61 ☠ Crazy Command for Geovan

32 1 0
                                    

•••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



Rasanya sudah lama sekali Geovan tak menginjakkan kaki di rumah besar ini. Padahal ia mengira kalau si tua bangka itu sudah membuangnya karena tidak becus dan gagal membunuh Melisa dan Melvino Callsey dengan tangannya sendiri. Namun tanpa diduga, si pak tua itu ternyata masih mencari bonekanya.

Dengan langkah mantap, Geovan memasuki gerbang hitam yang tinggi menjulang di depannya sebagai awal. Lalu kakinya menapaki satu per satu lantai beton di bawahnya dengan santai. Suasana suram di tempat ini mengingatkannya akan dirinya sendiri di masa lalu. Yah, mungkin sekarang juga masih. Meski sudah tidak seperti dulu, karena ia mendapat pengalihan yang lebih baik di Psycho Elite.

Saat tiba di teras, Geovan disambut oleh seorang laki-laki yang diketahuinya sebagai anak sulung dari bosnya.

"Datang juga akhirnya," ucap laki-laki itu. "Lo udah ditungguin sama bokap di ruangannya."

Geovan memutar bola matanya dengan malas, lantas mengangguk singkat. "Iye, Bang. Thanks karena udah ngasih tau."

Laki-laki itu menyunggingkan senyum remehnya. "Gimana sama Psycho Elite? Enak ya di sana? Apalagi ada Kirei sama Adek gue."

Geovan tersentak, netranya langsung bergulir ke arah Xalvador Yehezkiel yang tampak semakin melebarkan seringainya.

Apa katanya?

"Lo tau dari mana soal Psycho Elite dan Kirei?"

"Dari mana lagi kalo bukan dari Adek kesayangan gue ..." Vador menjeda kalimatnya sejenak dengan netra yang melirik ke arah samping kanannya. Di mana sang adik tengah berdiri dan menguping percakapannya di balik pintu kamar gadis itu. "Byza ... ke sini bentar dong, Dek!"

Byza yang merasa terpanggil jelas merasa terkejut. Gadis itu tidak menyangka kalau dirinya akan ketahuan menguping oleh sang kakak. Kalian jangan terkejut begitu, Geovan dan Byza memang sudah kenal satu sama lain. Bahkan sebelum keduanya memutuskan bergabung dengan Psycho Elite meski memiliki tujuan yang berbeda. Mereka hanya berpura-pura tidak kenal satu sama lain sebelum ini.

Geovan di sini hanya mampu terdiam dan menatap rekan sekaligus sahabatnya itu dengan tajam. Padahal sebelum ini mereka berdua sudah berjanji, jangan sampai Bang Vador atau bosnya itu tahu kalau ia bergabung dengan Psycho Elite. Namun sepertinya sekarang, itu sudah tidak berarti lagi.

"Maaf, Geo. Gue keceplosan," cicit Byza begitu sampai di samping sang kakak dan tepat berada di depan Geovan.

Laki-laki itu hanya menghela napasnya dan mengangguk. "Gapapa, bukan salah lo. Kalo gitu gue izin masuk ke dalam dulu, Bang." Kali ini Vador membiarkan Geovan pergi begitu saja, karena ia yakin kalau papanya sudah menunggu laki-laki itu untuk segera menemuinya.

Sementara Byza, gadis itu menatap sang kakak laki-laki dengan senyum sinisnya sekarang. "Abang tuh suka banget ya, ngompor-ngomporin orang. Belum cukup sama kematian Tante Melisa dan Om Melvino?"

PSYCHO ELITE ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang