satu-satunya meja yang ada di sana.

Kirei melangkahkan kakinya lebih masuk ke dalam ruangan. Melihat beberapa judul buku dalam Bahasa Inggris yang tidak terlalu dimengerti olehnya. Kemudian ada juga beberapa buku bacaan berat seperti bisnis dan psikologi, tapi ada juga novel terjemahan romantis yang ia temukan di bagian rak bawah.

"Wahh, ternyata Geo suka baca novel juga." Kirei terkikik geli sambil kembali menelusuri rak-rak tersebut. "Dia orangnya rapi juga ya, ternyata."

Setelah puas menjelajahi ruang kerja Geovan tersebut, Kirei berniat untuk kembali keluar setelah tanpa sengaja maniknya melihat sesuatu yang begitu menarik perhatiannya di dalam lemari kaca besar yang berada tepat di belakang meja kerja Geovan. Sebuah peti kecil berwarna hitam mengkilat di balik lemari kaca itu begitu menarik perhatiannya.

Gadis yang memang sifatnya sedikit-sedikit merasa penasaran itu berjalan ke arah lemari kaca yang tidak dikunci tersebut. Berniat membukanya dan memeriksa peti hitam kecil yang begitu menarik perhatiannya. Namun, belum sampai keinginannya itu tercapai, suatu seruan keras membuat Kirei terlonjak di tempat.

"KIREI!"

Dengan cepat, Geovan langsung menarik lengan gadis itu dan menyentaknya dengan kuat. "Lo ngapain di ruangan ini, hah?!" Nada bicara Geovan terdengar sangat marah saat mengatakannya, sampai-sampai Kirei sedikit takut ketika melihat netra sekelam malam itu menatapnya dengan begitu tajam.

"Gu-gue cuma-"

"Karena lo deket sama gue, bukan berarti lo bisa seenaknya ngusik privasi gue. Paham?"

Deg!

Kirei bisa merasakan dadanya terasa sangat sesak saat ini. Tidak ia sangka Geovan akan mengatakan hal seperti itu padanya. Ekspresi Kirei langsung berubah sendu seperkian detik kemudian. "Sorry, gue nggak bermaksud apa-apa."

"Mendingan lo pulang deh, Rei. Gue mau ngampus," ujar laki-laki itu begitu dingin.

"Iya, gue bakal telepon Kak Enzo buat jemput gue habis ini."

Percakapan mereka berakhir begitu saja. Tidak ada yang membuka topik pembicaraan apapun setelah itu. Geovan langsung beranjak ke kamar mandi, sementara Kirei menelepon Enzo agar menjemputnya di apartemen Geovan. Beruntungnya bodyguard Kirei itu tidak ada jadwal kuliah pagi, jadi Enzo bisa menjemputnya sekaligus mengantarnya ke kampus juga nanti.

PSYCHO ELITE ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang