•
•
•Davin tidak tahu sedang berada di rumah siapa ia sekarang. Ia hanya menurut dan mengikuti permintaan kedua orang tuanya saja. Terlebih, ia harus berurusan dengan adiknya yang tengah rewel saat ini.
"Ma, ini Keyla nggak bisa diem daritadi." Davin mengadu pada sang mama yang tampak begitu fokus menatap pagar hitam besar di depan mereka. Sedikit info, mamanya itu baru saja menekan bel rumah yang berada di samping pagar hitam tersebut dan sedang menunggu pemiliknya keluar untuk membukakan pintu gerbang.
"Biarkan sajalah, Keyla memang sedang aktif-aktifnya. Kamu sebagai Kakak harusnya tidak kebanyakan protes dan gendong saja Adik kamu, jangan sampai jatuh."
Davin spontan mendengkus sebal dan menurut. Tidak lama kemudian, pintu gerbang itu terbuka dan memunculkan seorang pria paruh baya yang masih tampak gagah di usianya yang tak lagi muda.
"Ah, kalian sudah datang rupanya." Pria paruh baya tersebut berujar disertai dengan senyuman manisnya. "Ayo masuk, aku sudah menunggu kedatangan kalian sejak tadi," lanjutnya sambil membuka pintu gerbang lebih lebar supaya mobil yang dikendarai Davin dan keluarga bisa masuk.
Sementara Davin hanya bisa diam dan mengikuti langkah sang pemilik rumah ke dalam sembari membawa Keyla dalam gendongannya. Sang adik yang masih berusia 10 bulan itu terus saja mengoceh dengan bahasa bayinya yang tidak dapat Davin mengerti. Lalu sang mama sendiri sudah berbincang akrab dengan pria paruh baya tersebut sembari melangkah memasuki halaman rumah. Kemudian sang papa kini tengah sibuk memarkirkan mobilnya di garasi dan akan menyusul setelahnya.
Rumah yang disinggahinya ini tampak sangat sederhana dari luar, tapi begitu masuk ke dalam, banyak sekali interior mewah di sana. Tidak hanya mewah, tapi masih berbau tradisional seperti guci besar di pojok ruang tamu yang memiliki ukiran sulur-sulur daun batik. Kemudian ada lukisan segerombol kuda yang dipajang di tengah-tengah ruangan, tepat di atas televisi besar lengkap dengan dua sound system di sampingnya. Ada juga dua keris yang disusun menyilang di atas nakas samping televisi dengan kayu sebagai penyangganya.
"Apa kabar, Tha? Sudah lama sejak terakhir kali kamu dan Daren ke rumahku," ujar sang pemilik rumah setelah mempersilakan tamunya untuk duduk.
"Iya nih, Nan. Ini ngurusin si kecil Keyla," ujar Mama Davin sembari menunjuk anak keduanya yang berada di gendongan sang anak pertama. "Belum lagi Davin yang sekarang lagi aktif-aktifnya ikut kegiatan di kampus. Kan aku sebagai Mamanya harus jadi support system dong."
"Hahaha, bisa aja kamu Tha." Alkeanan, adalah sahabat lama yang dimaksud oleh Agatha.
Ya, Alkeanan sang kepala keluarga Albercio.
Tidak perlu terkejut. Agatha dan Daren, kedua orang tua Davin itu adalah sahabat semasa kuliahnya Alkeanan dulu. Mereka bertiga dulunya satu UKM dan berada di angkatan yang sama juga meskipun berbeda jurusan. Alkeanan memang sempat mempunyai rasa pada Agatha, tapi Daren mencintai Agatha lebih dari apapun. Maka dari itu Alkeanan mengalah, dan berakhir bertemu dengan almarhumah istrinya–Ibunda dari Alzevin dan Arial.
KAMU SEDANG MEMBACA
PSYCHO ELITE ✔
Mystery / Thriller[𝐏𝐬𝐲𝐜𝐡𝐨 𝐒𝐞𝐫𝐢𝐞𝐬 #𝟎𝟏] Genre : Mystery / Thriller - Drama Tema : Psychopath ⚠ [𝗖𝗢𝗠𝗣𝗟𝗘𝗧𝗘𝗗] ⚠ Follow dulu dong! Hargai penulis dengan memberikan vote dan komentarmu. Selamat membaca❤ ˚☂︎࣪⋅ 。\ | /。˚☂︎࣪ 。\ | / 。˚☂︎࣪࣪⋅ . Psycho Eli...