30 ☠ A Person and Their Influence

114 28 58
                                    

•••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



"Kelas pertama kita di sebelah mana?" tanya Arlen pada Hazell yang berjalan di sampingnya. Jam masuk mata kuliah pertama masih sekitar 10 menit lagi, jadi mereka masih bisa berjalan dengan santai menyusuri lorong.

"Bentar lagi nyampe, ruang kelas kali ini deket lapangan utama."

Arlen hanya mengangguk dan kembali terdiam, memilih fokus pada lantai yang dipijaknya. Suara ramai di sekitarnya ia hiraukan. Begitupun dengan Hazell, entah apa yang gadis itu pikirkan sampai-sampai keningnya berkerut dalam begitu.

"HAZELL!"

Suara teriakan yang cukup kencang itu membuat Hazell dan juga Arlen spontan menoleh ke sumber suara. Seorang laki-laki tampan dengan kulit kuning langsat dan rambut klimisnya yang tampak lepek karena keringat berlari kencang ke arah keduanya.

"Louis, ada apa?" tanya Hazell sembari mengangkat sebelah alisnya penasaran. Karena tidak biasanya temannya ini terlihat sangat panik seperti itu.

"Lo dicariin Bang Davin."

Deg!

Netra Hazell langsung membulat sempurna. Ia menatap Louis dengan ekspresi takutnya. "Gue dicariin Bang Davin?" cicitnya.

Louis mengangguk dengan mantap. "Iya, buruan samperin dah. Keknya ini masalah yang kemarin."

Arlen yang masih belum mengerti akan situasi di depannya ini hanya menatap pemuda yang dipanggil Louis tadi dan Hazell secara bergantian. Lalu, siapa pula itu Bang Davin? Kenapa Hazell terlihat sangat syok dan ketakutan ketika nama itu disebut? Apakah Hazell punya masalah dengan orang itu?

"Hazell, apakah ada masalah?" tanyanya yang jadi ikutan cemas. Takutnya sang sepupu terlibat masalah besar yang sulit diselesaikan atau dicari solusinya.

Hazell sedikit tersentak dan baru menyadari kalau masih ada Arlen di sana. Gadis itu memberikan senyum manisnya seperti biasa. "Nggak ada apa-apa. Gue harus ketemu seseorang, lo ke kelasnya bareng sama Louis aja, ya? Dia temen sekelas kita, kok."

Louis yang mendapat mandat tiba-tiba itu hanya mengangguk mengiyakan. "Iya, lo sama gue aja. Lo pasti anak pindahan itu, 'kan? Sepupunya Hazell?"

"Iya, gue sepupunya Hazell."

"Kalo gitu gue titip sepupu gue sama lo ya, Lou. Bentar lagi juga masuk, ntar gue nyusul setelah ketemu sama Bang Davin. Jadi izinin gue dulu ya untuk beberapa menit pertama." Hazell menepuk bahu Louis beberapa kali dan bergegas berjalan berlawanan arah, tepat ke arah datangnya Louis tadi.

Sementara Louis hanya mengacungkan kedua jempolnya dan membimbing jalan menuju ruang kelas mereka kemudian. Arlen sendiri hanya diam dan mengikuti langkah laki-laki di depannya. Kedua sejoli berbeda gender itu tidak ada yang berniat membuka percakapan selama perjalanan. Bahkan ketika pintu ruang A5 sudah terpampang nyata di depan keduanya.

PSYCHO ELITE ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang