10 ☠ Deep Sorrow - Kirei Oath

161 44 58
                                    

•••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



Sudah jam pulang kuliah, Kirei berjalan menyusuri koridor untuk sampai ke tempat parkir kampusnya. Ia ingat kalau tadi pagi membawa sepeda saat berangkat. Karena sudah dua hari ini sopir keluarganya absen, istrinya sakit katanya.

Orang tuanya juga, masih belum ada kabar sama sekali. Mungkin Kirei harus mengajak Om Jhovando dan Jeselyn untuk menyusul mereka ke puncak. Ya, itu solusi terbaik daripada menunggu ketidakpastian.

Dengan tubuh kebas luar biasa karena duduk selama 2 jam di dalam kelas, Kirei mengeluarkan sepedanya dari jajaran sepeda lainnya. Bersiap untuk kembali ke rumah.

Saat sampai di depan gerbang, ia malah bertemu Om Jhovando dan Jeselyn yang tengah menangis tersedu-sedu. Kirei dengan tatapan bingungnya langsung turun dari sepedanya dan menghampiri kedua orang penting dalam hidupnya tersebut.

"Ada apa ini, Om? Jeselyn kok nangis?" tanya Kirei.

Om Jhovando terlihat mengusap-usap pundak putri tunggalnya tersebut, pria paruh baya itu menatap Kirei dengan tatapan sendu yang tidak dapat gadis itu mengerti.

"Kak Kireiii ..." Jeselyn berhambur memeluk Kirei dengan erat, air mata gadis itu bahkan mengalir dengan derasnya. "Kakak harus kuat ya," ujar Jeselyn di sela-sela tangisnya.

Kirei yang masih memegang sepedanya dan menepuk-nepuk punggung Jeselyn itu mulai merasakan firasat yang tidak enak. Apalagi tatapan Om Jhovando yang sendu itu tampak menghujamnya seolah menguatkan.

Ada apa ini sebenarnya?

☠☠☠

Hening.

Hanya keheningan yang Kirei rasakan saat ini. Di dalam mobil tidak ada yang bersuara. Om Jhovando fokus dengan jalanan di depannya, sementara Jeselyn tengah menatap jalan raya dari kaca mobil di sampingnya dengan pandangan kosong. Sesekali isakan kecil masih terdengar dari gadis yang usianya setahun di bawah Kirei itu.

Kirei sendiri dibuat bingung dan gelisah. Om Jhovando dan Jeselyn masih saja bungkam, tidak memberitahukan alasan yang membuat mereka sampai menjemput Kirei di kampus. Apalagi perkataan Jeselyn waktu di gerbang tadi.

Apa maksudnya?

Ia harus kuat dari apa?

Gerbang rumahnya sudah terlihat dari sini. Namun anehnya, kenapa begitu ramai di sana? Mobil-mobil dan motor juga berjejeran di sepanjang jalan. Bahkan banyak sekali wartawan di depan rumahnya.

"Om, ini sebenarnya ada apa?" Kirei tidak bisa lagi menahan dirinya untuk bertanya. Om Jhovando menatapnya sekilas sebelum memarkirkan dan mematikan mesin mobilnya.

Jeselyn menoleh pada Kirei dan kembali memeluk kakak tingkatnya tersebut. Dengan perlahan, Jeselyn turun dari mobil diikuti Kirei di belakangnya. Gadis yang baru saja lulus SMA itu langsung menggandeng tangan sang kakak tingkat. Sesekali Jeselyn akan mengusap sudut matanya yang kembali mengeluarkan airnya.

PSYCHO ELITE ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang