71 ☠ Davin's Curiosity

32 3 0
                                    

•••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



"Gue tunggu di tribun lapangan basket. Ada yang mau gue omongin."

Hazell yang semula tampak asik berbincang dengan Louis dan Arlen di gazebo dekat gedung fakultas mereka dibuat terdiam oleh satu pesan yang baru saja masuk ke ponselnya.

"Bang Davin ... ada apa ya?"

"Kenapa?" Louis yang menyadari gelagat aneh Hazell spontan bertanya pada gadis tersebut.

"Bang Davin nungguin gue di tribun lapangan basket. Ada yang mau diomongin katanya. Kira-kira soal apa, ya?"

"Bang Davin si pentolannya anak basket itu?" celetuk Arlen.

Hazell mengangguk membenarkan. "Iya, dia. Nggak biasanya aja dia langsung chat gue duluan. Biasanya dia nyuruh Louis buat manggil gue, ini malah langsung chat. Ada yang nggak beres, nih."

"Ya udah sih, samperin aja."

"Iya, ini mau gue samperin." Hazell berdiri dari duduknya, lalu melambaikan tangan pada Louis dan Arlen yang masih duduk menikmati makanan keduanya.

Gadis itu bergegas memenuhi panggilan kakak tingkatnya tersebut di tribun lapangan basket Universitas Merpati Jingga. Terlihat Davin sudah berada di sana sembari memainkan ponselnya, laki-laki itu duduk di tribun ketiga dari bawah. Surai hitam klimis dengan headband yang melingkari kepala selalu menjadi ciri khas lelaki tersebut. Hazell pun segera menghampiri sang kakak tingkat di sana.

"Bang Davin," panggil Hazell ketika jaraknya dengan laki-laki itu sudah sekitar lima meter. Lelaki dengan headband di kepalanya tersebut menoleh dan mengkode Hazell untuk segera duduk di depannya. "Jadi, ada apa Bang? Tumbenan manggil gue langsung tanpa perantara Louis."

"Gue mau tanya sesuatu."

Hazell menunggu dengan sabar, entah apa yang akan dikatakan oleh kakak tingkatnya tersebut, ia tidak bisa memperkirakan apapun. "Soal apa?" tanya Hazell yang tidak bisa menyembunyikan nada penasarannya.

"Soal cewek yang neriakin nama lo kemaren di lapangan."

Deg!

Netra Hazell spontan mendelik dan menatap sang kakak tingkat dengan horror. "Jangan bilang lo mau jadiin dia sasaran kegilaan lo juga?! Enggak, Bang! Udah cukup Arlen aja yang kenapa-napa karena kegilaan lo!"

Davin mendengkus. "Lo pikir gue segila apa?" cercanya. "Gue juga masih punya otak, dan soal Arlen gue minta maaf. Yang satu itu emang murni karena keegoisan gue."

"Emang. Untung Arlen udah sembuh sekarang," balas Hazell yang kelewat sewot.

Namun melihat Davin yang jadi terdiam, Hazell pun kembali bertanya. "Jadi, kenapa lo tiba-tiba nanyain tuh cewek? Dia cewek yang gue hormatin, Bang. Gue udah anggap dia Kakak gue sendiri. Jadi gue harap, lo jangan pernah mainin dia atau libatin dia dalam semua kegilaan lo itu."

PSYCHO ELITE ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang